"Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak" (Ar-Rahman: 37)





















Tawassul

Yaa sayyid as-Saadaat wa Nuur al-Mawjuudaat, yaa man huwaal-malja’u liman massahu dhaymun wa ghammun wa alam.Yaa Aqrab al-wasaa’ili ila-Allahi ta’aalaa wa yaa Aqwal mustanad, attawasalu ilaa janaabika-l-a‘zham bi-hadzihi-s-saadaati, wa ahlillaah, wa Ahli Baytika-l-Kiraam, li daf’i dhurrin laa yudfa’u illaa bi wasithatik, wa raf’i dhaymin laa yurfa’u illaa bi-dalaalatik, bi Sayyidii wa Mawlay, yaa Sayyidi, yaa Rasuulallaah:

(1) Nabi Muhammad ibn Abd Allah Salla Allahu ’alayhi wa alihi wa sallam
(2) Abu Bakr as-Siddiq radiya-l-Lahu ’anh
(3) Salman al-Farsi radiya-l-Lahu ’anh
(4) Qassim ibn Muhammad ibn Abu Bakr qaddasa-l-Lahu sirrah
(5) Ja’far as-Sadiq alayhi-s-salam
(6) Tayfur Abu Yazid al-Bistami radiya-l-Lahu ’anh
(7) Abul Hassan ’Ali al-Kharqani qaddasa-l-Lahu sirrah
(8) Abu ’Ali al-Farmadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(9) Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadani qaddasa-l-Lahu sirrah
(10) Abul Abbas al-Khidr alayhi-s-salam
(11) Abdul Khaliq al-Ghujdawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(12) ’Arif ar-Riwakri qaddasa-l-Lahu sirrah
(13) Khwaja Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(14) ’Ali ar-Ramitani qaddasa-l-Lahu sirrah
(15) Muhammad Baba as-Samasi qaddasa-l-Lahu sirrah
(16) as-Sayyid Amir Kulal qaddasa-l-Lahu sirrah
(17) Muhammad Bahaa’uddin Shah Naqshband qaddasa-l-Lahu sirrah
(18) ‘Ala’uddin al-Bukhari al-Attar qaddasa-l-Lahu sirrah
(19) Ya’quub al-Charkhi qaddasa-l-Lahu sirrah
(20) Ubaydullah al-Ahrar qaddasa-l-Lahu sirrah
(21) Muhammad az-Zahid qaddasa-l-Lahu sirrah
(22) Darwish Muhammad qaddasa-l-Lahu sirrah
(23) Muhammad Khwaja al-Amkanaki qaddasa-l-Lahu sirrah
(24) Muhammad al-Baqi bi-l-Lah qaddasa-l-Lahu sirrah
(25) Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi qaddasa-l-Lahu sirrah
(26) Muhammad al-Ma’sum qaddasa-l-Lahu sirrah
(27) Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi qaddasa-l-Lahu sirrah
(28) as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(29) Shamsuddin Habib Allah qaddasa-l-Lahu sirrah
(30) ‘Abdullah ad-Dahlawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(31) Syekh Khalid al-Baghdadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(32) Syekh Ismaa’il Muhammad ash-Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(33) Khas Muhammad Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(34) Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi qaddasa-l-Lahu sirrah
(35) Sayyid Jamaaluddiin al-Ghumuuqi al-Husayni qaddasa-l-Lahu sirrah
(36) Abuu Ahmad as-Sughuuri qaddasa-l-Lahu sirrah
(37) Abuu Muhammad al-Madanii qaddasa-l-Lahu sirrah
(38) Sayyidina Syekh Syarafuddin ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(39) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh ‘Abd Allaah al-Fa’iz ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(40) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh Muhammad Nazhim al-Haqqaani qaddasa-l-Lahu sirrah

Syahaamatu Fardaani
Yuusuf ash-Shiddiiq
‘Abdur Ra’uuf al-Yamaani
Imaamul ‘Arifin Amaanul Haqq
Lisaanul Mutakallimiin ‘Aunullaah as-Sakhaawii
Aarif at-Tayyaar al-Ma’ruuf bi-Mulhaan
Burhaanul Kuramaa’ Ghawtsul Anaam
Yaa Shaahibaz Zaman Sayyidanaa Mahdi Alaihis Salaam 
wa yaa Shahibal `Unshur Sayyidanaa Khidr Alaihis Salaam

Yaa Budalla
Yaa Nujaba
Yaa Nuqaba
Yaa Awtad
Yaa Akhyar
Yaa A’Immatal Arba’a
Yaa Malaaikatu fi samaawaati wal ardh
Yaa Awliya Allaah
Yaa Saadaat an-Naqsybandi

Rijaalallaah a’inunna bi’aunillaah waquunuu ‘awnallana bi-Llah, ahsa nahdha bi-fadhlillah .
Al-Faatihah













































Mawlana Shaykh Qabbani

www.nurmuhammad.com |

 As-Sayed Nurjan MirAhmadi

 

 

 
NEW info Kunjungan Syekh Hisyam Kabbani ke Indonesia

More Mawlana's Visitting











Durood / Salawat Shareef Collection

More...
Attach...
Audio...
Info...
Academy...
أفضل الصلوات على سيد السادات للنبهاني.doc.rar (Download Afdhal Al Shalawat ala Sayyid Al Saadah)
كنوز الاسرار فى الصلاة على النبي المختار وعلى آله الأبرار.rar (Download Kunuz Al Asror)
كيفية الوصول لرؤية سيدنا الرسول محمد صلى الله عليه وسلم (Download Kaifiyyah Al Wushul li ru'yah Al Rasul)
Download Dalail Khayrat in pdf





















C E R M I N * R A H S A * E L I N G * W A S P A D A

Rabu, 16 April 2008

Filosofi Semar dalam Kebudayaan Jawa



Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya

* Bebadra = Membangun sarana dari dasar

* Naya = Nayaka = Utusan mangrasul


Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi
kesejahteraan manusia

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar

Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan


Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan
kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan
simbul Sang Maha Tunggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan
mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik".

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel =
keteguhan jiwa.

Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak
mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
semar


Semar barjalan menghadap keatas maknanya : "dalam perjalanan anak manusia
perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ), yang maha pengasih serta penyayang umat".

Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia), agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi

Ciri sosok semar adalah

* Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua

* Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan

* Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa

* Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok

* Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya


Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan
yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya
kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai
dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .

Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.

Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :

Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika
artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh
hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai
oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing
kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam menguji
budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan
hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".

sumber : http://opensource.opencrack.or.id/
index.php?option=com_content&task=view&id=102&Itemid=43

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

14 Prinsip Hidup Jawa

14 Prinsip Hidup Jawa Nov 6, '06 2:11 AM
for everyone
Dapat dari seorang teman, 14 prinsip hidup Jawa yang menurut saya menarik untuk dapat dihayati dan diamalkan. Selamat menikmati :)

==

14 Prinsip Hidup Jawa

1. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

2. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

3. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)

4. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

5. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

6. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi).

7. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

8. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

9. Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah (Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah).

10. Sing Prihatin Bakal Memimpin (Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin).

11. Sing Resik Uripe Bakal Mulya (Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya).

12. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat).

13. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera).

14. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

sumber : http://wikan.multiply.com/journal/item/67/14_Prinsip_Hidup_Jawa

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Laksita Jati

Laksita Jati PDF Print E-mail
Written by Administrator
Wednesday, 19 March 2008 10:42

Amratelakaken lampah pangluluhaning raga supados yen kita pejah, badan kita wadhag saged nunggil kaliyan badan kita ingkang alus, kasebut badan rohani utawi badan suksma. Menggah janjinipun, badhan wadhag lan alus punika boten kenging pisah, sangkan paranipun anunggil kahanan jati.


Ing tembe badahn wadag punika luluh sampurna wonten salebeting badan alus, kalimputan dening kayu dhahim, tegesipun: gesang kang tetep dumunung ing kahanan kita pribadi, mila dipun pralambangi Warangka Manjing Curiga (badan wadhag dumunung salebeting badhan alus). Nalika badhan wadhag taksih dados embananing badan alus, pralambangipun Curiga Manjing Warangka (badan alus teksih dumunung wonten badan wadag). Mila lajeng wonten andhah-andhahing babasan makaten:

* Jasad embaning budi.
* Budi embaning nafsu.
* Nafsu embaning karsa
* Karsa embaning suksma.
* Suksma embaning rasa.
* Rasa embaning cipta
* Cipta embaning kawasa.
* Kawasa embaning wisesa.

Wondene pangluluhaning badan wadhag wau kalampahanipun kedah ameper saliring hawa nafsu sarta anglampahana budi: rila, legawa, trima, temen bener, susila lan utami. Punapa dene tansah anyipta ajal antukna makaten:

* Jasad bumi alam kabeh sumusupa marang badan.
* Badan sumusupa marang budi.
* Nafsu sumusupa marang nyawa.
* Nyawa sumusupa marang rasa.
* Rasa sumusupa marang cahya.
* Cahya sumusupa marang atma.
* Atma sumusupa marang ingsun.
* Ingsun jumeneng pribadi.

Kajawi punika kedah nyegah lampah pitung prakawis, kados ta:

* Sampun caroba, nanging kedah taberi sesuci.
* Sampun anguja dhahar, nanging dhahara yen sampun luwe.
* Sampun angembong unjukan, nanging ngunjuka manawi sampun ngelak.
* Sampun karem nendra, nanging tilema manawi sampun arip.
* Sampun receh ing wicara, nanging ngendika'a janji angen wahyaning mangsakala.
* Sampun anguja karesmen, nanging sanggama'a manawi sampun kangen sanget.
* Sampun tansah ambibingah penggalih, sanayan kasukan inggih angger boten tilar ing dugi prayogi, muhung angladosi angarah suka pinarenganing para mitra.

Makaten ugi ing ngagesang sampun ngantos kasandhangan pangrencana wolung prakawis:

* Angumbar hawa nafsu.
* Anguja suka-suka.
* Dora paracidra tindak panganiaya.
* Ulah resah.
* Lampah nistha.
* Tingkah deksura.
* Kesed sungkanan sabarang karya.
* Lumuh nastapa pujabrata.

Mila makaten margi kalakuaning ngagesang punika kados kumandhang upaminipun, punapa pandamel ingkang katandukaken ing liyan sayekti badhe tumempuh dhateng badanipun piyambak. Sayoginipun tiyang gesang kedah anglampahana tapa brata kados ing ngandhap punika:
Tapaning badan: kedah anoraga lan taberi ulah pandamel sae.

* Tapaning manah: narima lan sepen pangangsa-angsa gunging pakarti durhaka.
* Tapaning nafsu: rila lan sabar ing coba bilahi sarta ngapuntenana kalepataning liyan.
* Tapaning suksma: temen lan boten dhaweh panasten.
* Tapaning rasa: rereh sabaring karsa miwah agung ing panalangsa.
* Tapaning cahya: eneng-ening tegesipun eneng santosaning pangesti, ening pelenging paningal. Tapaning gesang: awas sarta emut.

Utaminipun anglampahana saungeling babasan kados ing ngandhap punika:

* Katimbang turu, becik tangi.
* Katimbang tangi, becik melek.
* Katimbang melek, becik lungguh.
* Katimbang lungguh, becik ngadeg.
* Katimbang ngadeg, becik lumaku.

Wondene prayoginipun sadaya lampah punika den saged anyamun, sampun ngantos kawistara, sarta tansah prayitna ing gesangipun, sarana amatrapna makaten:

* Solahbawa den angkah-angkah.
* Wedaling wicara den irih-irih.
* Pasanging ulat den amanis

Inggih makaten punika sajatining tata krami, dene sampurnaning lampah wau, empanipun animbanga ing empan papan, patrapipun sampun tilar ing dugi prayogi.

sumber : http://www.jiwantoro.com/index.php/Artikel/
Budaya%20Jawa/2-Jawa/47-Laksita%20Jati

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Wirid Wirayat Jati

Wirid Wirayat Jati PDF Print E-mail
Written by Administrator
Wednesday, 19 March 2008 10:25

Anênggih punika pituduh ingkang sanyata, anggêlarakên dunung lan pangkating kawruh kasampurnan, winiwih saking pamêjangipun para wicaksana ing Nungsa Jawi, karsa ambuka pitêdah kasajatining kawruh kasampurnan, tutuladhan saking Kitab Tasawuf, panggêlaring wêjangan wau thukul saking kawêningan raosing panggalih, inggih cipta sasmitaning Pangeran, rinilan ambuka wêdharing pangandikaning Pangeran dhatêng Nabi. Musa, Kalamolah, ingkang suraosipun makatên: Ing sabênêr-bênêre manungsa iku kanyatahaning Pangeran, lan Pangeran iku mung sawiji.



Inilah sebuah petunujuk yang benar yang menjelaskan tentang ilmu sirr kesempurnaan hidup, yang berakar dari ajaran para ahli hikmah di tanah Jawa, yang hendak membuka hakikat kesempurnaan sejati, sebuah pelajaran dari kitab Tasawuf, tersingkapnya ajaran ini terpancar dari kebersihan jiwa heningnya alam pikiran, yaitu tanggapnya rasa atas cipta Tuhan, dengan ihlash mengawali pelajaran ini yakni dengan menukil Firman Allah kepada Nabi Musa AS yang bermakna : Yang sebenar- benar manusia itu adalah kenyataan (adanya) Tuhan, dan Tuhan itu Maha Esa.

Pangandikaning Pangeran ingkang makatên wau, inggih punika ingkang kawêdharakên dening para gurunadi dhatêng para ingkang sami katarimah puruitanipun. Dene wontên kawruh wau, lajêng kadhapuk 8 papangkatan, sarta pamêjanganipun sarana kawisikakên ing talingan kiwa. Mangêrtosipun asung pêpengêt bilih wêdharing kawruh kasampurnan, punika botên kenging kawêjangakên dhatêng sok tiyanga, dene kengingipun kawêjangakên, namung dhatêng tiyang ingkang sampun pinaringan ilhaming Pangeran, têgêsipun tiyang ingkang sampun tinarbuka papadhanging budi pangangên-angênipun (ciptanipun).

