Source :
http://atmoon.multiply.com/
Wujud Iblis Dan Metodenya Menggoda Manusia
Dalam karyanya yang monumental “al-Insan al-Kamil” [181], Abdul Karim al-Jilli menyebutkan bahwa Iblis memiliki 99 perwujudan, yang setara dengan jumlah nama-nama Tuhan (asma ul husna), dan dia selalu memperlihatkan diri di dalam semua perwujudan itu. Semua perwujudan itu sulit dijelaskan. Namun, dari ke-99 perwujudan itu terdapat tujuh perwujudan yang sangat penting, yang setara dengan tujuh nama esensial Tuhan, yang menjadi dasar semua nama indah Tuhan. Akan tetapi ada persoalan penting dalam hal ini yakni bahwa asal usul Iblis menurut pandangan al-Jilli bersumber dari nafs Dzat Tuhan (al-nafs al-Ilahiyah). al-Nafs al-Ilahiyah mengandung arti “Pribadi Tuhan, yakni, Tuhan, ketika Dia menyandang sikap Hidup, Berkehendak, Berkuasa, Berkata-kata, dan Sebagainya.” Apa yang dimaksud dengan nafs Dzat Tuhan menurut al-Jilli sebenarnya dimaksudkan suatu keadaan mandiri yang tidak teridentifikasikan kalau kita gunakan penafsiran dengan konsep Simetri Yang Memecah Secara Mandiri dengan bentuk fisikalnya sebagai lingkaran Basmalah. Artinya suatu eksistensi awal mula yang muncul dari suatu tingkat keadaan tertentu yang teridentifikasikan yaitu kondisi awal penciptaan.
Namun, eksistensi nafs Dzat Tuhan kalau kita nisbahkan sebagai asal usul Iblis menjadi tidak tepat. Karena, menurut QS 18:51 Iblis dan Jin tidak mengetahui bagaimana ia diciptakan, ia tidak mengetahui kadar dan kapasitasnya sebagai makhluk, yang menyebabkan dirinya tidak mampu memahami makna Basmalah dan Kun Fa yakuun. Dalam arti spesifik, esensi Iblis muncul sebagai efek sampingan dari proses penciptaan yang telah tercetuskan. Kemunculannya merupakan suatu konsekuensi logis dan memiliki kadar sebagai penyeimbang ketika fase penciptaan memasuki wilayah yang lebih materialistik. Esensi yang muncul saat itu adalah kalor atau panas gesekan antara materi yang memaujudkan esensi Iblis yaitu api, dan akhirnya menjadi kekuatan dominan ketika penciptaan alam semesta memasuki wilayah materi sepenuhnya yaitu setelah Dentuman Besar. Karena esensi penciptaannya yang bersifat sekunder, pengetahuan Iblis tentang Asma dan Sifat Tuhan sebenarnya terbatas kendati ia menauhidkan-Nya, maka iapun mempunyai kadar dengan sifat bodoh dan benci yang melekat mandiri pada dirinya, sebagai karakter dasar keapiannya.
Dengan sifat-sifat yang ditunjukkan oleh QS 18:51 bahwa Iblis dan Jin tidak mengetahui bagaimana ia diciptakan , maka Iblis sebenarnya bukan berasal dari Nafs Dzat Tuhan karena dalam penciptaan Tuhan hanya menampilkan penampakkannya dalam maujud pertama kali sebagai Nur Muhammad sebagai suatu limpahan rahmat dan kasih sayang Nur dari Dzat Tuhan. Sebagai rahmat, maka ia tidak pandang bulu. Namun sebagai ar-Rahiim, maka ia dapat menjadi baik dan buruk dimana hanya pertolongan dan kekuasaan-Nya sajalah yang bisa menyelamatkannya.
Esensi Iblis dari api sebenarnya menginformasikan bahwa Iblis diciptakan setelah Nur Muhammad dan al-Haba maujud sebagai asap, kemudian ekspansi semesta dengan Dentuman Besar terjadi (QS 21:30, 41:11, 24:35) yang sejatinya menunjukkan munculnya realitas ruang-waktu, yaitu mulainya muncul materi. Kendati demikian, Iblis tidak memahami awal mulanya karena kapasitasnya tidak memungkinkan untuk memahami penciptaan. Namun, ia tahu bahwa dirinya dari api. Ia adalah sesuatu yang membakar, sesuatu yang muncul setelah hirarki penampakkan Tuhan maujud di alam materi dimana gravitasi dan elektromagnetik muncul pertama kali, kemudian meningkat di hirarki alam atomis. Pada akhirnya, Iblis menjadi bagian pembentukan alam materi yang lebih nyata sebagai ikatan nuklir kuat dan lemah yang membangun inti dan struktur atom karena itu bahan dasarnya api dari ikatan reaksi termo nuklir. Iblis bukan maujud langsung dari Nafs Dzat Tuhan atau al-Nafs al-Ilahiyah seperti diperkirakan oleh al-Jilli. Dengan kata lain, Iblis bukan menunjukkan Pribadi Tuhan yang menyandang sifat Yang Maha Hidup, Berkehendak, dan Berkuasa karena sifat demikian hanya dinisbahkan pada Penyebab Absolut Yang Mandiri - Allah.
