Lawanlah Egomu

Sumber :http://zulkarnainagung.multiply.com/journal/item/178/Lawanlah_Egomu

Lawanlah Egomu

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani ar Rabbani

Zawiyah Michigan USA, 2006



Seorang murid dari Sayyidina Khalid al-Baghdadi -seorang awliya dari Rantai Emas yang meninggal dunia sekitar 200 tahun yang lalu dan kini dimakamkan di Damaskus- diperintahkan untuk melakukan ibadah haji oleh Syekhnya. Syekhnya berpesan agar dia mencari sesuatu yang spesifik, namun dia tidak dapat menemukannya. Namun, dia kemudian mendengar tentang adanya seseorang di Bombay yang memiliki kekuatan mengagumkan dan dapat melakukan apapun yang kamu minta.

Murid ini marah mendengarnya, dia telah lama mengikuti Syekh tapi tidak dapat melakukan hal-hal yang mengagumkan. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak beriman, bahkan bukan seorang pencari dan tidak beragama Islam memiliki kekuatan mengagumkan?

Ia bergegas menemui Syekh dan bertanya, "O syekhku, Anda telah mengirim saya untuk mencari seorang awliya, dan saya menemukan seorang yang tidak beriman tapi memiliki kekuatan mengagumkan, sementara saya tidak bisa! Pelajaran apa ini? -Ini kenyataan bagi kita semua : kita datang dan duduk bersama Mawlana Shaykh Nazim berjam-jam dan kita tidak mendapat manfaat saat itu juga tapi setelahnya. –



Sayyidina Khalid menjawab,"O anakku, jangan salah sangka. Kamu dapat berbuat kesalahan karenanya. Aku akan memberikan jawabannya esok hari.



Malam itu, Sayyidina Khalid tiba di India dalam satu detik dengan menyebut "Bismillahi'r-Rahmani 'r-Rahim – dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Itu adalah kekuatan lain yang tidak digunakan Mawlana Shaykh Nazim. Para syekh "melepaskan" kekuatan spiritual mereka dari kungkungan tubuh. Saat itu, jiwa dapat membawa tubuh pergi, yang sebelumnya jiwa hanya dapat pergi apabila tubuh yang membawa. Para syekh bergerak dengan meletakkan tubuh mereka didalam jiwa dan tidak sebaliknya. Perjalanan mungkin terjadi dalam satu detik kemanapun jiwa membawanya.

Saat Sayyidina Khalid tiba di depan pintu kediaman orang yang dimaksud di India, Sayyidina Khalid mengembalikan jiwanya ke tubuh fisik. Orang dari Bombay sedang menunggunya didepan pintu. Dia seorang biksu dari kepercayaan lain. Dia berkata, "O Syekhku, saya tahu anda akan datang melalui kekuatan saya dan saya telah meminta tolong seorang wanita muslim untuk menyiapkan makan malam untuk anda, saya tahu anda tidak memakan jenis makanan kami."

Mereka duduk berhadapan. Sebelum berkata apapun, Sayyidina Khalid al-Baghdadi memintanya mengucap Kesaksian Iman yang disebut juga syahadah. Biksu itu duduk diam, berkonsentrasi dengan hatinya untuk setengah jam lamanya, bermeditasi, sementara Sayyidina Khalid al-Baghdadi diam. Setengah jam kemudian, biksu mengangkat kepala dan berkata,"Ashhadu an la ilaaha illallah wa ashhadu anna Muhammadur-Rasulullah." Bila sebelumnya ia mengucapkan berbagai mantra, maka sesaat setelah dia mengucapkan syahadah, dia menerima kekuatan surga yang mengagumkan.



Sayyidina Khalid bertanya, "Mengapa anda menunggu setengah jam dalam ketidakpercayaan padahal anda tahu bahwa percaya adalah Realitas. Dia berkata,"O Syekhku, saya meminta maaf, tapi selama 25 tahun saya selalu meminta ijin kepada Syekhku."

"Siapakah syekhmu?"

Dia berkata, "Syekhku adalah egoku. Setiap saat, saya selalu bertanya kepada ego saya dan mendengar apa yang ego perintahkan. Apapun perintah ego, saya melakukan sebaliknya. Sebab sepanjang pengetahuan saya, ego hanya ingin menghancurkan jiwa. Setelah saya mendapat jawaban, barulah saya mengucap kalimat syahadah."

"O Syekhku, selama 25 tahun, apapun yang ego katakan saat saya menanyakan pendapat, saya melakukan sebaliknya. Kini, ketika saya meminta pendapatnya, apa yang harus saya lakukan, apakah mengucap kalimat syahadah atau tidak, ego saya berkata :"Apakah kamu gila? Kamu akan jatuh ke dasar jurang dan memanjat naik lagi? Kamu gila! Berhati-hatilah! Jangan pernah mengucap kalimat syahadah." Dan saya berkelahi dengan ego. Maka ketika ego menolak, saya memutuskan mengucapkannya.



Sayyidina Khalid berkata,"Saat kamu mengucapnya, kamu menerima kekuatan surga. Kami tidak bergantung pada mantra. Mantra untuk setan."



Ketika kita melihat perbuatan non-muslim atau muslim yang tidak menjaga Islam, yang dapat melakukan hal menakjubkan, kita harus tahu bahwa semua itu kekuatan kata. Setan dan iblis dapat melakukannya dengan mudah seperti jalan diatas air, berjalan melewati api, berjalan diatas paku, menembus tembok. Semua itu tak dapat dipercaya. Kita membutuhkan kekuatan surga, dan kekuatan itu datang dari cahaya hati. Kita harus menyayangi setiap orang sama seperti kita menyayangi diri sendiri. Itulah yang benar-benar kita butuhkan. Kita harus menghargai setiap orang. Kita juga harus menolong setiap orang, rendah diri kepada semua orang.

Berhati-hatilah, dan kamu akan menemukan kekuatan surga akan terbuka didepanmu.



Keesokkan harinya, Sayyidina Khalid kembali ke perkumpulannya yang terdiri dari ratusan murid di Damaskus dan dia berkata kepada mereka : "Aku telah mengajar kalian selama 40 atau 45 tahun dan tak ada satupun yang berusaha menjinakkan egonya. Orang yang tidak beriman itu bisa memperoleh kekuatan yang mengagumkan, kekuatan kata-kata karena dia melakukan hal yang bertentangan dengan yang egonya mau. Sedangkan kalian, aku memerintahkan kalian melawan ego, membunuh ego kalian agar menjadi hamba yang baik tapi kalian tidak menurutinya. Untuk alasan itulah kekuatan surga tidak pernah terbuka bagi kalian. Ambillah hikmah dari cerita ini sebagai bahan pemikiran dan jadilah hamba yang baik. Dan dari Allah-lah semua keberhasilan.