Firman Allah yang demikian ini yang diajarkan oleh para ahli (mursyid) kepada sesiapa yang diterima penghambaannya(salik). Dimana ajaran itu, kemudian teringkas menjadi 8 hal, penyampaiannya dengan cara membisikkan ke telinga murid sebelah kiri. Pemahaman semacan ini memberikan pengertian bahwa ilmu ‘kasampurnan’ ini tidak seyogyanya diajarkan kepada sembarang orang, kecuali kepada orang-orang yang telah mendapat hidayah dari Allah SWT, artinya orang yang telah tercerahkan dirinya (ciptanya).

Awit saking punika, pramila ingkang sami kasdu maos sêrat punika sayuginipun sinêmbuha nunuwun ing Pangeran, murih tinarbuka ciptaning sagêd anampeni saha angêcupi suraosing wejangan punika, awit suraosipun pancen kapara nyata yen saklangkung gawat. Mila kasêmbadanipun sagêd angêcupi punapa suraosing wêjangan punika, inggih muhung dumunung ing ndalêm raosing cipta kemawon.

Maka dari itu, barang siapa yang sudi membaca tulisan ini seyogyanya berlandaskan permohonan kepada Allah, agar kiranya dapat terbuka ciptanya hingga mampu menerima dan memahami maknanya, karena makna dari ajaran ini ternyata sangat rumit/berbahaya. Maka bisanya memahami ajaran ini tidak lain hanya berada di dalam cipta - rasa pribadi.

Mila inggih botên kenging kangge wiraosan kaliyan tiyang ingkang dereng nunggil raos, inggih ingkang dereng kêparêng angsal ilhaming Pangeran. Hewa dene sanadyana kangge wiraosing kaliyan tiyang ingkang dereng nunggil raos, wêdaling pangandika ugi mawia dudugi lan pramayogi, mangêrtosipun kêdah angen mangsa lan êmpan papan saha sinamun ing lulungidaning basa.

Maka tidak boleh kiranya untuk didiskusikan dengan orang yang belum sapai atau belum mengunggal rasanya dengan kita, yaitu orang yang belum menerima hidayah dari Allah SWT. Walau demikian seandainya harus disampaikan kepada orang yang belum sampai, hendaknya disampaikan dengan sangat hati-hati, melihat situasi- kondisi, waktu dan tempat yang tepat serta disampaikan dengan kiasan bahasa yang indah.

Mênggah wontêning wêwêjangan 8 pangkat wau, kados ing ngandhap punika:

Delapan wejangan tersebut di atas, sebagaimana di bawah ini:

I, 1. Wêwêjangan ingkang rumiyin, dipun wastani: pitêdahan wahananing Pangeran, sasadan pangandikanipun Pangeran dhatêng Nabi Mohammad s.a.w. Makatên pangandikanipun: Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhihin iku ingsun, ora ana Pangeran anging ingsun sajatine kang urip luwih suci, anartani warna aran lan pakartiningsun (dat, sipat, asma, afngal).

I. 1 Wejangan yang pertama, disebut pelajaran akan sifat-sifat Allah. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang bermakna kurang lebih begini: Sesungguhnya tidak ada apa-apa tatkala sebelum masa penciptaan, yang ada (paling awal) itu hanya Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku yang Hidup dan Maha Suci baik asma maupun sifatKu (dzat, sifat, asma, af’al).

I, 2. Mênggah dunungipun makatên: kang binasakake angandika ora ana Pangeran anging ingsun, sajatine urip kang luwih suci, sajatosipun inggih gêsang kita punika rinasuk dening Pangeran kita, mênggahing warna nama lan pakarti kita, punika sadaya saking purbawisesaning Pangeran kita, inggih kang sinuksma, têtêp tintêtêpan, inggih kang misesa, inggih kang manuksma, umpami surya lan sunaripun, mabên lan manisipun, sayêkti botên sagêd den pisaha.

I. 2. Yang dimaksud begini: Yang digambarkan tiada tuhan kecuali aku, hakekat hidup yang suci, sesungguhnya hidup kita ini adalah melambangkan citra Allah, sedang nama dan perbuatan kita itu semua berasal dari Kemahakuasaaan Allah, yang ‘menyatu’ ibarat matahari dan sinarnya, madu dengan manisnya, sungguh tiada terpisahkan.

II, 1. Wêwêjangan ingkang kaping kalih, dipun wastani: Pambuka kahananing Pangeran, pamêjangipun amarahakên papangkatan adêging gêsang kita dumunung ing dalêm 7 kahanan, sasadan pangandikanipun Pangeran dhatêng Nabi Mohammad s.a.w. Makatên pangandikanipun: Satuhune ingsun Pangeran sajati, lan kawasan anitahakên sawiji-wiji, dadi padha sanalika saka karsa lan pêpêsteningsun, ing kono kanyatahane gumêlaring karsa lan pakartiningsun, kang dadi pratandha.

II.1 Wejangan yang kedua adalah : Pengertian adanya Allah., Wejangan ini mengajarkan bahwa elemen hidup kita ini berada pada 7 keadaan, sebagaimana firman Allah kepada Muhammad SAW yang maknanya begini: Sesungguhnya Aku adalah Allah, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu dengan kun fa yakun dari qodrat dan iradatKu, yang demikian ini menjadi pertanda bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

II, 2. Kang dhihin, ingsun gumana ing dalêm awang-uwung kang tanpa wiwitan tanpa wêkasan, iya iku alam ingsun kang maksih piningit.

II.2. Yang pertama, Aku ada dalam ketiadaan yang tanpa awal serta tanpa akhir, itulah alamKu yang Maha Gaib.

II, 3. Kapindho, ingsun anganakake cahya minangka panuksmaningsun dumunung ana ing alam pasênêdaningsun.

II, 3. Kedua, Aku mengadakan cahaya sebagai manifestasiKu, berada dalam kehendakKu.

II, 4. Kaping têlu, ingsun anganakake wawayangan minangka panuksma lan dadi rahsaningsun, dumunung ana ing alam pambabaraning wiji.

II, 4. Ketiga, Aku menciptakan bayang-bayang sebagai pertanda citraKu, yang berada pada alam kejadian/penciptaan (mula-jadi).

II, 5. Kaping pat, ingsun anganakake suksma minangka dadi pratandha kauripaningsun, dumunung ana ing alaming gêtih.

II. 5. Keempat, Aku mengadakan ruh sebagai pertanda hidupku, yang berada pada darah.

II, 6. Kaping lima, ingsun anganakake angên-angên kang uga dadi warnaningsun, ana ing dalêm alam kang lagi kêna kaumpamaake bae.

II, 6. Kelima, Aku mengadakan angan-angan yang juga menjadi sifatku, yang berada pada alam yang baru boleh diumpamakan saja.

II, 7. Kaping ênêm, ingsun anganakake budi, kang minangka kanyatahan pêncaring angên-angên kang dumunung ana ing dalêm alaming badan alus.

II, 7. Keenam, Aku mengadakan budi, yang merupakan kenyataan penjabaran angan- angan yang berada pada alam ruhani.

II, 8. Kaping pitu, ingsun anggêlar warana kang minangka kakandhangan sakabehing paserenaningsun. Kasêbut nêm prakara ing dhuwur mau tumitah ana ing donya iya iku sajatining manungsa.

II, 8. Ketujuh, aku menggelar akal sebagai sentral/wadah atas semua ciptaanku. Enam perkara tersebut di atas tercipta di dunia yang merupakan hakikat manusia.

*Wirayat Jati, Raden Ngabehi Ranggawarsita, Kapethil saking serat Jawi Kandha ing Surakarta Hadiningrat tahun 1908
Last Updated ( Wednesday, 19 March 2008 10:42 )

sumber : http://www.jiwantoro.com/index.php/Artikel/Budaya%20Jawa/2-Jawa/
45-Wirid%20Wirayat%20Jati

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Selasa, 15 April 2008

Sedulur Songo

sedulur 4 kalimo pacer adalah:
1. Kakang kawah = ibu jari = Bayu Sejati = air
2. Kakang darah = telunjuk = Pangaribowo = api
3. Pancer = jari tengah = Wujud manusia (diri) = wujudullah
4. Adik ari-ari = jari manis = Prabowo = tanah
5. Tali pusar = kelingking = Kamayan = angin

Pancer sendiri didalamnya terkandung 4 unsur Ke-illahi-anNya, yaitu:

1. Sirrullah
2. Dzatullah
3. Sifatullah
4. Kodratullah

Ke 9 saudara memang bisa memberikan gerak, bisa diajak berkomunikasi dan bahkan bisa dan memang berujud dan bisa dirasakan keberadaannya didalam diri kita.

sumber : mang dipo

A)
1.Marifatulllah
Dari huruf HA à Telunjuk dan ibu jari -- > Hawa dan rasa -- > Bumi à Af’al -- > Kelakuan -- > Marifatullah

2. Hakekatullah
Dari LAM AKHIR à Jari tengah –> Darah -- > Api à Asma à Nama -- > Hakekatullah

3. Tarekatullah
Dari LAM AWAL -- > Jari manis -- > Liur -- > Air -- > Sifat -- > Rupa -- > Tarekatullah

4. Syari’atullah
Dari ALIF à Jari Kelingking à Nafas -- > Angin -- > Dzat à Diri -- > Syari’atullah

Nafas yang keluar = Mati
Nafas yang masuk = Hidup
Isi napas = Dzat pada diriku , sifat pada rupaku, Asma pada namaku, Af’al pada kelakuanku.


B)
WAHDIAT : Zat Allah – Wujud kita – diri Muhammad
WAHDAT : Sifat Allah – Diri kita – rupa Muhammad
AHDIAT : nama kita – Alam Allah – nama Muhammad

sumber : ageng maruto

----------spiritual-indonesia@yahoogroups.com

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

TAROT DALAM PETA DAN POLA JIWA KALACAKRA

TAROT DALAM PETA DAN POLA JIWA KALACAKRA
Oleh Ani Sekarningsih - 3 Des 2003


TAROT DALAM PETA DAN POLA JIWA KALACAKRA
Oleh Ani Sekarningsih - 3 Des 2003


Karya sastra Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu telah mengilhami saya untuk menciptakan sebuah bagan yang merupakan peta dan pola jiwa menurut keilmuan tarot yang sekali gus disempurnakan dengan carakan walik.



1. Roh Suci - Cakra Mahkota 2. Dzatullah - Cakra mata ketiga (maskulin) 3. Sirullah - Cakra Mata Ketiga (feminin) 4. Sifatullah - Cakra Tenggerokan 5. Wujudullah - Cakra Tenggerokan 6. Kamayan - Cakra Jantung 7. Prabowo - Cakra Pusar 8. Pangaribowo - Cakra pusar 9. Kodratullah - Cakra Kemaluan 10.Bayu Sejati - Cakra Dasar 11.Kharomah - titik pusat di antara Dzatullah, Sirullah, Sifatullah, dan Wujudullah

Penjabaran Peta Jiwa Kalacakra.

10. BAYU SEJATI, tubuh dan sensasi; perwujudan segala sesuatu yang membumi. Pusat hidup keseharian anda, yang memuat empat elemen: api, air, udara, dan bumi. Atauyang juga dapat diuraikan sebagai luwamah, amarah, supiah, mutmainah), yaitu pemicu timbulnya aneka macam keinginan. Hasil secara fisik atau dimaknai sebagai kendaraan. Lingkungan. Rumah, Tubuh. Perasaan dan pengertian. Apakah yang menjadi titik pusat yang mendasari Anda? Bagaimana caranya hal itu secara fisik memanifestasi Anda? Bagaimana suasananya?

Cakra dasar. Daya kekuatan tenaga kekuasaan Allah. Energi Kundalini. Pusat lauwamah, amarah, supiah, dan mutmainah. Empat warna menurut ritual Jawa: merah (sirullah), putih (dzatullah), hijau lumut (wujulullah), kuning (air)

Hurufnya: nga, ta
Nga, Ngracut busono ning manungso
Ta, thukul soko niat

9. KODRATULLAH, dasar, Bulan. Zat dasar kesadaran, ide-ide cemerlang, impian, khayalan, gairah. Kegiatan kemampuan pada unsur-unsur kegaiban, dan tembus pandang. Dasar masa silam, atau karma. Kebiasaan-kebiasaan. Kumpulan bawah sadar. Bagaiimana gairah Anda dalam keadaan tersebut? Apa yang terjadi dalam dunia astral, yakni dalam alam bawah sadar Anda? Apa dasar kesadaran Anda? Kegaiban apa, atau kegiatan tembus pandang apa yang mempengaruhi Anda?

Cakra kemaluan. Bayangan Rahsa Jati. Kekuatan dan keindahan. Syahwat. Warnanya ungu.

Hurufnya ba, ga.
Ba, Bayu Sejati kang andalani
Ga, Guru Sejati kang muruki

8. PANGARIBOWO, kemegahan, Mercury. Apa yang kamu pikirkan. Ilmu mantik. Kecerdasan, penalaran. Pengetahuan benar dan palsu. Yaitu tempat disimpannya hukum-hukum moral dan kebenaran. Ekspresi pengungkapan lisan, dan berkomunikasi. Perajin. Ilmuwan. Peneliti. Perencana. Teknologi. Perencanaan. Ambisi. Kemampuan menaklukkan. Sihir. Perlambang dan kiasan. Penuh akal. Jahil dan senang menggrecoki Bagaimana Anda berpikir dan berkomunikasi? Bagaimana Anda menggunakan pengetahuan kekuatan gaib Anda? Kebenaran apakah dari perihal tersebut dan apakah hal itu dinyatakan secara gamblang?