Iblis bukan makhluk yang mandiri, ia diciptakan meskipun dalam tahap sekunder, tetapi kadarnya tidak dimaksudkan untuk memiliki pengetahuan. Karena ia bukan yang sempurna. Kadarnya menyimpan potensi tetapi terbatas bukan untuk memahami, ia diciptakan untuk mematuhi. Ketika ia tidak ridha atas kadarnya, maka ia pun menjadi besar diri, padahal tidak ia ketahui bahwa ibadahnya tanpa ilmu dan pengetahuan. Ia makhluk yang kadarnya hanya sebatas taklid. Ketika ia tidak ridha, kebodohan dan kebenciannya muncul menjadi iri, dengki, kesombongan dan takabur. Menolak perintah dengan spekulasi merasa diri suci, ia mengira memahami hakikat Tuhan, lantas kesombongan dan takaburnya membangun muslihat kemudian merasa
pantas sejajar dengan Tuhan. Ia menolak sujud kepada Adam dengan spekulasi yang menunjukkan kebodohannya bahwa ia sejatinya tidak mengenal sifat Tuhan yang Maha Mengetahui. Tanpa sadar ia menjadi makhluk yang tertipu muslihatnya sendiri. Ketika ia menolak bersujud, ia mengira bahwa Tuhan akan meluluskan penolakannya karena ibadah taklidnya yang sudah lebih dulu ia lakukan. Tuhan pun murka dan membeberkan tipu muslihatnya untuk menjadikan dirinya tuhan : Iblis mempunyai niat untuk menduakan Tuhan. Bukannya tobat, ia malah tidak mengakui kesalahannya. Ia tertipu lagi dengan meminta penangguhan sampai kiamat nanti, menjadi bagian dari Adam untuk melampiaskan kedengkiannya yang juga menjadi taklid dan ciri sifatnya. Maka terputuslah ia dari Rahmat Ilahi. Karena esensi penciptaannya yang tidak ia ketahui, maka ia tidak mengenal rahmat dan cinta. Sejatinya, Iblis tak pernah mengenal Cinta Ilahi.
Yang jelas bahwa kalau kita sejajarkan pengertian esensi Iblis sebagai berasal dari api, maka esensi ini boleh jadi muncul dalam diri Adam dan keturunannya karena sebagai makhluk berjasad yang relatif maka Adam adalah makhluk sintesis dimana dikatakan bahwa proses pembentukan jasad Adam melalui beberapa tahap yaitu dari tanah (QS 40:67), kemudian menjadi tanah basah (tanah+air) (QS 37:11), lumpur hitam (tanah+air+udara) (QS 15:26), dan tanah kering seperti tembikar (QS 55:14). QS 55:14 menunjukkan bahwa jasad biologis Adam atau manusia umumnya mengandung unsur api yang sejatinya unsur pembentuk Jin dan Iblis. Makhluk manusia terdiri dari milyaran atom-atom pembentuk wujud dimana atom sendiri terikat oleh esensi Iblis yang stabil yaitu dunia atomis dengan pengikatnya gaya termo nuklir. Ketika jasad sintesis dibentuk, kemudian esensi Ruh Ilahiyah ditiupkan ke dalam jasad, ruh bereaksi dengan esensi jasad biologis yakni gaya-gaya dan medan-medan energi alam atomis pembentuk jasad. Energi ini diperlukan untuk menghidupkan jasad setelah Ruh ditiupkan ke dalamnya. Energi kehidupan jasad adalah fitrah yang suci yang bernama nafs, suatu sistem energetis yang kualitasnya sudah terintegrasi dengan siaft-sifat dasar elemen pembentuk jasad. Awalnya nafs fitri, potensi baik dan buruknya seimbang, sistem manusia dirancang dalam keadaan sebaik-baiknya bentuk jasmani maupun ruhani (QS 91:-7-9). Sebab tanpa keseimbangan maka jasad mati. Tanpa nafs, jasad juga mati. Dengan peniupan ruh yang suci, yang menyaksikan Tuhan Yang Esa, jasad hidup tetapi ruh terkontaminasi sehingga kesuciannya bukanlah kesucian yang murni, tetapi menjadi nafs yang potensinya mudah diintervensi oleh esensi Iblis yaitu panas keapiannya. Nafs sejatinya adalah ruh yang kualitasnya lebih rendah dari ruh azali karena ia diperlukan untuk memberikan energi kehidupan dari semua unsur pembentuk jasad yang materi. Tapi nafs bisa menjadi suci, bila dilakukan penyucian jiwa (QS 91:9-10), sehingga iapun bisa kembali kekualitas azalinya sebagai ruh yang suci. Namun, iapun bisa terkontaminasi, khususnya bila Jin dan Iblis sudah menyusup ke dalam dirinya, maka iapun menjadi jiwa yang terkotori. Setanpun lahir dalam wujud manusia setelah semua nafsnya dikuasai oleh Iblis atau Jin yang menjadi pengikut Iblis.