Cakra pusar. Bayangan Roh Suci. Angan-angan. Daya cipta. Ilmu mantik. Moral. Kemegahan. Warnanya oranye.

Hurufnya ya, ja.
Ya, Yen rumonso tanpo kirono
Ja, Jumbuhing kawulo Gusti

7. PRABOWO, perasaan, mencapai kemenangan, Venus. Apa yang kamu cintai. Keinginan-keinginan di belakang motivasi dan semangat. Ilham. Perasaan-perasaan suka dan tidak suka. Kemitraan dengan orang lain, terutama yang berhubungan dengan kelamin. Kenikmatan berkesenian dan hawa napsu. Menemukan keindahan. Perasaan-perasaan. Penghargaan. - erat hubungannya dengan titik solar pleksus) Kehendak apakah yang berada di belakang motivasi-motivasi Anda? Bagaimana hubungan Anda dengan orangt-orang lain? Apakah yang Anda cintai? Bagaimana Anda melihat dan merasakan pengalaman keindahan dan kenikmatan?

Cakra pusar. Bayangan Guru Sejati. Penalaran. Komunikasi. Daya kekuatan gaib. Pemahaman kenikmatan dan keindahan. Warnanya hijau dalam spiritual Jawa.

Hurufnya ma, nya
Ma, Mati biso bali
Nya, Nyoto tanpo mata, ngerti tanpo diwuruki.

6. KAMAYAN, keindahan, cinta - erat hubungannya dengan cakra jantung. Planet Matahari Apakah inti permasalahan yang Anda hadapi? Bagaimana kesehatan dan stamina Anda? Apakah cita-cita dan kecenderungan minat Anda? Bagaimana orang melihat Anda?

Cakra jantung. Bayangan Allah. Cinta tanpa pamrih. Warnanya kuning kemilau dalam spiritual Jawa.

Hurufnya, da pa
Da, Dhuwur pungkasane, endhek wiwitane
Pa, papan tanpo kiblat

5. WUJUDULLAH, letak kemauan, kekuatan dan semangat. Saturnus. Bagaimana Anda menghadapi setiap tantangan, hambatan, frustrasi dan ketidak selarasan? Apakah kebiasaan-kebiasaan jelek yang harus dihilangkan dan kendala yang harus Anda atasi? Di mana Anda melampiaskan sifat agresi dan kemarahan Anda?

Cakra tenggorokan. Lawwamah. Mars. Daging. Elemen tanah. Semangat, kekuatan kemauan, dendam, tabah, tamak, lamban. Warna hitam dalam spiritual Jawa

Hurufnya sa, ta.
Sa, Sifat hono kang wiwit.
Ta, Tetep jumeneng ing Dzat kang wiwit.

4. SIFATULLAH, limpahan rahmat, cinta, pengawasan, pengendalian. Apakah peluang-peluang dan pemberian-pemberian yang Anda pernah terima? Siapa dan apa yang membantu Anda selama ini? Di manakah kemampuan Anda dan bagaimana kemampuan itu dikenali masyarakat lingkungan Anda?

Cakra tenggorokan. Sifatullah. Yupiter. Air. Tulang sumsum. Hasrat keinginan. Limpahan rahmat. Akal-budi (mind). Pengendalian dan pengawasan. Bijaksana dan arif. Anugerah yang pernah diterima. Warna kuning muda dalam spiritual Jawa.

Hurufnya la, wa,
La, lali eling wewatasane.
Wa, Wujud kang kirono.

3. SIRULLAH, pengertian/pemahaman - erat hubungannya dengan cakra mata ketiga. Saturnus. Bagaimana Anda mengungkapkan gagasan-gagasan Anda? Apa yang Anda pelajari dari keterbatasan-keterbatasan dan kendala-kendala yang ada? Bagaimana sifat feminin keibuan yang dimanifestasikan oleh ibu?

Cakra Mata Ketiga. Amarah. Darah. Elemen api. Sisi feminin. Emosi. Tekad dan ketekunan. Warna merah

Hurufnya ra, ca.
Ra, Roso kuoso tanpo kirono.
Ca, Cipto roso karso kuoso

2. DZATULLAH, kearifan/sabda Tuhan - erat hubungannya dengan mata ketiga. Kemauan menukik dunia spiritual. Uranus Energi apa yang mempengaruhi kepribadian Anda? Bagaimana Anda mengambil inisiatif dan melaksanakan dorongan-dorongan kehendak Anda? Kearifan apa yang anda pelajari dari setiap situasi? Nilai apa yang berkesan tentang sifat maskulin dari bapak?

Cakra Mata Ketiga. Mutmainah. Napas. Elemen Udara. GURU SEJATI. Sabda Tuhan. Sisi maskulin. Pasrah. Watak jernih. Belas kasih. Sisi maskulin. Warna putih berdasar spiritual Jawa.

Hurufnya da, ka.
Da, Dumadi kang tanpo kinardi.
Ka, Karso juoso tanpo kirono.

1. ROH SUCI Alasan-alasan spiritual dalam membaca situasi.Neptunus. Apakah hal yang ideal yang menjadi idaman Anda? Apakah alasan-alasan spiritual dalam membaca situasi?

Hurufnya na, ha
Na, Nur urip cahyo wewayangan,
Ha, Huripku cahyaning Allah

KHAROMAH - terletak pada titik tengah antara Sirullah-Dzatullah-Wujudullah-Sifatullah. Pengetahuan tersembunyi apakah yang dapat menolong Anda, memanifestasikan aspirasi-aspirasi luhung Anda? Apakah Anda siap menggunakannya?

Apa yang dijelaskan oleh Wujudullah - Kamayan - Prabowo tentang dinamika dan pertentangan kutub seksual Anda?

Bagaimana Pangaribowo - Kamayan - Sifatullah menggambarkan komunikasi, penulisan, penerbitan perjalanan, pengajaran dan filsafat Anda?

Bagaimana Anda mencapai transformasi diri melalui energi yang tergambar pada Tonggak Tengah: Roh Suci - Kamayan - Kodratullah - Bayu Sejati?

Nadi Kalacakra sebagai penghubung Periksalah kembali struktur titik-titik pandang diagonal Wujudullah - Kamayan - Prabowo yang menggambarkan dinamika dan pertentangan kutub seksual Anda

sumber : http://www.geocities.com/tarotwayang/petajiwa.htm

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Sekilas Ritual dan Teknik Spiritual Naqsyabandiyah

Seperti tarekat-tarekat yang lain, Tarekat Naqsyabandiyah itu pun mempunyai sejumlah tata-cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri. Memang dapat juga dikatakan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah terdiri atas ibadah, teknik dan ritual, sebab demikianlah makna asal dari istilah thariqah, "jalan" atau "marga". Hanya saja kemudian istilah itu pun mengacu kepada perkumpulan orang-orang yang mengamalkan "jalan" tadi.

Naqsyabandiyah, sebagai tarekat terorganisasi, punya sejarah dalam rentangan masa hampir enam abad, dan penyebaran yang secara geografis meliputi tiga benua. Maka tidaklah mengherankan apabila warna dan tata cara Naqsyabandiyah menunjukkan aneka variasi mengikuti masa dan tempat tumbuhnya. Adaptasi terjadi karena keadaan memang berubah, dan guru-guru yang berbeda telah memberikan penekanan pada aspek yang berbeda dari asas yang sama, serta para pembaharu menghapuskan pola pikir tertentu atau amalan-amalan tertentu dan memperkenalkan sesuatu yang lain. Dalam membaca pembahasan mengenai berbagai pikiran dasar dan ritual berikut, hendaknya selalu diingat bahwa dalam pengamalannya sehari-hari variasinya tidak sedikit.

Asas-asas
Penganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan oleh 'Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha' al-Din Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua kitab pegangan utama para penganut Khalidiyah, Jami al-'Ushul Fi al-'Auliya. Kitab karya Ahmad Dhiya' al-Din Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari Makkah oleh tidak sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan di Surabaya, dan masih dipakai secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar mirip dengan uraian Taj al-Din Zakarya ("Kakek" spiritual dari Yusuf Makassar) sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan kebanyakan penganut Naqsyabandiyah India).

Asas-asasnya 'Abd al-Khaliq adalah:

1. Hush dar dam: "sadar sewaktu bernafas". Suatu latihan konsentrasi: sufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika berhenti sebentar di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah, memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada Allah; lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah (al-Kurdi).

2. Nazar bar qadam: "menjaga langkah". Sewaktu berjalan, sang murid haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.

3. Safar dar watan: "melakukan perjalanan di tanah kelahirannya". Melakukan perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. [Atau, dengan penafsiran lain: suatu perjalanan fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari mursyid yang sejati, kepada siapa seseorang sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaranya dengan Allah (Gumusykhanawi)].

4. Khalwat dar anjuman: "sepi di tengah keramaian". Berbagai pengarang memberikan bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep "innerweltliche Askese" dalam sosiologi agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai "menyibukkan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang"; yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah saja dan selalu wara'. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif dalam politik dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu kepada asas ini.

5. Yad kard: "ingat", "menyebut". Terus-menerus mengulangi nama Allah, dzikir tauhid (berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.

6. Baz gasyt: "kembali", " memperbarui". Demi mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid harus membaca setelah dzikir tauhid atau ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang kuharapkan). Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah senantiasa berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang halus kepada Tuhan semata.

7. Nigah dasyt: "waspada". Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai dengan makna kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip seorang guru (anonim): "Kujaga hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh tahun."

8. Yad dasyt: "mengingat kembali". Penglihatan yang diberkahi: secara langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya; mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.



Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi:

1. Wuquf-i zamani: "memeriksa penggunaan waktu seseorang". Mengamati secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi menyarankan agar ini dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika seseorang secara terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir, dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah berterimakasih kepada Allah, jika seseorang tidak ada perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya.

2. Wuquf-i 'adadi: "memeriksa hitungan dzikir seseorang". Dengan hati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa pikirannya mengembara ke mana-mana). Dzikir itu diucapkan dalam jumlah hitungan ganjil yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Wuquf-I qalbi: "menjaga hati tetap terkontrol". Dengan membayangkan hati seseorang (yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada di hadirat Allah, maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah, dan dengan demikian perhatian seseorang secara sempurna selaras dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk membayangkan gambar hati dengan nama Allah terukir di atasnya.



Zikir dan Wirid
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali, Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, "tersembunyi", atau qalbi, " dalam hati"), sebagai lawan dari dzikir keras (dhahri) yang lebih disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan tarekat lain.

Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat seseorang syekh cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jum'at dan malam Selasa; di tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang waktu yang lebih lama lagi.

Dua dzikir dasar Naqsyabandiyah, keduanya biasanya diamalkan pada pertemuan yang sama, adalah dzikir ism al-dzat, "mengingat yang Haqiqi" dan dzikir tauhid, " mengingat keesaan". Yang duluan terdiri dari pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (dihitung dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata. Dzikir Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan perlahan disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah, yang dibayangkan seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi la permulaan digambar dari daerah pusar terus ke hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung bahu kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan nama Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.

Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya adalah dzikir latha'if. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan membayangkan nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh. Titik-titik ini, lathifah (jamak latha'if), adalah qalb (hati), terletak selebar dua jari di bawah puting susu kiri; ruh (jiwa), selebar dua jari di atas susu kanan; sirr (nurani terdalam), selebar dua jari di atas putting susu kanan; khafi (kedalaman tersembunyi), dua jari di atas puting susu kanan; akhfa (kedalaman paling tersembunyi), di tengah dada; dan nafs nathiqah (akal budi), di otak belahan pertama. Lathifah ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir yang sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar dalam nama Tuhan. Konsep latha'if -- dibedakan dari teknik dzikir yang didasarkan padanya -- bukanlah khas Naqsyabandiyah saja tetapi terdapat pada berbagai sistem psikologi mistik. Jumlah latha'if dan nama-namanya bisa berbeda; kebanyakan titik-titik itu disusun berdasarkan kehalusannya dan kaitannya dengan pengembangan spiritual.

Ternyata latha'if pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga. Memang, titik-titik itu letaknya berbeda pada tubuh, tetapi peranan dalam psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.

Asal-usul ketiga macam dzikir ini sukar untuk ditentukan; dua yang pertama seluruhnya sesuai dengan asas-asas yang diletakkan oleh 'Abd Al-Khaliq Al-Ghujdawani, dan muntik sudah diamalkan sejak pada zamannya, atau bahkan lebih awal. Pengenalan dzikir latha'if umumnya dalam kepustakaan Naqsyabandiyah dihubungkan dengan nama Ahmad Sirhindi. Kelihatannya sudah digunakan dalam Tarekat Kubrawiyah sebelumnya; jika ini benar, maka penganut Naqsyabandiyah di Asia Tengah sebetulnya sudah mengenal teknik tersebut sebelum dilegitimasikan oleh Ahmad Sirhindi.

Pembacaan tidaklah berhenti pada dzikir; pembacaan aurad (Indonesia: wirid), meskipun tidak wajib, sangatlah dianjurkan. Aurad merupakan doa-doa pendek atau formula-formula untuk memuja Tuhan dan atau memuji Nabi Muhammad, dan membacanya dalam hitungan sekian kali pada jam-jam yang sudah ditentukan dipercayai akan memperoleh keajaiban, atau paling tidak secara psikologis akan mendatangkan manfaat. Seorang murid dapat saja diberikan wirid khusus untuk dirinya sendiri oleh syekhnya, untuk diamalkan secara rahasia (diam-diam) dan tidak boleh diberitahukan kepada orang lain; atau seseorang dapat memakai kumpulan aurad yang sudah diterbitkan. Naqsyabandiyah tidak mempunyai kumpulan aurad yang unik. Kumpulan-kumpulan yang dibuat kalangan lain bebas saja dipakai; dan kaum Naqsyabandiyah di tempat yang lain dan pada masa yang berbeda memakai aurad yang berbeda-beda. Penganut Naqsyabandiyah di Turki, umpamanya, sering memakai Al-Aurad Al-Fathiyyah, dihimpun oleh Ali Hamadani, seorang sufi yang tidak memiliki persamaan sama sekali dengan kaum Naqsyabandiyah.

sumber : http://www.sufinews.com/index.php?
subaction=showfull&id=1078317578&archive=&start_from=&ucat=8&do=tarekat

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Jumat, 11 April 2008

MSN-Sohbet

*Sohbet Hari Sabtu Tanggal 15 Maret 2008*

*Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani (qs)*

* *

*Tidak Ada Obat Untuk Satu Gigitan Setan!*

* *

*Atau Oh Manusia, Jagalah Kehormatanmu!*



...*As-salamu 'alaikum*! Untuk selamat, insya Allah, disini dan Akhirat,
gunakan sebanyak mungkin dengan mengucap: "*As-salamu 'alaikum*", (jadi)
Malaikat, juga mengucap hal yang sama padamu: "Salam, selamat, disini dan
Akhirat!"



*Destur, ya Sayyidi, ya Sultanu-l Awliya, Madad, ya Rijalallah*!

*A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim, Bismillahir Rahmanir Rahim. *



Itulah tanda (seorang) Muslim: lari dari setan, karena setan mengejar
manusia. Setan mengejar Anak-anak Adam, oleh karena itu kau harus berseru
memanggil Allah yang Maha Kuasa dan mohon perlindungan atau kau bisa jatuh
ke dalam perangkap setan. Dan setan menggunakan ratusan godaan/trik untuk
membuatmu jatuh ke dalam perangkapnya! Jangan tidur! Bangunlah, wahai
manusia! Jangan berkata: "Aku berkekuatan penuh", tidak, kau lemah, lemah!
Kau harus memohon perlindungan dari Tuhan-mu. Jangan lupa mengucap: "*A'udzu
bi-llahi mina syaitani rajim* *A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim* Ya Tuhan
kami, aku berlari kepada-Mu dari godaan-godaan setan!"



Apakah target utama setan? Target utamanya adalah menjadikan seluruh manusia
terjebak dalam perangkapnya. Siapa yang jatuh dalam perangkap setan harus
ikur bersamanya ke Neraka. Setan tidak pernah senang dengan Anak-anak Adam
baik disini ataupun di Akhirat, tidak, setan amat marah! Setan berkata:
"Untuk alasanmu, alasan, aku jatuh, aku telah dilempar dari Hadirat Ilahiah.
Oleh karenanya aku akan menggunakan seluruh kemampuan, kesanggupan,
energiku, semuanya. Targetku adalah membuatmu jatuh ke dalam Neraka yang
sama, tidak bahagia dalam kehidupan di bumi atau dengan kehidupan setelahnya
untuk kehidupan abadi. Aku tidak pernah senang kalau manusia hidup bahagia
selamanya. Tidak! Aku akan berusaha dan bersumpah bahwa aku akan berusaha
sekuat tenaga untuk membuat Anak-anak Adam bersamaku dalam kesusahan disini
dan di Neraka sana!" Oleh karena itu hati-hatilah dengan Setan!



Namun manusia menulis: Hati-hati ada anjing! Pada tiap pintu dituliskan
seperti itu: Hati-hati ada anjing. Anjing, bukan anjing yang merupakan
makhluk mengerikan seperti setan. (Seekor) anjing bisa menggigitmu dan kau
bisa sembuh dari gigitannya itu, tapi jika setan menggigitmu, itu sulit,
sangat sulit, tidak ada obatnya! Oleh karena itu, tanda (seorang) Muslim
adalah dengan mengucap: "*A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim*! O Tuhan
kami, mohon lindungilah aku!"



Allah swt, Dia-lah sang Pelindung dari jagad raya yang tak terhitung
banyaknya dan manusia yang berpikir kalau Allah yang Maha Kuasa datang dan
melindungi kamu…kamu…kamu. Bukan! Tapi adab kita, tata krama yang baik,
adalah memanggil Dia dan kemudian Allah yang Maha Kuasa mengirimkan
pelindung untukmu. Kau benar-benar bisa menemukan sebuah pelindung bagimu
dari manusia juga, dari orang-orang spiritual, orang suci, namun Adab, tata
krama yang baik, adalah dengan mengucap: "Ya Tuhan-ku, mohon lindungi aku
dari setan yang mengejarku dan mungkin aku bisa jatuh dalam perangkapnya!"
Oleh karenanya, inilah tanda (seorang) Muslim dengan mengucap: "*A'udzu
bi-llahi mina syaitani rajim*!" Kemudian kau akan dilindungi.



Kau sudah dilindungi. Lalu kau harus tahu bahwa kau adalah hamba yang lemah.
Dan Tuhan Penguasa Surga memberimu suatu kehormatan dan berkata: "Oh para
hamba-Ku!" Menjadi hamba dari Tuhan adalah kehormatan yang begitu tinggi,
kau tidak bisa mencari sebuah batas untuk kehormatan itu! Itulah yang Allah
Maha Kuasa ucapkan:



"*F abudni*! Oh hamba-Ku, pujilah Aku dan sembahlah Aku, o hamba-Ku. *F
abudni*, sembahlah Aku dan berusalah menjadi hamba-Ku dan penghambaan
kepada-Ku adalah suatu kehormatan yang tidak bisa kau bayangkan!"



Jika seorang Raja memintamu untuk datang dan jadi penjaga atau pelayannya
dan dia mendandanimu dengan pakaian kerajaan yang merupakan milik para
penjaga dan pelayan Raja atau Ratu, kau akan begitu bangga!... Kau tidak
melihat penjaga-penjaga istana Buckingham, bagaimana dengan mereka? (Jika)
kau melihatnya, (pakaiannya) seperti ini, tidak pernah berubah. Mereka
begitu bangga dengan topi-topi besarnya, itu merupakan milik Seri Baginda
Raja atau Seri Baginda Ratu. Apakah menurutmu apabila Allah yang Maha Kuasa
berseru kepadamu: "Oh para hamba-Ku, oh makhluk-makhluk-Ku, datanglah,
datanglah! Aku membedakanmu dengan beberapa kehormatan yang tidak pernah Aku
anugerahkan bahkan kepada para Malaikat!" Kau dapat mengerti, kau dapat
memikirkannya?



Kau harus memikirkannya! (Ini) jutaan kali lebih baik daripada memiliki
sebuah gelar: "Aku lulusan… Aku lulusan dari Universitas Oxford!" (Dia
berpakaian) seperti ini dan mengenakan sebuah topi di atas kepalanya
-orang-orang bodoh- pada orang ini (???) sesuatu, memegang (sebuah gelar
diploma, membanggakan diri) "Akulah satu-satunya!"

"Siapakah?"

"Aku..."

(Dia) tidak mengatakan nama pertamanya Thomas atau William atau George
(tetapi) dia berkata: "Aku Phd, Dr. William!" Menempatkan kehormatannya
lebih dulu dan baru namanya dibagian akhir. Begitu bangga! Apa itu! Mereka
pikir kalau itulah kehormatan tinggi bagi mereka! Beberapa dari mereka
menggunakan huruf-huruf... huruf-huruf alfabetik seraya berkata: "Oh! Aku
punya (sebuah) kehormatan dari 29 atau 30 buah huruf (alfabet) dan ini semua
tidak cukup untuk memperlihatkan kehormatanku!" Memasang kaca mata; itu
artinya orang penting, VIP! Tanda VIP bukanlah kehormatan, tetapi
orang-orang menyukainya!



Dan Tuhan-mu memberikan sebuah kehormatan yang bahkan tidak dianugerahkan
kepada para Malaikat dan kau tidak menghargai kehormatan itu? Kebodohan
apakah itu? Itulah batasan-batasan kebodohan, batasan tidak mau peduli.
Bagaimana kita menjauh dari kehormatan yang mengagumkan dari Tuhan kita
bahwa Dia sudah menganugerahi kita bukan dengan apa-apa? Ini sebuah
pemberian dari Allah! Orang-orang berlarian disini, disana -kini tidak
seorangpun menghargai kehormatan penghambaan kepada Tuhan Penguasa Surga!
Apakah yang akan terjadi atas mereka disini dan Akhirat? Apakah yang mereka
cari? Kemana mereka akan mencapai? (Mereka) meraih ke -*Taubat*,*Astaghfirullah
*- meraih ke saluran-saluran. Orang-orang mengejar kotoran! (Mereka) tidak
memohon untuk keluar, dibersihkan, dihormati, tetapi mereka berlarian ke
saluran-saluran pembuangan kotoran.



"*Ya Hu*", Aku berkata, "Kau bisa mati" - bukan kamu, orang-orang setan itu,
mereka bisa mati dalam saluran-saluran pembuangan kotoran! "Mana yang baik?
(Saluran di) New York atau saluran-saluran WC, Washington lebih baik? Atau
Moskow lebih baik? Atau Ankara lebih baik? Atau Peking lebih baik? Yang
mana?"

"Oh temanku, dari mana kau memperolehnya... dari lulusan manakah engkau?"

"Oh saudaraku, Aku lulusan dari saluran-saluran London"

"Aku lulusan dari saluran-saluran pembuangan kotoran Sorbonne" atau "Aku
lulusan dari saluran-saluran pembuangan kotoran Moskow."

"Kau pikir adakah saluran-saluran lainnya selain saluran kita?"

"Ya, mungkin, mungkin di Pakistan. Mungkin Pakistan, ya, jika kau pergi ke
Pakistan dan lulus disana, kau akan menjadi para pejuang!"

"Bagaimana dengan Turki?"

"Turki juga sangat bagus, tingkat mereka untuk bertikai dan membunuh dan
menghancurkan serta saling menjatuhkan. Itu juga kehormatan mereka."

"Bagaimana dengan Jerman?"

"Jerman, ehhh, kadang-kadang mereka menggunakan akal mereka dan berlari ke
Berlin, kadang-kadang tidak digunakan, pergi ke Bonn, kadang-kadang mereka
berkata saluran-saluran Romawi lebih baik, karena saluran-saluran Adriatical
mengalir dan saluran-saluran Mediterranean bisa mengalir didalamnya... dan
juga saluran-saluran Spanyol. Kau mengusahakannya, oh saudaraku?"

"Aku berusaha, tapi tidak ada waktu sekarang ini, aku semakin tua"



Jika aku bisa datang untuk kedua kalinya - seperti *kuru kafali* berkata
kalau kami datang berkali-kali - lain kali aku datang seperti seekor keledai
yang berlari, atau seperti tikus... dan berusaha menemukan mana saluran yang
terbaik!"

"Kau berkata benar? Menurutmu adakah hal seperti ini kalau ada orang yang
datang lagi dilain waktu?"

"Ya, Pak! Ini juga merupakan kehormatan kami, satu kali kami datang dalam
rupa anjing, sekali (kami) akan menjadi keledai, sekali kami akan menjadi
kucing, sekali kami akan menjadi unta, sekali kami akan menjadi serigala,
sekali kami akan menjadi…"

"(Apakah) kami tidak pernah menjadi manusia?"

"Tidak, tidak, selesai! Kau masuk ke saluran-saluran lain untuk meraih
tingkat-tingkat kehidupan yang lain!"

"Siapakah yang mengatakan hal ini?"

"*Kuru*, *kuru kafali*, kepala yang kering. *Kuru* artinya kering dalam
bahasa Turki... akal mereka kering."

"Ya, aku berharap ketika aku selesai kali ini dan berubah untuk kali kedua
aku berharap menjadi sebuah *kuru* (*kafali*)"

"Kau tidak bisa melihat wajahnya! Jika melihat wajahnya, kau tidak bisa
makan apapun selama 7 hari, begitulah! Wajah simpanse lebih baik. Bukan
simpanse, tapi gorilla! Gorilla milik bangsa Eropa. Dalam bahasa India *
kurus* - mereka punya banyak jenis kera- mereka bisa memperlihatkan diri
sendiri seperti jenis mereka. Benar?"

"Benar, Pak!"



Itulah situasi kita dimana mereka mengatakan: "Kita meraih puncak peradaban
melalui abad 21." Aku berkata, "Selamat bahwa kau... sekali lagi kau akan
kembali menjadi binatang! Karena kau tidak akan dihormati. Kau menolak
kehormatan menjadi bagian dari manusia dan kau ingin kembali ke dunia
binatang! Dan selamat untuk pemahamanmu dan tingkat barumu. Aku pikit itu
juga merupakan tingkat binatang yang lebih rendah!"



Semoga Allah mengampuni kita!



Wahai manusia, seluruh manusia dibumi, waspadalah terhadap setan! Apa yang
kami katakan semuanya- (itulah) tujuan setan untuk membuatmu, menghindarkan
kamu dari penghambaan surgawi dan kehormatan (yang diberikan setan itu)
untuk menjadikanmu seperti dunia binatang dan bahkan dibawah tingkat
binatang -tidak seorangpun dapat berkata-kata atau keberatan dengan apa yang
aku katakan! Jika mereka berkata sesuatu, datanglah kesini! Akan aku ajari
kamu! Aku bisa mengajar, aku bisa memperlihatkan kepadamu jalan yang benar!
Aku sudah diberi otoritas, akulah yang diberi otoritas untuk membuat manusia
mencari jalan-jalan mereka dan menjaga kehormatan mereka, (dan untuk
mengajari mereka) yang kehilangan target sejatinya dan makna diciptakan
serta (pemahaman tentang) apa itu kehormatan sejati. Akulah yang paling
rendah yang bisa mengajarkan seluruh manusia mengenai kehormatan dan kondisi
mereka sekarang ini…

Semoga Allah mengampuni kita!