Dengan konsep asal usul Iblis yang sudah saya revisi, maka ketujuh perwujudan Iblis menurut Al-Jilli dapat diuraikan sbb [181]:
Wujud Pertama adalah menguasai akal dan konsepsi ilmu pengetahuan manusia yaitu pandangan tentang dunia dan alam semesta. Untuk itu, ia menelusup ke dalam daya khayal dan angan-angan manusia dengan target utama menguasai akal manusia yang mampu menguraikan pengetahuan. Pengetahuan sejatinya tidak pernah dimiliki Iblis karena ia buta terhadap penciptaan, kebutaannya ini menyebabkan ia sebenarnya makhluk yang bergerak secara naluriah saja. Sejatinya ia bebal. Tapi, asalkan ada medan energi yang mendekati esensi dirinya ia bisa masuk kesana. Dan nafs manusia adalah medan energi yang berubah-ubah bentuk tergantung asupan makan dan minum, akhlak, dan kebiasaan-kebisaannya. Setelah akal ia kuasai, mudah baginya membisik-bisiki. Setelah bisik-bisik menancap, maka ia otomatis akan melahirkan keturunannya yaitu setan untuk menetap dalam hati, menutupi cahaya ilahiah, mengikat akal pikiran manusia ke dalam benteng nafsu. Maka butalah manusia karena satu matanya tertutup yaitu matahati. Dari sini ia bisa mengarahkan manusia untuk menyembah dirinya sendiri, menciptakan tuhan-tuhan lain seperti berhala, uang, wanita, dan kemegahan-kemegahan duniawi lainnya. Dengan terkuasainya akal pikiran manusia yang berdaya guna, ia bisa mengkonsepsi pengetahuan manusia dan mengarahkannya bahwa alam semesta sekedar ruang-waktu, alam semesta materi belaka. Maka anaknya, manusia yang menjadi setan dan Dajjal, akan melahirkan konsep-konsep canggih tentang materialisme, ateisme, hedonisme, dan kesenangan lainnya yang hakikatnya akan semakin menabiri manusia dari Tuhan yang sebenarnya. Ilmu pengetahuan kemudian dikonsepkan Setan sesuai dengan kepintaran manusia, sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dimiliki Iblis - bapaknya.
Konsepsi ilmu pengetahuan manusia dengan landasan materialisme akhirnya akan memutuskan hubungan manusia dengan Tuhannya karena dengan konsep kontinuum ruang-waktu, maka manusialah yang menjadi Tuhan. Atau berlagak seperti Tuhan dan menguraikan alam semesta sesuai pengamatannya bukan sebagai apa yang dicitarasakannya.
Wujud Kedua adalah hawa nafsu yang bisa menikmati hasil dari perbuatan wujud pertama. Dengan alam sebagai materi, maka semuanya harus dibuat untuk kepuasan hasrat hawa nafsu. Muncul dari hawa nafsu yang materialistik adalah ketamakan dan birahi. Kemudian dari kedua sifat ini muncul kepemilikan, penguasaan, perbudakan, penjajahan manusia atas manusia lainnya, hasrat-hasrat dan lain sebagainya. Bagi Muslim, maka dari ketamakan dan birahi Iblis muncul dalam bentuk yang menyesatkan berupa berbagai macam hiburan, sifat rakus seperti hewan, cinta dunia dan takut mati. Setelah semua itu menjadi kebiasaan manusia, maka Iblis tak perlu repot lagi untuk menggoda. Ia cukup melihat hasilnya saja melihat manusia yang mematuhi perwujudan dirinya, mematuhi perintahnya, dan menuhankannya. Ketika kebodohan manusia yang bergandengan dengan cinta dunia semakin menjadi-jadi, maka Iblis memasukkan bisik-bisik hasutannya untuk meyakinkan bahwa manusia sudah menjauhi hal-hal yang menuju Tuhan yang sebenarnya, ia tinggal menjerumuskan manusia ke dalam kekafiran, syirik, dan kemudian menyelesaikan pekerjaannya mencari teman untuk tempat tinggalnya di neraka.
Wujud Ketiga, Iblis melakukan tipu muslihat dengan perbuatan baik manusia, dengan menciptakan apa yang terlihat indah bagi mereka, sehingga mereka menjadi mangsa dari rasa puas diri. Dari rasa puas diri yang muncul, bisik-bisiknya memastikan bahwa rasa puas diri ini akan menjadi kesombongannya. Ia harus memastikan bahwa manusia menjadi sombong terhadap apa yang mereka yakini sehingga mereka menolak nasihat orang bijak. Ketika ia mencapai tingkatan ini, maka dibisikinya, “Seandainya orang lain melakukan seratus kali lipat dariapa yang engkau lakukan, maka mereka baru bisa selamat.” Akibatnya, mereka enggan mengoreksi diri, ilmunya merasa paling tinggi, enggan memanfaatkan waktu untuk belajar atau bekerja, menjadi besar kepala, dan memandang rendah orang lain. Dalam keadaan demikian, mereka menjadi berburuk sangka dan curiga terhadap orang lain, berbuat gibah, sehingga Iblis dapat mendorong mereka untuk berbuat dosa, dengan mengatakan kepada mereka, “Lakukan apa yang engkau inginkan, karena Tuhan Maha Memaafkan dan Penyayang serta tidak pernah menghukum siapapun. Tuhan bersifat pemurah dan enggan menghukum. Lagi pula tidak dapat dibayangkan bahwa yang maha pemurah itu akan memaksakan hak-haknya sendiri.” Iblis meyakinkan mereka akan [kebenaran] penalaran semacam ini, sehingga tekad mereka untuk beribadah segera digantikan oleh akhlak yang bejat, dan penderitaan pun menimpa mereka.