Demi kehormatan yang paling terhormat dalam Hadirat Ilahiah-Nya S.Muhammad
sws, Fatiha!



*Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Aziz Allah...*

*Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Karim Alah *

*Allah Allah, Allah Allah, Allah Allah, Subhan Allah *

*Allah Allah, Allah Allah, Allah, Allah, Sultan Allah Sultan Sensin, ya
Rabb! *

*Allahumma shalli wa sallim ala Nabiyina Muhammad alayhi salam, *

*shalatan tadumu wa tughda ilay, mamarra layali wa tula dawam Fatiha*!

sumber : muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Mengurai Makna Pulung dan Daya Magisnya

Mengurai Makna Pulung dan Daya Magisnya

BINTANG
cemerlang di langit yang jatuh ke bumi diyakini punya kekuatan magis
sebagai daya seseorang untuk menduduki kursi kepemimpinan atau jabatan.
Inilah dalam paham kekuasaan Jawa dikenal apa yang disebut pulung.
Intinya tidak jauh dari pemahaman mistis tentang bintang jatuh. Barang
siapa yang kejatuhan bintang keberuntungan, ia disebut telah memiliki
pulung. Artinya, yang bersangkutan akan memperoleh kekuasaan dalam
hidupnya.


Kisah
Ken Arok disebut-sebut tidak jauh-jauh dari pemahaman seperti itu. Ia
orang biasa, tapi memiliki ambisi besar untuk berkuasa sehingga rajin
mencari ilmu. Termasuk mengasah potensi batinnya. Akhirnya ia tahu dan
percaya bahwa Tunggul Ametung yang sedang berkuasa, secara mistis tidak
memiliki kekuatan apa-apa. Yang memiliki pulung adalah
istrinya, Ken Dedes. Akhirnya Ken Arok sampai pada kesimpulan, kalau
ingin memiliki kekuasaan tidak ada jalan lain kecuali dengan menikahi
Ken Dedes. Maka dengan segala cara (dan muslihat) akhirnya ia menemukan
cara untuk membunuh Tunggul Ametung dan menikahi bekas permaisurinya.
Sejarah mencatat, Ken Arok kemudian memang dicatat sebagai salah
seorang raja Jawa, meski riwayat hidup serta keturunannya pun
berdarah-darah.


Sebagian masyarakat masih
beranggapan bahwa wahyu adalah wujud kelimpahan rahmat dan pencerahan
Tuhan kepada seseorang. Sehingga orang yang mendapat wahyu atau kewahyon,
dapat dikatakan hidupnya berhasil secara lahir dan batin. Dengan
demikian wahyu dimaknai sebagai tanda perubahan seseorang mengarah
kepada kebaikan, kesuksesan, dan kemasyhuran yang berguna bagi
kesejahteraan banyak orang. Perubahan tersebut tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi merupakan hasil dari sebuah keprihatinan yang
dibarengi laku batin. Pada umumnya laku batin adalah bertapa, berpuasa,
berpantang, mengurangi tidur, pergi ke suatu tempat yang dianggap
sakral dan laku yang lain. Itu semua merupakan wujud kesungguhan dari
usaha manusia dalam mendapatkan apa yang diinginkan dan dicita-citakan.


Namun tidak semua orang yang menjalani laku
batin tersebut kejatuhan wahyu. Mengingat bahwa wahyu adalah anugerah
dari Tuhan kepada manusia, maka tentu saja wahyu tidak dapat dikejar,
apalagi dipaksa untuk jatuh dan tinggal pada orang tertentu. Karena
jika yang terjadi demikian akan bertentangan dengan karakteristik
wahyu, yaitu sebuah tanda perubahan yang mengarah pada hal-hal
kebaikan.


Menurut kitab Widya Kirana,
secara fisik wahyu berwujud cahaya yang turun dari langit, besarnya
hampir sama dengan bulan. Cahaya wahyu terjadi dari campuran sinar
manik-manik emas dan salaka (logam putih), sehingga menimbulkan cahaya
putih kehijau-hijauan. Bagi masyarakat, terutama yang masih berpegang
pada tradisi turun-temurun, jatuhnya sebuah wahyu yang sesungguhnya
pada suatu tempat, merupakan tanda bahwa dari tempat tersebut nantinya
akan muncul seorang yang sukses besar, baik dalam bidang derajat
kepangkatan maupun kelimpahan harta benda, yang dapat dirasakan
masyarakat luas. Biasanya Wahyu turun pada jam-jam keramat, yaitu
berkisar pada pukul 03.00 dini hari.


Tiga Cahaya Magis

Selain Wahyu, ada empat macam cahaya yang jatuh dari langit,
masing-masing mempunyai nama dan karakteristik berbeda, yaitu:

Andaru;
berwujud sinar berwarna kuning kemilau yang pinggirnya kemerah-merahan,
terjadi dari campuran sinar manik-manik emas, tembaga, dan timah.
Seseorang yang kejatuhan Andaru, akan menjadi kaya, dengan
mendapatkan kelimpahan harta benda, yang dapat menyenangkan banyak
orang. Dengan demikian orang yang mendapatkan Andaru akan disujudi orang banyak. Andaru
berkarakter kebendaan, sehingga ia akan memilih seseorang yang
menjalani laku batin karena keprihatinannya akan kemiskinan hidupnya.


Pulung:
yaitu cahaya yang jatuh dari langit dengan warna biru kehijau-hijauan.
Cahaya tersebut terjadi dari sinar manik-manik emas dan tembaga.
Seseorang yang kejatuhan pulung hidupnya akan dipenuhi oleh belas kasihan kepada sesama, sehingga ia akan disegani dan dihormati banyak orang. Pulung
berkarakter cinta kasih, sehingga jatuhnya pulung akan memilih orang
yang menjalani upaya lahir batin atas keprihatinannya mengamalkan cinta
kasih kepada sesama, dalam mewujudkan keindahan, ketenteraman, dan
kedamaian dunia, Amemayu Hayuning Bawana.


Guntur:
cahaya berwarna ungu, pinggirnya berwarna merah muda, yang terjadi dari
campuran tiga sinar, yaitu tembaga, garam, dan belerang. Bagi orang
yang kejatuhan guntur, hidupnya akan menjadi besar karena kebengisan dan ketamakannya. Sepak terjangnya membuat banyak orang takut dan tercekam. Guntur
berkarakter angkaramurka, dan cocok bagi orang yang sedang menjalani
laku dengan tujuan menjadi orang besar dan mampu memerintah dan
menguasai orang banyak.


Teluhbraja:
wujudnya sinar yang jatuh dari langit dengan warna merah, pinggirnya
berwarna biru. Terjadi dari campuran tiga sinar, yaitu timah, tembaga,
dan belerang. Seseorang yang berwatak iri hati, licik, dan senang
mencelakai orang lain, jika mempunyai keingingan menjadi besar dengan
dibarengi laku batin, maka yang akan jatuh dan memberi tambahan daya
kekuatan dalam hidupnya adalah teluhbraja. Karena karakter teluhbraja
cocok dengan karakter orang tersebut, yaitu menimbulkan banyak orang
celaka dan susah. Dipercaya, jika di suatu tempat jatuh sebuah sinar
yang berwarna merah kebiru-biruan, itu namanya teluhbraja, dan akibatnya di daerah tersebut akan timbul bencana yang menyengsarakan orang banyak.


Dari
pemaparan tersebut, dapat dimaknai bahwa keprihatinan, usaha, dan
gerakan lahir batin seseorang, atau putaran jagad cilik (micro cosmos), berpengaruh langsung dengan kehidupan alam semesta dan manusia dil uar dirinya (macro cosmos).


Ketika
batin seseorang bergerak dengan dibarengi laku, maka akan menimbulkan
energi berkekuatan magnet yang dapat menarik energi alam semesta.
Semakin berat laku batin seseorang, semakin cepat putaran yang
digerakkan dan akan semakin kuat daya magnetisnya dalam menyedot energi
alam semesta.


Jika yang digerakkan
mengandung energi kebaikan dan keluhuran, maka yang masuk dinamakan
wahyu. Jika yang digerakkan berupa energi cinta dan belas kasihan, maka
energi yang masuk dinamakan pulung. Demikian pula jika yang digerakkan adalah energi derajat dan pangkat, maka yang singgah dan masuk di dalamnya dinamakan andaru. Sedangkan teluhbraja dan guntur akan memberi energi kepada orang yang menggerakkan energi angkaramurka dan ketamakan.


Saat
bersatunya energi seseorang dengan energi alam semesta itulah yang
ditandai dengan jatuhnya sebuah sinar. Dengan mengenali ciri-cirinya
dari masing-masing sinar yang jatuh di suatu tempat pada dini hari,
apakah itu sinar wahyu, andaru, pulung, teluhbraja, atau guntur,
paling tidak orang akan mampu menangkap pertanda alam untuk memprediksi
apa yang akan terjadi. Dan itu merupakan awal dari sebuah peringatan
bagi orang yang berada di sekitarnya, agar siap dan waspada menghadapi
perubahan seseorang entah baik atau buruk, yang akan berdampak langsung
secara luas.

es danar pangeran/ bs







Wahyu Cakraningrat






SAPA sing cidra wahyune bakal sirna
(siapa yang curang wahyunya akan hilang). Demikianlah kata pepatah tua
Jawa. Dalam pemahaman Jawa pula, wahyu jika dikejar akan lari
menghindar. Jika dihindari, malah mengejar. Artinya, wahyu itu hanya
mau manjing (masuk dan menyatu) pada wadah (orang) yang benar-benar semestinya (kewahyon).


Dalam
lakon pewayangan, terdapat kisah yang paling gamblang untuk memahami
seluk-beluk tentang wahyu. Yakni lakon “Wahyu Cakraningrat”. Di dalam
lakon tersebut dikisahkan, para ksatria yang berupaya mendapatkan Wahyu
Cakraningrat. Sebuah wahyu yang merupakan penjelmaan Sang Hyang Bathara
Cakraningrat, salah satu dewa di Kahyangan Suralaya.


Barang
siapa mendapatkan wahyu tersebut, semua keturunannya akan menjadi raja
di Tanah Jawa Dwipa. Artinya, Wahyu Cakraningrat sama halnya dengan wahyu wijining ratu (wahyu bagi keturunan raja). Dengan demikian, tak heran jika banyak orang yang menginginkannya.


Tersebutlah,
ada tiga ksatria yang berkehendak mendapatkan Wahyu Cakraningrat.
Pertama, Raden Abimanyu alias Angkawijaya (Ksatria Plangkawati), anak
Raden Arjuna-Dewi Wara Sumbadra. Kedua, Raden Samba Wisnubratha
(Ksatria Parang Garuda), anak Prabu Kresna-Dewi Jembawati. Ketiga,
Raden Lesmana Mandrakumara (Ksatria Sarojabinangun), anak Prabu
Duryudana-Dewi Banowati.


Ketiganya pun setelah
mohon doa restu kepada orang tua masing-masing, secara terpisah
berangkat ke Alas Krendhawahana, untuk bertapa di sana. Sebuah hutan
yang menurut wangsit dari para dewa menjadi lokasi turunnya Wahyu
Cakraningrat. Padahal, Alas Krendhawahana merupakan “rumah” bagi para
jin, setan brekasakan, peri perayangan—yang merupakan anak buah Bathari Durga, sang dewi kegelapan/kejahatan.

Abimanyu berangkat ke lokasi dikawal oleh panakawan:
Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Samba Wisnubratha dikawal oleh
pamannya, Arya Setyaki dan Patih Udawa. Lesmana Mandrakumara dikawal
oleh sepasukan prajurit Kerajaan Astina, lengkap dengan perbekalan dan
persenjataan. Bahkan, pangeran pati (putra mahkota) Astina ini juga
dibekingi oleh Bathari Durga.


Ujian pertama pun
harus dihadapi. Tiba-tiba muncul banyak perwujudan menyeramkan. Memang,
Bathari Durga memerintahkan para jin dan setan untuk mengganggu
orang-orang yang bertapa. Dari ketiga pertapa, hanya Abimanyu yang
tampaknya tidak terpengaruh, dan tetap tekun bertapa.


Ujian
kedua datang. Muncul sepasang raksasa sebesar bukit yang mengamuk di
tengah hutan. Dia mengaku bernama Maling Raga dan Maling Sukma. Ulahnya
membikin Samba Wisnubratha dan Lesmana Mandrakumara ketakutan. Kedua
raksasa itu pun berperang tanding melawan Abimanyu. Keduanya tewas
terkena panah sakti ksatria bagus tersebut. Tiba-tiba, jasad Maling
Raga berubah menjadi Bathara Indra, dan jasad Maling Sukma berubah
menjadi Bathara Kamajaya. Kedua dewa itu pun memberikan banyak petuah,
bagaimana agar Abimanyu berhasil mendapatkan Wahyu Cakraningrat.


Pada
suatu tengah malam, terlihat seberkas sinar yang sangat terang
berkeliling di atas Alas Krendhawahana. Sinar itu tak lain adalah Wahyu
Cakraningrat yang tengah mencari wadah. Pertama-tama, Wahyu
Cakraningrat “masuk” ke dalam diri Lesmana Mandrakumara. Merasa
kemasukan wahyu, ia pun menyudahi tapanya. Berjingkrak-jingkrak
kegirangan. Dia pun berpesta pora merayakannya bersama para prajurit
Astina. Seperti “balas dendam”, untuk makan dan minum yang enak-enak,
sepuas-puasnya.





Wahyu
Cakraningrat yang berada dalam tubuh Lesmana Mandrakumara pun tak kuat
berlama-lama. Dia tak tahan dengan hawa panas Lesmana Mandrakumara yang
penuh hawa nafsu. Wahyu Cakraningrat segera keluar, dan berkeliling
mencari pertapa yang lain. Kali ini, dia mencoba “masuk” ke dalam jasad
Samba Wisnubratha. Merasa kemasukan wahyu, dia pun menyudahi tapanya.
Anak Prabu Kresna ini sangat bersyukur bisa mendapatkan apa yang
diinginkannya.