Wujud Keempat berkaitan dengan niat dan mencari keunggulan dalam perbuatan. Dalam wujud ini, Iblis muncul kepada orang-orang yang mencapai derajat kesaksian (syuhud), dengan maksud menyesatkan niat mereka, hingga akhirnya amal mereka rusak. Ketika salah seorang dari mereka beramal di jalan Tuhan , Iblis mengutus Setan ke dalam pikirannya, dengan mengatakan kepadanya, “Tingkatkan terus amalmu, karena orang-orang mengawasimu, dan mereka berusaha menandingimu!” Sesungguhnya ini terjadi ketika Iblis tidak mampu mempengaruhi seseorang melalui jalan kemunafikan dan sikap tamak, seperti telah disebutkan sebelumnya, dengan mengatakan bahwa “Untuk si polan, pakai cara ini dan Polan dengan cara yang itu.” Pendeknya, banyak sekali tipu daya Iblis untuk orang yang amalnya tidak dapat dirusak oleh Iblis. Biasanya ia didekati dengan anjuran untuk melaksanakan amal yang lebih baik, agar akhirnya ia meningggalkan kegiatannya semula, lalu didorong untuk melaksanakan amal yang justru dia sendiri tidak siap mengamalkannya.
Wujud Kelima adalah wujud pengetahuan. Iblis muncul kepada orang berilmu dan menyimpangkan mereka dari jalan pengetahuan. Inilah jalan terbaik untuk menyesatkan mereka. Diriwayatkan bahwa Iblis berkata, “Dalam pandanganku, adalah lebih mudah menyesatkan seribu orang berilmu daripada orang buta huruf yang kuat imannya. Karena aku tetap binung dengan si buta huruf yang kuat imannya. Sedangkan sebaliknya, menyesatkan orang berilmu mudah bagiku.”
Wujud pendekatan kelima sebenarnya berkaitan erat dengan pendekatan pertama karena satu sama lain sebenarnya melibatkan orang yang sama. Hanya, pada wujud kelima Iblis menyerang dengan memberikan penetapan-penetapan bahwa ia benar sehingga orang itu semakin mengikutinya. Biasanya orang berpengetahuan yang dipengaruhi Iblis akan pintar berkelit dan bersilat lidah. Seribu alasan ia tumpahkan untuk membenarkan pendapatnya, tanpa melihat lagi kepada esensi kebenaran yang sebenarnya. Baginya, apa yang menurut akalnya benar haruslah benar. Ia pun sudah dihinggapi bibit penyakit Iblis yaitu mau enaknya sendiri. Akibatnya, tidak jarang orang berilmu itu bersumpah demi memuaskan hasratnya. Perilaku seperti ini banyak dan beragam, sehingga tak ada batasnya. Hanya segelintir hamba Tuhan yang, ketika diungkapkan kepada mereka, berhasil menjaga kesucian jiwa mereka.
Wujud Keenam adalah ketika Iblis menampakkan diri kepada murid yang tulus dengan merusak keinginan mereka untuk hidup tenang, menjerumuskan mereka ke dalam gelapnya sifat hewani melalui kebiasaan memperturutkan hawa nafsu, demi menyimpangkan mereka dari keinginan untuk berusaha dan kuatnya perhatian mereka. Ketika mereka telah kehilangan semua ini, merekapun kembali kepada hawa nafsu mereka (nafs), sehingga Iblis dapat mempengaruhi mereka seperti dia berbuat serupa kepada yang lain yang tidak mempunyai keteguhan. Tak ada yang lebih berbahaya dari para murid selain memperturutkan hawa nafsu dan menyerah kepada kebiasaan buruk.
Wujud Ketujuh berkaitan dengan makrifat Tuhan, dimana Iblis menampakkan diri kepada orang yang saleh, sahabat Tuhan (awliya) dan kaum arif, kecuali mereka yang dilindungi Tuhan. Tentu saja, dia tidak berdaya menghadapi orang-orang yang dekat kepada Tuhan (muqarrabūn). Cara pertama yang digunakan Iblis untuk menampakkan diri kepada mereka (orang-orang saleh, awliya dan kaum arif) adalah dalam Hakikat (haqiqah), ketika dia bertanya kepada mereka, “Bukankah Tuhan adalah Hakikat semua makhluk, jadi tidakkah Tuhan merupakan Hakikat dirimu?” Mereka akhirnya menjawab, “Ya, memang demikian.” Kemudian dia bertanya kepada mereka, “Mengapa engkau berpayah-payah mengerjakan hal-hal yang dikerjakan oleh para pengikut yang buta?” Akibatnya, mereka tidak beribadah. Ketika mereka berbuat demikian, Iblis berkata, “Buatlah apa saja, sebab Tuhan adalah hakikat dirimu. Engkau adalah Dia, dan perbuatan-perbuatannya tidak dapat dipertanyakan.” Mereka pun berbuat zina, mencuri, minum minuman keras, hingga semua perbuatan mereka benar-benar menyimpang dari Islam, hilang Iman dan terjerumus ke dalam kekafiran dan kemurtadan.
atmnd,
Tulisan ini merupakan bagian dari Buku ke-3 Risalah Mawas Diri “Kun Fa Yakuun : Mengenal Diri, Mengenal Ilahi”
Rujukan yang digunakan.