Melihat Samba Wisnubratha
mendapatkan Wahyu Cakraningrat, Bathari Durga tidak berkenan. Dia pun
ingin wahyu itu keluar dari dalam tubuh anak Prabu Kresna tersebut.
Bathari Durga pun bersalin wujud menjadi wanita yang sangat cantik dan
molek. Mengalahkan kecantikan para bidadari. Dia pun menggoda Samba
Wisnubratha. Minta untuk dikawin. Kalaupun tidak dikawini, minta
diobati rasa kesepiannya.


Mendapat tawaran
menggiurkan tersebut, Samba Wisnubratha terpengaruh dan tergoda. Dia
pun mencumbu dan memperlakukan si wanita itu layaknya istri sendiri.
Akibatnya sangat fatal, Wahyu Cakraningrat yang berada dalam tubuhnya
seketika keluar dan melesat, mencari pertapa lain.


Kali
ini, Wahyu Cakraningrat “masuk” ke dalam tubuh Abimanyu. Merasa
kemasukan wahyu, ksatria anak Raden Arjuna ini pun merasa sangat
bersyukur kepada Tuhan Yang Mahaesa. Mengetahui momongannya kemasukan
wahyu, Semar pun mewanti-wanti agar Abimanyu semakin berhati-hati,
dalam tutur kata, sikap, dan perilaku. Sekaligus selalu waspada
terhadap segala cobaan dan ujian yang bisa datang sewaktu-waktu.


Melihat
Abimanyu mendapatkan Wahyu Cakraningrat, Bathari Durga pun ingin
menggagalkannya. Sebagaimana dilakukan kepada Samba Wisnubratha,
Bathari Durga pun bersalin wujud seorang wanita yang sangat cantik dan
aduhai. Ia mulai menggoda Abimanyu. Bukan hanya minta dikawini atau
diobati rasa kesepiannya. Kali ini, wanita cantik tersebut begitu ngebet (bernafsu) terhadap Abimanyu.


Ingat
wejangan para dewa dan Ki Semar, Abimanyu pun selalu menghindar meski
si wanita terus-menerus mengejarnya. Melihat momongannya dalam
kesulitan, Semar segera membantu. Dia menghajar wanita cantik itu
habis-habisan. Tiba-tiba, si wanita cantik itu berubah wujud aslinya
sebagai Bathari Durga. Sang dewi kegelapan itu pun mohon maaf, dan
kembali ke alamnya.


Dari kisah ini, dapat dipahami
bahwa Abimanyu sukses mendapatkan Wahyu Cakraningrat, karena tahan
ujian, rintangan, hambatan, dan cobaan. Dia tetap zikir (ingat) kepada
Tuhan. Meski digoda oleh perwujudan setan, ancaman bahaya, dan wanita
cantik. Ini karena ketulusan dan kesucian (kemurnian) niat Abimanyu
untuk mengemban amanat sebagai penurun wijining ratu
(keturunan raja). Yang tujuan utamanya, hanya untuk kemaslahatan umat
dan kemakmuran rakyat secara lahir-batin. Berbeda dengan Lesmana
Mandrakumara dan Samba Wisnubratha yang belum bisa mengendalikan hawa
nafsu mereka. moko


Sumber : posmo

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Silat Kumango dan Filosofi Minangkabau

silat kumango dan filosofi minangkabau

Silat atau biasa di sebut silek dalam dialek minangkabau adalah seni beladiri masyarakat minang yang juga berperan dalam mendidik manusia minangkabau untuk menjadi manusia yang mempunyai ketinggian baik lahir maupun batin (urang nan sabana urang/manusia yang sebenarnya manusia). Karena dalam tradisi silek minang tidak hanya di ajarkan untuk membela diri dalam bentuk belajar serangan atau hindaran, tapi juga di isi dengan materi-materi yang penuh filosofi yang di simbolkan dalam aplikasi gerakan silat.

Menurut beberapa penelitian di sebutkan bahwa silek minang adalah hasil kolaborasi dari aliran silat di jaman minang kuno dahulu yang di sebut gayuang dengan beladiri dari luar minang, antara lain Harimau Campa, Kuciang Siam, Kambing Hutan, dan Silat Anjing Mualim dari Persia. Oleh Datuk Suri Dirajo semua unsur itu di rangkum menjadi satu aliran yang di sebut Silek Usali atau biasa di sebut Silek Tuo.

Silek Tuo ini memiliki gerakan yang sederhana, sehingga banyak pandeka - pandeka minang yang memodifikasi gerakan-gerakannya sesuai dengan pengetahuannya masing-masing, dan di beri nama sesuai dengan tempat asal silat tersebut atau kemiripan gerakan tersebut dengan alam sekitarnya (alam takambang manjadi guru), sehingga akhirnya banyak varian-varian silat minangkabau seperti silek lintau, silek pauh, silek sungai patai, silek kumango (berdasarkan lokasi), silek buayo, silek harimau, silek kuciang bagaluik, silek baringin (nama hewan/tumbuhan), silek starlak, silek sentak (berdasarkan gerakan) dll

Dari sekian banyak jenis silek yang terdapat di minangkabau itu, di kabupaten Tanah Datar tepatnya di kampung kumango, merupakan tempat asal silek yang di sebut silek kumango. Silek kumango merupakan salah satu aliran silek yang termuda, dan juga merupakan salah satu silek minang yang tumbuh berasal dari lingkungan surau. Silek Kumango di kembangkan oleh Syekh Abdurahman Al Khalidi yang merupakan mursyid Tarekat Samaniyah yang melakukan aktifitasnya di Surau Kumango. Perlu diketahui, Surau Syekh Kumango ini adalah salah satu tonggak penting dalam penyebaran tarekat khususnya tarekat samaniyah di minangkabau. Banyak orang yang datang untuk mengambil baiat tarekat ke Surau Kumango ini, dan sampai saat ini pun Surau Seykh Kumango menjadi pusat ziarah bagi para murid tarekat samaniyah yang ada di minangkabau, malaysia, kalimantan, dan sekitarnya.

Nama kecil Syekh Abdurahman Al Khalidi Kumango adalah Alam Basifat, sejak kecil Alam sudah di kenal sebagai parewa (preman), dan akhirnya belajar mengaji dan mengkaji termasuk ilmu tarekat. Cabang tarekat yang dikuasainya adalah Tarekat Samaniyah, Naqsyabandiyah dan Syatariyah, namun yang di ajarkannya kepada masyarakat dari Surau Kumango adalah Tarekat Samaniyah. Bakat parewa Syekh Abdurahman ini rupanya di salurkan dalam bentuk ilmu silat, yang dikemudian hari di kenal sebagai silat kumango.

Saat ini silek kumango di pimpin oleh Guru Gadang Lazuardi Malin Maradjo, di bantu oleh beberapa asistennya yang di sebut Guru Tuo, antara lain Uda Lesmandri, yang juga seorang praktisi tari kontemporer yang berbasis Silek Kumango.

Filosofi dalam silek kumango antara lain dimulai pada saat penerimaan murid baru (mangangkat anak sasian) yang di wajibkan untuk memenuhi syarat-syarat tertentu yang di sebut manatiang syaraik (mengangkat syarat/sumpah), yaitu dengan membawa barang2 tertentu:

1. membao lado jo garam (membawa cabai dan garam) -->merupakan simbol agar ilmu yang diperoleh akan melebihi pedasnya cabai dan asinnya garam
2. pisau tumpul--> sebagai simbol bahwa murid yang baru datang di ibaratkan sebagai pisau tumpul yang akan di asah di sasaran agar menjadi tajam
3. kain putiah/kain kafan-->simbol kepasrahan kepada Sang Khalik agar selalu siap utk kembali kepadaNya
4. jarum panjaik jo banang-->simbol efisiensi, hemat dan tidak boros
5. bareh sacupak-->simbol utk bekal agar mandiri
6. ayam batino-->ayam ini biasanya dipelihara di rumah guru dan telurnya di ambil utk dimakan bersama-sama

Sebagai mana sebagian besar silek minang lainnya, dalam pola langkahnya silek kumango juga menganut sistem langkah nan ampek (langkah empat). Pola langkah empat ini pada dasarnya adalah membagi ruang di sekeliling kita menjadi empat bagian, depan, belakang, kiri dan kanan. Pola ini banyak di temui di banyak aliran beladiri lainnya. Dalam silek kumango langkah ampek ni di simbolkan sebagai langkah Alif, Lam, Lam, Ha dan Mim, Ha, Mim, Dal, yang merupakan huruf hijaiyah dalam kalimah Allah dan Muhammad.

Langkah nan ampek ini adalah bagian dari pituah pituah filosofis urang minang yang biasa di sebut sagalo nan ampek. Dalam menghadapi orang atau anak yang susah untuk di atur, para orang tua minang suka mengatakan mengatakan "indak tau nan ampek" kepada anak2nya, tidak tahu yang empat, artinya itu adalah sindiran bahwa ia tak tau tentang yang empat itu.

Ampek macam batang aka
Partamo syariaik
Kaduo tarikaik
Katigo hakikaik
Kaampek makripaik

Urang nan ampek golongan
Partamo niniak mamak
Kaduo cadiak pandai
Katigo alim ulamo
Kaampek bundo kanduang

Adaik nan ampek
Partamo adaik nan sabana adaik
Kaduo adaik nan diadaikkan
Katigo adaik nan taradaik
Kaampek adaik istiadaik

Langkah nan ampek ini juga di simbolkan dengan sifat dari Nabi Muhammad SAW, yaitu Siddik, Tabligh, Amanah dan Fatonah. Dan banyak lagi filosofi minang yang terangkum dalam sagalo nan ampek.

Dari sisi ilmu batin, langkah nan ampek ini juga merupakan simbol dari nafsu manusia yang terdiri dari nafsu ammarah, lawwamah, sufiyah dan muthmainah. Dan ini juga merupakan awal dari ilmu untuk mencari saudara batin guna mencari DIRI yang sejati. Ini mirip dengan pemahaman sedulur papat lima pancer yang ada di tanah jawa. Sehingga pada akhirnya nanti akan menemukan jati diri manusia yang benar-benar MANUSIA. Ada empat tingkatan jenis manusia menurut pemahaman minangkabau yang juga terangkum dalam empat bagian, yaitu : urang, urang nan takka urang, urang nan ka jadi urang, urang nan sabana urang.

Selain langkah ampek, dikenal dalam silek minang juga dikenal filosofi langkah tigo, yang memiliki muatan filosofis serupa dengan langkah nan ampek, namun bila langkah ampek memiliki muatan agamis, sebaliknya langkah tigo memiliki muatan adat, yang menjadi landasan dalam pola pikir masyarakat minangkabau, termasuk dalam seni sileknya.

Adat babarih babalabeh
Baukua jo bajangko
Tungku nan tigo sajarangan
Patamo banamo alua jo patuik
Kaduo banamo anggo tanggo
Katigo banamo raso pareso

Alua jo patuik (alur dan kepatutan/kepantasan) secara singkat adalah logika, anggo tanggo (anggaran tangga) kedisiplinan, raso jo pareso (rasa dan periksa) adalah perasaan/olah rasa dan ketelitian/periksa.

Aplikasinya dalam ilmu silek adalah bahwa silek itu haruslah bersesuaian dengan ilmu pengetahuan/logika/masuk di akal, dalam mempelajarinya diperlukan kedisiplinan, dan terakhir yang tak kalah penting adalah pengolahan rasa untuk mempertajam gerakannya.

Dalam silek kumango, pengaruh sufistik dari Syekh Abdurahman juga tampak dalam filosofi, bahwa setiap serangan haruslah dielakan terlebih dahulu. Tidak tanggung-tanggung bukan sekali di elakan, melainkan di elakan sebanyak empat kali.
Elakan pertama di simbolkan sebagai elakan mande, dalam menghadapi serangan pertama dari seorang musuh, harus di elakan, dianggap nasihat dari seorang ibu kepada anaknya, jadi kita wajib memahaminya dan bukan melawannya.
Elakan kedua di simbolkan sebagai elakan ayah, jadi harus dipahami dan bukan dilawan.
Elakan ke tiga di simbolkan sebagai elakan guru, kita harus mengumpamakan bahwa itu adalah seorang guru yang sedang marah kepada kita sehingga wajib di pahami dan tidak dilawan dengan cara mengelakan serangannya,
Elakan keempat di simbolkan sebagai elakan kawan, yaitu di artikan bahwa itu adalah seorang kawan yang hendak bermain-main kepada kita sehingga harus kita pahami dan dalam gerakan silat harus kita elakan.
Baru pada serangan kelimalah seorang pesilat kumango dapat melakukan gerakan perlawanan, karena pada serangan kelima ini di ibaratkan si penyerang sudah bersama setan, sehingga wajib bagi kita untuk menyadarkannya, dalam aplikasi gerakan silat ini bisa dilakukan dengan gerakan serangan berupa pukulan atau sapuan kaki yang diakhiri dengan kuncian, dengan catatan bahwa serangan dari kita hendaknya tidak boleh sampai mencederai lawan, dan bahkan apabila lawan sampai kesakitan, minta maaf adalah hal yang patut dilakukan.

Dalam diskusi silat kumango beberapa waktu lalu di padepokan TMII yang diprakarsai oleh rekan2 sahabat silat (www.sahabatsilat.com) , ada seorang peserta yang menanyakan bagaimana aplikasi silek kumango dalam menghadapi lawan yang berada di bawah (jatuh atau menjatuhkan diri), misalnya saja dalam menghadapi seorang ahli gulat/grappling, ternyata dalam filosofi silek kumango di sarankan untuk tidak menyerang lawan yang posisinya sudah berada di bawah.

Dalam pepatah minang ini di simbolkan dengan “alah kanyang ka tambah” sudah kenyang masih mau nambah, maka yang terjadi adalah hilanglah rasa kenyang dan tibul rasa sakit perut. Karena lawan yang berada di bawah di posisikan sebagai lawan yang sudah jatuh, nah menyerang lawan yang sudah kita jatuhkan bisa mengakibatkan posisi kita malah menjadi lemah, maka sebaiknya di biarkan lawan sampai bisa berdiri kembali.

Jurus Silat Kumango :
1. Elakan (kiri luar, dalam)
2. Elakan (kanan luar, dalam)
3. Sambut Pisau
4. Rambah
5. Cancang
6. Ampang
7. Lantak Siku
8. Patah Tabu
9. Sandang
10. Ucak Tanggung
11. Ucak Lapeh

Dalam permainan silek kumango tidak dikenal permainan senjata, kecuali dalam kembangan yang berbentuk tarian. Sebagai silek yang berasal dari budaya surau, maka senjata yang dikenal dalam silek kumango adalah sarung. Jadi selain sebagai alat untuk beribadah, sarung juga merupakan senjata yang dapat di andalkan. Dalam diskusi silat kemarin itu Guru Gadang Amak Ar juga memperagakan gerakan beladiri dengan mempergunakan senjata sarung.

Demikianlah sekilas tentang silek kumango, yang selain berguna dalam fungsi pembelaadi diri, juga berperan dalam pembentukan moral manusia minang. Didalam silek ini banyak sekali pituah pituah urang minang dengan arti yang sangat dalam. Sangat di sayangkan kalau budaya ini sampai hilang di telan zaman.


Usang usang di pabarui
Nan lapuak di kajangi
Nan senteng di bilai
Nan taserak di kumpuekan
Nan hanyuik di pintehi
Nan takalok di jagokan
Nan hilang di cari

Sumber : http://devilbuddy.multiply.com/journal/item/35

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Sohbet Tanggal 30 Maret 2008

Sohbet Tanggal 30 Maret 2008

Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al Haqqani (qs)



Manusia Mempunyai Segalanya Kecuali Keyakinan!

Atau: Bagaimana Caranya Mendekat kepada Allah

Atau: Ajarkan yang Kau Tahu!

As-salamu 'alaikum!

Suatu kali Khwaja Nasrudin- Allah merahmati beliau...

Destur, ya Sultanu-l Awliya! Madad, ya Rijalallah!

Oh Tuhan kami, ampuni kami! Oh Tuhan kami, kirimkan kami berkah-berkah-Mu! Jika Kau tidak senang dengan sebagian besar manusia karena kelakuan mereka. Kau mempunyai orang-orang yang membuat-Mu bahagia dan ridho kepada mereka. Untuk kehormatan mereka kirimkan kami berkah-berkah-Mu!

Kami mengucap: A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim, Bismillahir Rahmanir Rahim.

Ini sebuah pertemuan. Sebuah pertemuan adalah mengambil sesuatu dari keliaran dan kekejaman manusia. agar bersama-sama datang berkaj-berkah dari Surga. Bahkan jika 2 orang beriman datang bersamaan dan duduk demi kepentingan Allah yang Maha Kuasa, datanglah Berkah-berkah dan Rahmat-rahmat. Oleh karenanya, kami disini lebih dari 2 orang dan kami berharap bahwa rahmat seseorang itu datang. Tanyalah! Jika kau ingin kesenangan dan kebahagiaan dalam Hadirat Ilahiah dari waktu ke waktu, kau harus bertanya kepada seseorang yang dekat kepada Tuhan mereka, Allah yang Maha Kuasa. Bagaimana caranya untuk lebih dekat kepada Pencipta kita, Tuhan Penguasa Surga? Seseorang boleh bertanya, ya... Madad, ya Sultanu-l Awliya!

(Ini) sederhana dan mudah! Jika kau memohon untuk lebih dekat dengan Allah yang Maha Kuasa, maka kau harus berusaha menjauhkan diri dari egomu! Kau harus lari dari egomu, lalu kau akan semakin dekat. Jika kau semakin mendekat ke egomu, kau tidak sanggup mendekat kepada Allah yang Maha Kuasa, tidak! Oleh karenanya, siapapun yang memohon mendekat kepada Allah yang Maha Kuasa: larilah dari egomu, larilah dari keinginan-keinginan egoistik! Tinggalkan, lalau kau akan menemukan dirimu semakin dekat dengan Allah yang Maha Kuasa!

Itu penting dan siapa yang semakin dekat dengan Allah yang Maha Kuasa, bisa meraih segala sesuatu disini dan Akhirat. Tetapi jika orang itu tidak dekat dengan Tuhan-Nya, Allah yang Maha Kuasa, segalanya, setiap kebaikan, setiap kesenangan, setiap kedamaian, setiap harapan, setiap keindahan akan lari darimu. Dan sebaliknya: kau, saat lari ke Allah yang Maha Kuasa dan memohon Kesenangan dan Kegembiraan-Nya, segala sesuatu disekitar dirimu berusaha untuk membuatmu senang. Tidak seorangpun menyakitimu, tidak mungkin! Tidak mungkin!

Jika Allah yang Maha Kuasa ridho kepadamu dan kau berusaha untuk menjadikan Allah yang Maha Kuasa ridho kepadamu, bagaimana mungkin makhluk-makhluk-Nya berusaha membuatmu sedih, putus asa? Tidak, tidak ada yang berusaha membuatmu berkubang dalam kesedihan, dalam lautan kesedihan, dalam gelapnya dunia! Dunia dimana kau tinggal didalamnya, akan diperintahkan: Oh, siapapun yang ada disekitar hamba-Ku, semuanya, karena Aku ridho kepada hamba-Ku, kalian harus berusaha menyenangkan hamba-Ku! Itulah Perintah-Nya! Dan lalu segalanya akan berusaha membuatmu senang, gembira dan damai. Tidak ada yang dapat memberimu kesenangan jika Allah yang Maha Kuasa tidak memberi perintah! Uang -itu tidak ada artinya! Kekayaan tidak ada artinya! (Sebuah) Kerajaan tidak ada artinya! Tidak akan pernah ada yang akan memberimu kesenangan dan kegembiraan jika Allah yang Maha Kuasa tidak perintahkan -Perintah-Nya menembus apapun!



Atom-atom mendengar Perintah-perintah-Nya dan mereka patuh! (Sebuah) virus mendengar apa yang Pencipta-nya perintahkan. Pencipta-nya berkata: Oh makhluk-Ku dan semuanya, ini mempunyai sebuah nama khusus dalam Hadirat Ilahiah! Bahkan kau tidak bisa menemukan satu atom pun yang tak bernama karena Tuhan Penguasa Surga berkata kepada mereka: Jadilah! S jadilah!, A jadilah!, M jadilah! dan mereka pun ada. Dia memanggil mereka dengan nama (mereka)!

Dan kau bisa bertanya: Bagaimana itu bisa terjadi?

Kau harus yakin bahwa Tuhan-mu bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki untuk dilakukan atau dijadikan dan Dia cukup berkata: "Jadilah" dan terjadilah. Dia bisa berkata: "O atom-atom," dan Dia menunjuk kepada setiap atom: "Oh atom-atom di Hadirat Ilahiah" atau: "atom-atom Surga!" Satu per satu Dia mengetahui nama-nama mereka; Dia tahu dimana mereka, Dia tahu untuk apa mereka menjadi ada! Karena Dia-lah sang Pencipta! (Sang) Pencipta harus tahu tiap makhluk yang sudah diciptakan-Nya, untuk apa Dia menciptakan mereka!



Tanpa satu pun kearifan, maksud, target, maka tidak bisa menjadi apa-apa! Sebuah atom harus ada untuk sesuatu! Atom itu tahu! Dan ketika Tuhan Penguasa Surga -Pencipta mereka- berkata, "Oh makhluk-makhluk-Ku" mereka menjawab, "Labbaik! Oh Tuhan kami, kami siap, kami mendengarkan-Mu! Apakah Perintah-Mu?" "Dengar dan patuhi!"

(Perintah) datang karena Dia-lah sang Pencipta dan Dia-lah satu-satunya yang dapat memberikan perintah, Dia-lah satu-satunya yang membuat Peraturan-peraturan.



Kesalahan terbesar manusia adalah: Mereka meminta peraturan-peraturan untuk diri mereka sendiri, yaitu aturan yang dibuat manusia. Aturan yang dibuat manusia tidak mempunyai nilai, tidak ada kekuatan! Tidak seorangpun mendengarkan, tidak seorang pun patuh! Tetapi Perintah-perintah surgawi -yang hanya Allah Maha Kuasa bisa memberikan perintah- Perintah-perintah-Nya harus didengar, didengarkan baik-baik, dipatuhi! Perintah-perintah-Nya! Itulah kesalahan terbesar manusia abad 21, mereka ingin membuat sendiri peraturan seperti: Kau sama dengan aku. Kalau kau bisa membuat sebuah peraturan, aku bisa buat peraturan lain dan aku tidak harus patuh kepadamu. Siapa kamu? Kau sama seperti aku, (seorang) manusia, mengapa aku menjadi pelayanmu? Bagaimana aku akan menjadi pelayan yang patuh kepadamu? Lebih-lebih adakah hal yang membuatmu lebih daripada aku. Tidak ada!



Seluruh manusia berada pada standar yang sama. Bahwa Tuhan Penguasa Surag menjadikan sebagian hamba-Nya pengecualian, mereka berbeda, benar-benar berbeda. Berapa banyakkah perbedaannya? 100% berbeda! Kaum Wahabi berkata seperti ini: "Apa itu Nabi! Dia sama seperti kita!"

Masya Allah! Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa sang Nabi (saw) sama dengan kalian? Tidak! 100% beliau berbeda dalam penciptaannya, beliau mempunyai pengecualian karena beliaulah lebih dekat atau dia harus lebih dekat kepada Tuhan Penguasa Surga untuk mendengar, memperhatikan dan mematuhi serta membawa manusia pada umumnya Aturan-aturan Surgawi, Aturan-aturan Tuhan Penguasa Surga.



Itulah kesalahan terbesar manusia, namun kini semua orang sama seperti Nimrod dengan berkata, "Akulah tuhan dimuka bumi!" Ha? Ya Maulayi!... Ja. Itulah kesalahan terbesar... tetapi mereka mendesak orang lain: Kau harus patuh padaku! Untuk apa? Siapa kamu? Kau sama seperti aku. Kau membuat peraturan kepadaku karena dibelakangmu ada beberapa kerumunan orang bodoh, seperti kerumunan serigala... dan kau memaksaku untuk mematuhimu? Tidak, aku tidak terima!



Namun ketika Kekuatan surgawi datang, Aturan-aturan dari Surag, siapakah yang membawa aturan-aturan tersebut, mereka 100% berbeda. Apa yang mereka katakan? Mereka berkata, "Oh manusia, patuh atau kau akan diakhiri! Tapi manusia berpikir bahwa tidak ada yang lain melampaui diri mereka, siapa yang dapat memberikan perintah kepada mereka atau mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan dan menjadikan orang lain mengejar jalan-jalan imitasi mereka sehingga mereka jatuh dalam kegelapan, jatuh ke lembah yang dalamnya tak diketahui.



Tuhan Penguasa Surga berseru pada tiap makhluk: Oh para makhluk-Ku! Yang itu... yang itu... dia hamba-Ku. Dia menjaga Perintah-perintah-Ku, mendengar, memperhatikan, patuh dan lain-lainya, kau harus memberikan kehormatanmu kepada dia dan jangan menyakitinya! Jangan sakiti dia dengan segala cara, jangan! Kau tidak boleh menyentuh yang itu, tidak boleh! Itulah Perintah Surgawi pada tiap atom yang dipanggil dengan nama mereka.



Oleh karena itu, keselamatan bagi manusia adalah dengan patuh terhadap Pencipta mereka, berusaha menjadikan sang Pencipta bahagia dan ridho dengan mereka serta Dia kemudian akan menganugerahi mereka dari Samudera Rahmat-Nya yang tak bertepi, dari Samudera kesenangan-Nya yang tak bertepi, Samudera kegembiraan-Nya yang tak bertepi, Samudera keindahan-Nya yang tak bertepi, dari samudera yang tak bertepi, tak bertepi, tak bertepi!

Manusia harus belajar! Mereka sebaiknya belajar atau mereka akan menjadi sampah yang dibuah ke tempat sampah, tidak ada harganya! Tidak berharga, jadi Allah yang Maha Kuasa menjadikan makhluk-makhluk-Nya untuk menyakiti orang-orang itu... disakiti tidak cukup untuk kata itu asa ... membuat mereka tidak bahagia... Jika Allah yang Maha Kuasa tidak berfirman: Berikan kesenanganmu kepada para hamba-Ku yang patuh, semua akan menyerang orang itu. Saat makhluk yang tidak terlihat berlari dan menyerang seorang manusia, bahkan satu dari mereka dapat mengantarkan orang itu dari hidup ke mati!



Oh manusia, kau harus berusaha yakin kepada Kekuatan Tuhan-mu dan Kemungkinan bahwa Kemungkinan-Nya adalah Samudera-samudera tanpa batas! Kemungkinan... paham?... Dia dapat melakukan apapun dengan Kekuatan-Nya yang tidak terbatas! Dia dapat melakukan apapun dan tak seorang pun dapat menghentikan Tuhan Penguasa Surga melakukan ini dan itu!



Kita butuh percaya kepada Dia! Kita punya segalanya kecuali kepercayaan. Orang-orang punya segalanya hanya dari materi, mereka kehilangan spiritualitasn dan Perintah-perintah Tuhan mereka. Oleh karenanya, dari hari ke hari mereka turun. Dari hari ke hari merka jatuh ke dalam sumur kegelapan yang tak ada akhirnya dimana tidak seorangpun dapat mengeluarkan mereka kecuali jika Tuhan Penguasa Surga menurunkan seutas tali kepadamu. Tali itu selalu siap, tidak mungkin dipotong. Jagalah tali itu, kau akan selamat, diberi pahala dan diberi kehormatan dan dipuji dalam Hadirat Ilahiah-Nya.