Referensi
1. Al Qur’an Terjemahan Departemen Agama, 1984
2. Al Qur’an Terjemah Indonesia, PT Sari Agung, Cetakan ke-13, 1999
3. HB Yassin, “Al Qur’an Bacaan Mulia”, Yalco Jaya, Cetakan ke-4, 2002
4. Choiruddin Hadhiri SP, “Klasifikasi Kandungan Al Qur’an”, Gema Insani Press, 1999
5. Syaikh Hamami Zadah, “Menyelami Lubuk Al Qur’an: Tafsir Surah Yasiin”, Penerbit IIMAN & Penerbit Hikmah, Februari 2003.
6. M. Quraish Shihab, “Tafsir Al Mishbah”, Jilid 1 & 11, Lentera Hati, 2003
7. Az-Zabidi, Imam, “Ringkasan Shahih Al-Bukhari”, Mizan, Cetakan ke-4, 2000
8. Syeikh Muhammad Nafis Ibn Idris Al-Banjari, ”Ad-Durr An-Nafis: Permata Yang Indah”, Pustaka Sufi, 2003
9. Abu Nashr as-Sarraj, “Al-Luma”, Risalah Gusti, 2002
10. Al-Qusyairy an-Naisabury, “Risalatul Qusyairiyah”, Risalah Gusti, 1996
11. Al Ghazali, ”Rahasia-rahasia Shalat”, Karisma, Cetakan ke-6, 1992
12. ________, “Hikmah Penciptaan Makhluk”, Risalah Gusti, 2002
13. ________, “Mutiara Ihya Ulumiddin”, Mizan, 1990
14. ________, “Ringkasan Ihya Ulumiddin”, Gita Media Press, 2003
15. ________, ”Ibadah Perspektif Sufistik”,Risalah Gusti, 1999
16. ________, ”Mihrab Kaum Arifin”,Pustaka Progresif, 1999
17. ________, ”Manajemen Hati”, Pustaka progressif, 2002
18. ________, ”Setitik Cahaya Dalam Kegelapan”, Pustaka Progressif, 2001
19. ________, ”Rahasia Zikir dan Doa”,Karisma, Cetakan ke-9, 1999
20. ________, ”Mengobati Penyakit Hati”, Karisma, Cetakan ke-5, 1999
21. ________, ”Adab Mencari Nafkah”, Karisma, 2001
22. ________, ”Orang-orang Yang Terkelabui”, Karisma, Cetakan ke-4, 1999
23. ________, ”Jalan Orang Bijak”, Serambi, Cetakan ke-3, 2002
24. Ibnu ‘Arabi, “Pohon Kejadian (Syajaratul Kaun): Doktrin tentang Person Nabi Muhammad”, Risalah Gusti, Maret 2000
25. ________, ”Hakikat Lafadz Allah”, Pustaka Progresif, Mei 2000
26. ________, “Selamat Sampai Tujuan”, Serambi, 1997
27. Syekh Abdul Qadir Al Jailani, ”Rahasia Sufi”, Futuh, 2002
28. ________, “Rahasia Dibalik Rahasia”, Risalah Gusti, 2002
________, “Futuh Al-Ghaib”, Kalam Mulia, 2004
29. Al-Harits bin Assad al-Muhasibi, “Memelihara Hak-hak Allah”, Pustaka Hidayah, 2002
30. ________, “Menuju Hadirat Ilahi”, Al bayan-Mizan, 2003
31. ________, “Tulus Tanpa Batas”, Al bayan-Mizan, 2003
32. Ibnu Usman Al Hujwiri, ”Kasyf al-Mahjub”, Pustaka Sufi, 2003
33. Ibnu Athaillah Al-Sakandari, “Pencerah Kalbu”, Serambi, 2002
34. Said Hawwa, “Penyucian Jiwa”, Robbani Press, 1999
35. __________, “Rambu-rambu Jalan Ruhani”, Robbani Press, 1999
36. __________, “Jalan Ruhani”, Mizan, 1995
37. Syekh Nur ad Din ar Raniri,”Menggugat Manunggaling Kawula Gusti”, Pustaka Sufi, Juli 2003
38. Bey Arifin, H., “Samudera Al-Fatihah”, PT Bina Ilmu, 2002
39. Achmad Mubarok, Dr.,”Sunatullah Dalam Jiwa Manusia: Sebuah Pendekatan Psikologi Islam”, IIIT Indonesia, Februari 2003
40. Sukardi K.D., Ed.,”Shalat dalam Perspektif Sufi”, PT Remaja Rosdakarya, November 2001
41. Hamka, Prof. Dr.,”Tasauf : Perkembangan dan Pemurniannya”, PT Pustaka Panjimas, 1984
42. Rachmat Taufik Hidayat et al, ”Almanak Alam Islami”, Pustaka Jaya, 2000
43. Miftah Faridl, ”Dzikir”, Pustaka, Cetakan ke-3,2000
44. Qamaruddin SF, Rd. ,”Zikir Sufi”, Serambi, Cetakan ke-3, 2002
45. Al-Habib Alwi Al-Haddad, “Mutiara Zikir dan do’a”, Pustaka Hidayah, Cetakan ke-3, 2000
46. Muhammad Said Al-Qahthani, dkk,”Memurnikan Laa Ilaaha Illallah”, Gema Insani Press, Jakarta 1991
47. Idrus Abdullah Al-Kaf,”Bisikan-bisikan Hati: Pemikiran Sufistik Imam al-Haddad dalam Diwan ad-Durr al-Manzhum”,Pustaka Hidayah, Desember 2003
48. Ibnu Qayyim Al jauziyah,”Roh”, Pustaka Al Kautsar, 1999
49. Ibnu Rajab Al Hanbali, “Setahun Bersama Nabi”, Pustaka Hidayah, 2002
50. Victor Danner,”Sufisme Ibu Atha’illah: Kajian Kitab al-Hikam”, Risalah Gusti, Surabaya, 2003
52. As Sayyid Mahmud Abul Faidh Al Manufi Al Husaini,”Jamharotul Aulia”,Mutiara llmu, Surabaya, 1996
53. Seyyed Hossein nasr, “Muhammad Kekasih Allah”, Penerbit Hikmah, 2000
54. Haekal, “Hayat Muhammad”, Bina Insani, 1982
55. Allama Sir Abdullah Al-Makmun Al-Suhrawardy,”Muhammad: Kearifan dan Keutamaan Sang Nabi”, Pustaka Sufi, 2002
56. Yunasril Ali, “Ruh dan Jenjang-jenjang Ruhani”, Serambi, 2003
57. Salim Said Bawazier, “Memahami Hakikat Takdir”, Iqra Insan Press, 2003
58. Abu usman al-Jahiz, “Desain Ilahi: Dalil Keterciptaan Alam”, Serambi, 1998
59. M. Mutawalli Asy Sya’rawi, “Isra Mi’raj: Mu’jijat Terbesar”, Gema insani Press, 2001
60. Abdurrahman As-Sanjari,”Dimana Allah?”,Iqra Insan Press,Oktober 2003
61. M.T. Zen, Ed.,”Sains, Teknologi, dan Hari Depan Manusia”, Gramedia, 1981
62. Reynold A. Nicholson,”Mistik Dalam Islam”, Bumi Aksara, 2000
63. Lynn Wilcox,” Ilmu Jiwa Berjumpa tasawuf”, Serambi, November 2003
64. Ian G. Barbour,”Juru Bicara Tuhan”, Mizan, 2002
65. Keith Ward,”Dan Tuhan Tidak Bermain Dadu”, Mizan, 2002
66. Adil Thaha Yunus,”Jejak-jejak Utusan Allah”,Pustaka Hidayah, 2003
67. Salim Bahreisy, H., “Terjemah Al Hikam: Pendekatan Abdi pada Kholiqnya”, Balai Buku, 1984
68. Zainal Arifin Thoha, “Nasehat Syeik Abu Hasan Asy Syadzilli Jilin 1 & 2”, Dua Mata Air, Jogja, 2003
69. _______________, “Nasehat Syeik Abdul Qadir Al Jailani Jilid 1 & 2”, Dua Mata Air, Jogja, 2003
70. Ali Ansari,”Tasawuf dalam Sorotan Sains Modern”, Pustaka Hidayah, 2003
71. Richard Leakey, ”Asal Usul Manusia”, KPG, 2003
72. Maurice Bucaille, ”Asal Usul Manusia: Menurut Bibel , Al Quran dan Sains”, Mizan, 2000
73. Ziauddin Sardar dan Iwona Abrams, ”Chaos For Beginner”, Januari,2001
74. Stephen Hawking, ”Riwayat Sang Kala”, Pusta Utama Grafiti, 1994
75. ______________, “Black Holes and Baby Universes”, PT Garmedia, 1993
76. Sandi Setiawan, ”Theory Of Everything”, Andi Offset, 1991
77. Carl Sagan, ”Kosmos”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1997
78. Situs Harun Yahya http://www.harunyahya.com artikel-artikel:
79. Situs majalah sufi http://www.sufinews.com artikel-artikel :
1. “Tarekat Awam dan Tarekat Khos”.
2. “Tarekat Syadziliyah”
3. “Nasihat asy-Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzily RA”
4. “Eksistensi Seorang Mursyid”
80. Henry Schaefer III, Dr. ,”Stephen Hawking, the Big Bang, and God Part 1 & Part 2” , artikel di situs http://www.clm.org
81. Mulla Shadra, ”Manifestasi-manifestasi Allah”, Pustaka Hidayah, Januari, 2004
82. Achmad Marconi, “Bagaimana Alam Semesta Diciptakan: Pendekatan Al Qur’an dan sains Modern”, Pustaka Jaya, 2003
83. S. Anwar Effendie, Muchjidin Effendie Soleh, Ma’mun Effendie S.,”Alam Raya dan Al Qur’an”, Pradnya Paramita, 1994
84. Sirajuddin Zar, “Konsep Penciptaan Alam”, Raja Grafindo Persada, 1997
85. Anas Abdul Hamid Al Quz,” Ibnu Qayim Berbicara Tentang Manusia & Semesta”, Pustaka Azzam,1998
86. Alwi Al-Atas S.S.”, Akbar Medai Eka Aksara, Agustus, 2003
87. Komaruddin Hidayat, Prof.,”Menafsirkan Kehendak Tuhan”, Teraju, 2003
88. Azharuddin Sahil,”Indeks Al-Quran”, Penerbit Mizan, Cetakan ke-9, 2001
89. M. Dawam Rahardjo, Prof. Dr.,”Ensiklopedi Al Quran : Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci”, Penerbit Paramadina, Cetakan ke-2, 2002
90. Qodi Iyad Ibn Musa Al Yahsubi,”Keagungan Kekasih Allah Muhammad SAW”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
91. Syekh Nur ad-Din ar-Raniri,”Rahasia Manusia Menyingkap Ruh Ilahi”, Pustaka Sufi, Januari, 2003
92. Idries Shah,”Hikmah Dari Timur”, Penerbit Pustaka, 1982
93. Karen Armstrong,”Sejarah Tuhan”, Penerbit Mizan, 2002
94. Muzaffaruddin Nadvi, MA,Ph.D,Dr.,”Pemikiran Muslim Dan Sumbernya”, Penerbit Pustaka, 1984
95. Murtadha Muthahhari,”Mengenal Epistemologi”, Penerbit Lentera, 2001
96. Abdul Wahid Hamid,”Islam: Cara Hidup Alami”, Lazuardi, September, 2001
97. Anis Matta Lc.m H.M., “Model Manusia Muslim”, PT Syaamil Cipta Media, Cetakan ke-3, Juni, 2003
98. Zaghloul An-Najjar, Prof. Dr.,”Dan Seluruh Alam pun Bertasbih Kepada-Nya”, Gema Insani Press, 2003
99. Muhammad Quthub, Dr.,”Islam Agama Pembebas”, Mitra Pustaka, Cetakan ke-1, September , 2001
100. Wajoetomo, Dr. dr. H.,”Puasa dan Kesehatan”, Gema Insani Press, Cetakan ke-3, 1999
101. Tony Buzan,” Use Both Sides of Your Brain”, Ikon Teralitera, Februari, 2003
102. Hasbi Ash Shiddieqy, Prof TM,”Tafsir Al Bayaan Jilid I”,
103. Aribowo Prijosasksono, Marlan Mardianto, “Self Management”, PT Gramedia, Cetakan ke-2, 2002, Jakarta
104. Charles Darwin,”The Origin Of Species”, The New American Library, Cetakan ke-3, 1960
105. Marshall G.S. Hodgson,”The Venture Of Islam”, Penerbit Paramadina, Jakarta 2002
106. A. Mustofa Bisri, “Melihat Diri Sendiri”, Gama Media, Maret, 2003
107. Harry S. Dent, Jr,”Ledakan Abad Milenium”, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2001
108. Achmad Baiquni, Prof. M.Sc., Ph.D. ,”Al Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Cetakan ke-4, Oktober 1996
109. Hidayat Nataatmadja, Dr.,”Inteligensi Spiritual”, Perenial Press, 2001
110. H. Tohari Musnamar, Dr.,”Jalan Lurus Menuju Ma’rifatullah”, Mitra Pustaka, 2003
111. Musa Kazhim,” Tafsir Sufi”, Penerbit Lentera, Juli, 2003
112. Abul Fadl Mohsin Ebrahim,” Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen Pada Hewan”, PT Serambi Ilmu Semesta, Februari, 2004
113. Louis Massignon, “Al-Hallaj: Sang Sufi syahid”, Fajar Pustaka Baru, Cetakan ke-3, Maret, 2002
114. John Polkinghorne,”Teori Kuantum: Sebuah Pengantar Singkat”, Penerbit Jendela, Cetakan ke-1, Februari, 2004
115. Paul Strathern, ”Einstein dan Relativitas”, Penerbit Erlangga, 2002
116. ____________, ”Bohr dan Teori Kuantum”, Penerbit Erlangga, 2002
117. Fakhruddin Iraqi, “Lamaat (Kilau Kemilau lahi)”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
118. Michael Talbot, “Mistisisme dan Fisika Baru”, Pustaka Pelajar, Desember, 2002
119. Nurcholis Madjid,” Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam Dalam Kehidupan Masyarakat”, Penerbit Paramadina, Cetakan ke-4, Jakarta, 2004
120. H. Sahabuddin, Prof. Dr.,”Nur Muhammad: Pintu Menuju Allah”, PT Logos Wacana Ilmu, Cetakan ke-2, Mei 2002
121. Al-Dar al-Islamiyah,” Menjadi Manusia Sempurna”, Penerbit Cahaya, Januari 2004
122. KH. Jamaluddin Kafie,” Tasawuf Kontemporer”, Penerbit Republika, Cetakan ke-2, Maret 2003
123. William C. Chittick,” Dunia Imajinal Ibnu Arabi”, Risalah Gusti, Surabaya, April 2001
124. Ary Ginanjar Agustian,” ESQ: Emotional Spiritual Quotient”, Penerbit Arga, Cetakan Pertama, 2001
125. K.H. Toto Tasmara, “Kecerdasan Ruhaniah”, Gema Insani, Jakarta, 2001
126. Faruq Sherif, “Al Quran Menurut Al; Quran”, Serambi, November, 2001
127. Ibnu Arabi,” Fusus Al Hikam”, Penerbit Islamika, Maret , 2004
128. Michael A. Sells,”Terbakar Cinta Tuhan”, Penerbit Mizan, maret , 2004
129. Abdul Munir Mulkhan, “Revolusi Kesadaran Dalam Serat-Serat Sufi”, PT Serambi Ilmu Semesta, April 2003
130. Peter Coles, “Hawking dan Pikiran Tuhan”, Penerbir Jendela, Cetakan Pertama, Maret 2003
131. RA Goenadhi, Penyunting, “Khazanah Orang Besar Islam”, Penerbit Republika, Mei, 2002
132. Ziauddin Sardar, “Jihad Intelektual: Merumuskan Parameter-parameter Sains Islam”, Risalah Gusti, Cetakan kle-2, 2000
133. Mohammad Hatta, “Alam Pikiran Yunani”, Penerbit Tintamas, Cetakan ke-3 1986
134. Armahedi Mahzar, “Integralisme: Sebuah Rekonstruksi Filsafat islam”, Penerbit Pustaka, 1983
135. Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, “Mengenal Mudah: Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan Secara Terpadu”, Al Bayan, September, 1998
136. Jawaid Quamar, “Tuhan dan Ilmu Pengetahuan Modern”, Pustaka Salman, Bandung , 1983
137. Seyyed Hossein Nasr, “Antara Tuhan, Manusia dan alam”, IRCiSoD, Agustus, 2003
138. Agus Mustofa, “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”, Padma Press, Maret, 2004
139. Ed Sexton, “Dawkins dan The Selfish Gene”, Jendela, Februari 2003
140. Joko Siswanto, “Kosmologi Einstein”, PT Tiara Wacana Yogya, November, 1996
141. Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, “Psikologi : Suatu Pengantar dalam Perspektif islam”, Kencana, jakarta, 2004
142. Taufiq Pasiak, “Revolusi IQ, EQ, SQ : Antara Neurosains dan Al Qur’an”, PT Mizan Pustaka, Setakan ke-3, September 2003
143. Mohammad Luqman Hakiem, “Mursyid dalam Thariqat Sufi “, majalah Sufi Edisi April 2000
144. _______________________, “Sekitar Titik Baa 1 & 2“, majalah Sufi Edisi April 2000 dan Juni 2000
145. _______________________,”Jalan Yang Lurus Itu….”, majalah Sufi Edisi September 2000
146. Abdul hadi WM, “Asal usul Tarekat Sufi”, majalah Sufi Edisi April 2000
147. KH A. Mustofa Bisri, “Ghurur”, majalah Sufi Edisi Juli 2000
148. Dr. Said Aqiel Siradj, “Relevansi Tasawuf”, majalah Sufi Edisi Juli 2000
149. KH E. Fachruddin Masturo, “Manusia di Maqam Hakiki”, majalah Sufi September 2000
150. Dr. Komaruddin Hidayat, “Tanpa Ma’rifat Sulit Mencapai Insan”, majalah Edisi Sufi September 2000
151. Umar Syahab MA,”Kesempurnaan Bayang-bayang Ilahi”, majalah Sufi Edisi September 2000
152. Syeikh Abdul Kariem Al-Jilly,”Muhammad SAW Prototipe Insan Kamil ringkasan)”, majalah Sufi Edisi September 2000
153. Asrina, “Abu Yazid Al-Busthami”, majalah Sufi Edisi September 2000
154. Dr. KH. Jalaludin Rakhmat,”Perjalanan Sufi Dewa Ruci”, majalah Sufi Edisi September 2000
155. Salahuddin, “Sekilas Husein Bin Manshur al-Hallaj”, majalah Sufi Edisi Nopember 2000
156. “Sejumlah Istilah-istilah Sufistik”, majalah Sufi Edisi Nopember 2000
157. Dr. Mulyadhi Kartanegara, “Manifestasi Nilai—nilai Tasawuf dalam Sejarah”, majalah Sufi Edisi Februari 2001
158. Prof. Dr. Muhammad Ardhani,”Integrasi Ajaran Syariat dan Hakikat”, majalah Sufi Edisi 2001
159. Danah Zohar dan Ian Marshall, “SQ”, PT Mizan Pustaka, November 2003
160. Abdul Munir Mulkhan, “Kecerdasan Makrifat”, Harian Republika Online Edisi 16/17 April 2004
161. Imam suhadi, “Tertelan Dalam samudera Istiqamah”, Buletin Forum kajian Tazkiyatun Nafs UI, http://www.paramartha.org
162. Ibnu Qayyim Al-jauziyah, “Madarijus salikin”, Pustaka Al-kautsar, Agustus 2002
163. Al-Ghazali, “Tafsir Ayat Cahaya”, Pustaka Progressif, Januari 1999
164. Capt. W.H Rabbani, “Sufisme Islam”, Sahara Publisher, Februari 2004
165. Syeikh Najmuddin Al-Ghaithiy,”Menyingkap Rahasia Isra Mi’raj nabi Muhammad s.a.w”, Penerbit Pustaka Setia, November 2000
166. Muhammad Abduh, “Tafsir Juz’Amma”, Penerbit Mizan, November 1999