Semoga Allah mengampuni kita! Demi kehormatan yang paling terhormat dan paling terpuji dalam Hadirat Ilahiah-Nya, Sayyidina Muhammad saw, Fatiha... Ya Rabbi, Syukr!... Selamat datang!

Aku bicara untuk Nasrudin Hoja, (seseorang) yang sangat termasyur. Dia hanyalah seorang pelayan, namun spiritualitasnya menutupi manusia selama berabad-abad dari Timur hingga ke Barat. Dan dia seorang terpelajar dan berusaha mengajarkab banyak orang sesuatu yang mungkin sangat bermanfaat, bisa berguna bagi banyak orang. Dia memberi nasehat kepada mereka. Suatu kali dia datang ke masjid dan duduk... bukan seperti ini.. (duduk pada) kursi resmi dalam masjid... duduk dan memperhatikan ke orang-orang: Masya Allah! Orang-orang yang sangat baik, penuh sesak orang disini... "Ya, wahai para pendengarku! Kalian tahu apa yang aku ajarkan?"

(Dan) mereka menjawab, "Tidak, Tuan. Kami tidak tahu apa yang kau katakan kepada kami."

Dan dia berkata: "Jika kalian tidak tahu, apa gunanya aku berkata sesuatu kepada kalian? Ehhh...ma a Salaam!"

Oh! Orang-orang mulai beranjak pergi... Jika kalian tidak tahu apa yang aku katakan, apa gunanya aku berkata-kata sesuatu kepada kalian? Mereka pergi.

Lain kali... orang-orang berkata: Nasrudin Hoja, guru kami, penasehat kami, dia tidak pernah bicara. (Dia) bertanya pertanyaan itu dan kita menjawab, "Kami tidak tahu" dan dia menjawab: "Tidak mengapa."

Kali ini kita harus menjawab, "Kami tahu."



Dan (pada) kesempatan kedua, Nasrudin Hoja berdiri (disana) melihat: "Masya Allah! Begitu banyak orang disini... As-salamu 'laikum! Apakah kalian tahu apa yang aku katakan kepada kalian?"

Mereka menjawab, "Ya, tuan. Kami tahu!"

"Jika kalian tahu, untuk apa aku berkata-kata kepada kalian?"

Dan mereka semua terpaku. Mereka berkata, "Kali ini kita harus menjawab, sebagian dari kita: 'Kami tahu" sebagian yang lain berkata: "Kami tidak tahu."

(Pada) kesempatan ketiga, Mullah Nasrudin datang dan duduk: "Oh, masya Allah! Orang-orang yang baik... Kalian tahu apa yang akan aku ajarkan?"

Orang-orang ini menjawab, "Ya, kami tahu" dan kelompok lain menjawab, "Kami tidak tahu, Hoja Effendi, kami tidak tahu!"
"Sangat bagus! Siapa yang tahu, (mereka) mengajarkan kepada yang tidak tahu!"

Aku datang dan berkata kepadamu: "Kau tahu, apa yang aku katakan?" namun kau tidak menjawab, oleh karenanya aku bicara kepada tembok, dan lantai dan langit-langit... Apa yang akan kita lakukan!... Yalla, pergilah!



As-salamu 'alaikum...

A'udzu bi-llahi mina syaitani rajim, Bsmillahir Rahmanir Rahim. Ya Rabbana, ya Rabbi-ghfir wa-rham wa Anta khairu Rahimin, innaka Afuwu Karim, tuhibbu-l afwa, fa-fuanna, ya Karim, bi jahi man arsaltahu Suratu-l Fatiha!




BRR

As-salamu alaikum, dear brothers and sisters!

Here the Sohbet from Maulana Sheikh Nazim from 30th of March!

Salaams to all

Khairiyah





Sohbet from 30.3.08

People have everything except belief!





Or: How to come closer to Allah

Or: Teach what you know!





As-salamu alaikum!





Once Khwaja Nasrudin- Allah blesses him... Destur, ya Sultanu-l Awliya! Meded, ya Rijalallah!





O our Lord, forgive us! O our Lord, send us your Blessings! If You are not happy from big mass of mankind, through themselves You have someones that You are happy and pleased with them. For their honour send us Your Blessings!

We are saying: Audhu bi-llahi mina shaitani rajim, Bismillahir Rahmanir Rahim.

It is an association. An association (is) taking away from people wildness and their violence. To be together, coming from Heavens Blessings. If even two believers (are) coming together and (are) sitting for the sake of Allah Almighty, (it is) coming Blessings and Mercy. Therefore, we are here more than two people and we hope that for someones blessings (is) coming. Ask! If you like to be in pleasure and pleasement in divinely Presence even time by time, you must ask someones, whom they are closer to their Lord Allah Almighty, how (you are) going to be closer to our Creator, the Lord of Heavens? Someone may ask, yes...Meded, ya Sultanu-l Awliya!





(It is) simple and easy! If you are asking to be closer to Allah Almighty, you must try to be (far away) from your ego! You must run away from your ego, then you are going to be closer. If you are coming closer to your ego, you can t be able to be closer to Allah Almighty, no! Therefore, anyone asking to be closer from Allah Almighty: Run away from (your) ego, run away from your egoistic demands! Leave, then you should find yourself closer to Allah Almighty!





That is important and who is coming closer from Allah Almighty, he may reach everything here and Hereafter. But if that one (is) not closer to his Lord Almighty Allah, everything, every goodness, every pleasure, every peace, every hope, every beauty (is) running away from you. And in opposite: You, when you are running to Allah Almighty and asking His Pleasure and Pleasement, everything around yourself (is ) trying to make you pleased. No one (is) harming you, no, it is impossible! It is impossible!





If Allah Almighty (is) pleased with you and you are trying to make Allah Almighty to be pleased with you, how His creatures (are) trying to make you sad, hopeless? No, nothing (is) trying to make you in sadness, through sadness oceans, through darkness worlds! Your world that you are living in it, just (is) going to be ordered: Oh, who is around My servant, everything, because I am pleased with My servant, you must try to make pleased My servant! That is (His) Order! And then everything (is) trying to make you in pleasure, pleasement and peace. Nothing can give to you pleasure, if Allah Almighty (is) not ordering! Money- it means nothing! Richness should be nothing! (A) Kingdom (is) going to be nothing! Never (anything is) going to give you any pleasure and pleasement, if Allah Almighty (is) not ordering- that His Order (is) through everything!





Atoms (are) hearing His Orders, and (they are) obeying! (A) Virus (is) listening, what its Creator (is) ordering. Its Creator (is) saying: O My creature and everything, it has a special name in (the) divine Presence! You can t find even an atom without a name, because the Lord of Heavens (is) addressing to them: Come into existence! Come, S., in existence, come, A., in existence. Come, M., in existence! and they are coming. By their names (He is) calling (them)!





And you can say: How it can be?

You must believe that your Lord may do everything that He asking to do or to be and (He is only) saying: Be , and (it is) being in existence. He may say: O atoms , and His divinely Addressing (is) to every atom: O divinely Presences atoms or: Heavens atoms! One after one He knows their names; He knows where they are, He knows for what they are in existence! Because He is (the) Creator! (The) Creator must know every creature that He created them, for what (He has created them)!





Without any wisdom, without any purpose, without a target, can t be anything! An atom must be in existence for something! It knows! And when the Lord of Heavens, their Creator, (is) saying: O My creatures , they are saying: Labbaik! O our Lord, we are ready, we are listening to You! What is Your Command? Listen and obey! (This Order is) coming, because He is (the) Creator and He is (the) only One who can order, He is (the) only one who (is) making Rules.





(The) biggest mistake of mankind that is: They are asking to do rules by themselves. Man-made rules. Man-made rules (have) no value, no power! No one (is) listening, no one (is) obeying! But heavenly Orders that Allah Almighty only may order, His Orders must be heard, must be listened, must be obeyed! His Orders! (The) biggest mistake of mankind through (the) 21st century that is, that they are trying to make rules: You (are) like me. What you are making, a rule, I can do another (rule) and I am not obliged to obey to you. Who are you? You are like me, (a) person, why I am going to be your servant? How I am going to be (an) obedient servant to you? What is more, (what is the) thing that you have more than me? No!





Our whole mankind (is) on (the) same standard. Only someones (not)- that the Lord of Heavens (is) making some of His servants exception- that their creation (is) different, just different. How much different? 1oo % (they are) different for their existence! Those Wahabi people they are saying that: What is (that) Prophet! He is like ourselves! Ma sha Allah! Who said to you that (the) Prophet looks like you? No! 1oo % (he is) different (in) his creation, he has an exception, because he is closer or he must be closer to the Lord of Heavens, to hear and listen and obey and to bring (to the) common people (the) Rules of Heavens, (the) Rules of (the) Lord of Heavens.





That is (a) biggest mistake (of mankind), but in our days whole people they like to be like Nimrods, saying: I am the Lord on earth! Ha? Ya Maulayi!... Ja. That is (a) biggest mistake... but they are forcing people: You must obey to me! For what? Who are you? You are like myself. You are putting rules on me, because behind of you there is some foolish crowding ones, like wolves... and you are trying to make an order on me? No, I am not accepting!





But when heavenly Power (is) coming, Rules from Heavens- (those), whom they are carrying that rules, they are just 1oo % different. What they are saying? They are saying: O man, obey or you are going to be finished! But people they are thinking that (there is) no any other one over themselves, (who) can order to them or (that) they may do everything as they like and (they are) making people to run on their imitated ways and they are falling into darkness, falling through depthless valleys.





The Lord of Heavens (is) calling every creation: O My creatures! That one... that one... he is My servant. He is or she is keeping My Orders, hearing and listening and obeying, so that everything, you must give your honours to him and don t harm him! Don t harm him in any way, no! You can t touch that one, no! That is the Order of Heavens to every atom through their names.





Therefore, safety for mankind is to obey to their Creator, to try to make their Creator happy with them and pleased with them and then He (is) granting to them (from) His kinds... from His endless Mercy Oceans, from His endless pleasure Oceans, from His endless Pleasement Oceans, from endless Beauty Oceans, from endless, endless, endless, endless Oceans!

People must learn! They should learn or they are going to be garbage through dustbin, no value! No value, (so Allah Almighty is) making them (His creatures) to give every harm (to those people)... harm is not enough for that word asa ... to make them (in) displeasure... If Allah Almighty (is) not saying: Give your pleasure to My obedient servants , everything should attack on people. When unseen creatures (are) running and attacking on a man, even one (of them) may take that person from life to death!





O people, you must try to believe (in) your Lords Power and Possibility that His possibility (is) endless Oceans! Possibility... understanding?... He can do everything with His unlimited Powers! He can do everything and no one can stop the Lord of Heavens to do like this and to do like that!





We need to believe in Him! We have everything, except belief. People, they have everything from materials, only they lost spirituality and their Lords Commands. Therefore, they are day by day coming down. Day by day they are falling through (the) darkness of an endless well that no one can take them out, except, if the Lord of Heavens (is) sending to you a rope. That rope it is impossible to be cut off, always (it) is ready. Keep that rope, you should be saved and rewarded and honoured and glorified in His divinely Presence.





May Allah forgive us! For the honour of most honoured and glorified one on His divinely Presence, S.Muhammad sws, Fatiha... Ya Rabbi, Shukr!... Welcome to you!





I was speaking for Nasrudin Hoca, (a) very popular one that he was only one servant, but his spirituality (is) covering mankind through centuries from East to West. And he was just a learned person and (he was) trying to teach people something that may be (of) too much benefit, maybe useful for people. He was advising to them. Once (he was) coming (to the) mosque and (he was) sitting... not like this.. (on the) official seat in (the) mosque... (he was) sitting and looking to people: Ma sha Allah! Very good people, good crowding here... Yes, o my listeners! Are you knowing what I am teaching to you? (And the) people (were) saying: No, Sir we are not knowing what you are saying to us. And he was saying: If you are not knowing, for what I am saying to you something? Ehhh...ma a Salaam! Oh! (The) people (were) going away... If you are not knowing, what I am saying, for what I am saying to you something? They left.





Next time... people (were) saying: Nasrudin Hoca, our teacher, our advisor, he (is) never speaking., (He is) asking that question and we are saying: We are not knowing and he is saying: (It) doesn t matter . This time we must say: We know.

And (on the) second occasion Nasrudin Hoca (was) standing (there), looking: Ma sha Allah! So many people here... As-salamu alaikum! Are you knowing, what I am saying to you? They are saying: Yes, Sir, we are knowing! If you are knowing, for what I am saying to you? And people, they were astonished. They were saying: This time we must say, some of ourselves: We know , some other say: We don t know.





(On) a third occasion Molla Nasrudin (was) coming and sitting: O, ma sha Allah! Good people... Are you knowing, what I am going to teach you? These people (were) saying: Yes, we are knowing and another group (was) saying: We are not knowing, Hoca Effendi, we are not knowing! Very good! Who (is) knowing, (they are) teaching unknowing people!

I am coming and saying to you: You know, what I am saying? , but you are not answering, therefore I am addressing to walls, and (the) floor and (the) ceiling... What we shall do!... Yalla, go away!



As-salamu alaikum...





Audhu bi-llahi mina shaitani rajim, Bsmillahir Rahmanir Rahim. Ya Rabbana, ya Rabbi-ghfir wa-rham wa Anta khairu Rahimin, innaka Afuwu Karim, tuhibbu-l afwa, fa-fuanna, ya Karim, bi jahi man arsaltahu Suratu-l Fatiha!

sumber : muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini