Kitab Musarar Jayabaya
Posted by Tri Basoeki Soelisvichyanto on July 11, 2007
Terjemahan bebas Ramalan Jayabaya Musarar.
(diambil dari ahmad )
Asmarandana
1. Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.
2. Beliau sakti sebab titisan Batara wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja agung, pasukannya raja-raja.
3. Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan.
Sesudah dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negara-nya.
4. Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang
Prabu akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum bernama, Sultan
Maolana.
5. Lengkapnya bernama Ngali Samsujen. Kedatangannya disambut
sebaik-baiknya. Sebab tamu tersebut seorang raja pandita lain bangsa
pantas dihormati.
6. Setelah duduk Sultan Ngali Samsujen berkata: “Sang Prabu Jayabaya,
perkenankan saya memberi petuah padamu menge.nai Kitab Musarar.
7. Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan
diganti oleh orang lain”. Sang Prabu mendengarkan dengan
sebaik-baiknya. Karena beliau telah mengerti kehendak Dewata.
8. Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab
Musarar sudah diketahui semua. Beliaupun ingat tinggal menitis 3 kali.
9. Kelak akan diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di Kakbah yang membawa Imam Supingi untuk menaikkan kutbah,
10. Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada
Maolana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke P. Jawa membawa ecis
tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.
11. Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.
12. Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu setelah datang lalu naik ke gunung.
13. Di sana ada Ajar bernama Ajar Subrata. Menjemput Prabu Jayabaya seorang raja yang berincoknito termasuk titisan Batara Wisnu..
14. Karenanya Sang Prabu sangat waspada, tahu sebelum kejadian mengenai raja-raja karena Sang Prabu menerima sasmita gaib.
15. Bila Islam seperti Nabi. Prabu Jayabaya bercengkrama di gunung
sudah lama. Bertemu dengan ki Ajar di gunung Padang. Yang bertapa brata
sehingga apa yang dikehendaki terjadi.
16. Tergopoh-gopoh menghormati. Setelah duduk ki Ajar memanggil seorang
endang yang membawa sesaji. Berwarna-warni isinya. Tujuh warna-warni
dan lengkap delapan dengarn endangnya.
17. Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu
bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan
kembang mojar satu bungkus.
18. Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah :
“Inilah hidangan kami untuk sang Prabu”. Sang Prabu waspada kemudian
menarik senjata kerisnya.
19. Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya. Keris kemudian
dimasukkan lagi. Cantrik-cantrik berlarian karena takut. Sedangkan raja
putra kecewa melihat perbuatan ayahnya.
20. Sang putra akan bertanya merasa takut. Kemudian merekapun pulang. Datang di kedaton Sang Prabu berbicara dengan putranya.
21. Heh anakku. Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa
kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsujen tatkala masih muda.
Sinom :
1. Dia itu sudah diwejang (diberitahu) oleh guru mengenai kitab
Musarar. Sama seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja
di P. Jawa. Toh saya sudah diberitahu bahwa saya tinggal 3 kali lagi.
2. Bila sudah menitis tiga kali kemudian ada jaman lagi bukan
perbuatan saya. Sudah dikatakan oleh Maolana Ngali tidak mungkin
berobah lagi. Diberi lambang Jaman Catur semune segara asat.
3. Itulah Jenggala, Kediri, Singasari dan Ngurawan. Empat raja itu
masih kekuasaan saya. Negaranya bahagia diatas bumi. Menghancurkan
keburukan.
4. Setelah 100 tahun musnah keempat kerajaan tersebut. Kemudian ada
jaman lagi yang bukan milik saya, sebab saya sudah terpisah dengan
saudara-saudara ditempat yang rahasia.
5. Di dalam teken sang guru Maolana Ngali. Demikian harap diketahui
oleh anak cucu bahwa akan ada jaman Anderpati yang bernama Kala-wisesa.
6. Lambangnya: Sumilir naga kentir semune liman pepeka. Itu negara
Pajajaran. Negara tersebut tanpa keadilan dan tata negara, Setelah
seratus tahun kemudian musnah.
7. Sebab berperang dengan saudara. Hasil bumi diberi pajak emas. Sebab
saya mendapat hidangan Kunir sarimpang dari ki Ajar. Kemudian berganti
jaman di Majapahit dengan rajanya Prabu Brawijaya.
8. Demikian nama raja bergelar Sang Rajapati Dewanata. Alamnya disebut
Anderpati, lamanya sepuluh windu (80 tahun). Hasil negara berupa picis
(uang). Ternyata waktu itu dari hidangan ki Ajar.
9. Hidangannya Jadah satu takir. Lambangnya waktu itu Sima galak
semune curiga ketul. Kemudian berganti jaman lagi. Di Gelagahwangi
dengan ibukota di Demak. Ada agama dengan pemimpinnya bergelar Diyati
Kalawisaya.
10. Enam puluh lima tahun kemudian musnah. Yang bertahta Ratu Adil
serta wali dan pandita semuanya cinta. Pajak rakyat berupa uang.
Temyata saya diberi hidangan bunga Melati oleh ki Ajar.
11. Negara tersebut diberi lambang: Kekesahan durung kongsi kaselak
kampuhe bedah. Kemudian berganti jaman Kalajangga. Beribukota Pajang
dengan hukum seperti di Demak. Tidak diganti oleh anaknya. 36 tahun
kemudian musnah.
12. Negara ini diberi lambang: cangkrama putung watange. Orang di desa
terkena pajak pakaian dan uang. Sebab ki Ajar dahulu memberi hidangan
sebatang pohon kajar. Kemudian berganti jaman di Mataram. Kalasakti
Prabu Anyakrakusuma.
13. Dicintai pasukannya. Kuat angkatan perangnya dan kaya, disegani
seluruh bangsa Jawa. Bahkan juga sebagai gantinya Ajar dan wali serta
pandita, bersatu dalam diri Sang Prabu yang adil.
14. Raja perkasa tetapi berbudi halus. Rakyat kena pajak reyal. Sebab
waktu itu saya mendapat hidangan bawang putih dari ki Ajar. Rajanya
diberi gelar: Sura Kalpa semune lintang sinipat.
15. Kemudian berganti lagi dengan lambang: Kembang sempol Semune modin
tanpa sreban. Raja yang keempat yang penghabisan diberi lambang Kalpa
sru kanaka putung. Seratus tahun kemudian musnah sebab melawan sekutu.
Kemudian ada nakhoda yang datang berdagang.
16. Berdagang di tanah Jawa kemudian mendapat sejengkal tanah. Lama
kelamaan ikut perang dan selalu menang, sehingga terpandang di pulau
Jawa. Jaman sudah berganti meskipun masih keturunan Mataram. Negara
bernama Nyakkrawati dan ibukota di Pajang.
17. Raja berpasukan campur aduk. Disegani setanah Jawa. Yang memulai
menjadi raja dengan gelar Layon keli semune satriya brangti. Kemudian
berganti raja yang bergelar: semune kenya musoni. Tidak lama kemudian
berganti.
18. Nama rajanya Lung gadung rara nglikasi kemudian berganti gajah meta
semune tengu lelaki. Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga
tenggelam negaranya dan hukum tidak karu-karuan. Waktu itu pajaknya
rakyat adalah.
Keterangan :
Lung Gadung Rara Nglikasi : Raja yang penuh inisiatif dalam segala hal,
namun memiliki kelemahan suka wanita. Gajah Meta Semune
Tengu Lelaki : Raja yang disegani/ditakuti, namun nista.
19. Uang anggris dan uwang. Sebab saya diberi hidangan darah sepitrah.
Kemudian negara geger. Tanah tidak berkasiat, pemerintah rusak. Rakyat
celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat ditolak.
20. Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri
sendiri-sendiri. Kemudian berganti jaman Kutila. Rajanya Kara Murka.
Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram.
Keterangan :
- Bupati berdiri sendiri-sendiri : Otonomi Daerah.
- Jaman Kutila : Reformasi
- Raja Kara Murka : Raja-raja yang saling balas dendam.
- Panji Loro semune Pajang Mataram : Dua kekuatan pimpinan yang saling jegal ingin menjatuhkan.
21. Nakhoda ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya. Sarjana
tidak ada. Rakyat sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan
besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu, randa loro nututi
pijer tetukar.
Keterangan :
- Nakhoda : Orang asing.
- Sarjana : Orang arif dan bijak.
- Rara Ngangsu, Randa Loro Nututi Pijer Atetukar : Ratu yang selalu
diikuti/diintai dua saudara wanita tua untuk menggantikannya.
22. Tidak berkesempatan menghias diri, sinjang kemben tan tinolih itu
sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di
Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.
Keterangan :
Tan Kober Apepaes Tan Tinolih Sinjang Kemben : Raja yang tidak sempat
mengatur negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan.
23. Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak
membuat kenyang. Hasilnya berkurang. orang jahat makin menjadi-jadi
Orang besar hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan
negara.
24. Hukum dan pengadilan negara tidak berguna. Perintah berganti-ganti.
Keadilan tidak ada. Yang benar dianggap salah. Yang jahat dianggap
benar. Setan menyamar sebagai wahyu. Banyak orang melupakan Tuhan dan
orang tua.
25. Wanita hilang kehormatannya. Sebab saya diberi hidangan Endang
seorang oleh ki Ajar. Mulai perang tidak berakhir. Kemudian ada tanda
negara pecah.
26. Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan
gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian raja
Kara Murka Kutila musnah.
27. Kemudian kelak akan datang Tunjung putih semune Pudak kasungsang.
Lahir di bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan,
redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.
Keterangan :
- Tunjung Putih semune Pudak Kesungsang : Raja berhati putih namun masih tersembunyi (Satriya Piningit).
- Lahir di bumi Mekah : Orang Islam yang sangat bertauhid.
28. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa.
Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai
pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.
Keterangan :
- Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa : Orang Islam yang sangat
menghormati leluhurnya dan menyatu dengan ajaran tradisi Jawa (kawruh
Jawa).
29. Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar sebab saya diberi
hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik
sekali. Orangnya tampan senyumnya manis sekali.
Dandanggula :
1. Benar-benar raharja waktu itu tidak ada yang menghalang-halangi.
Rakyat yang dikenakan pajak seribu dikurangi oleh sang Prabu tinggal
seratus dinar. Dihitung 1.800 rajanya musnah.
2. Hilang rusak bersama kedatonnya. Pulau Jawapun rusak peraturan
tidak karu-karuan. Para pegawai serta luar negeri tidak akur. Kemudian
Tuhan menobatkan Sang Ratu Asmarakingkin tampan dan masih muda.
3. Kembalilah kewibawaan raja. Pasukan setia semuanya. Suka
diperintah. Kedatonnya di Kediri yang satu dan lainnya di negeri Arab.
Kerta raharja keadaan negaranya. Waktu itu dihitung telah 1.900 dan
negara itupun pecah.
4. Sudah menjadi kehendak Tuhan. Datanglah raja Prenggi dengan
pasukannya. Kekuatannya luar biasa sehingga raja kalah. Tanah Jawa
tunduk dan raja Prenggi menjadi raja di tanah Jawa. Sangat kejam
tindakannya.
5. Waktu raja Rum dihadap oleh mantri bupati berkata kepada patihnya:
“Heh patih, saya mendengar bahwa tanah Jawa rajanya musnah kalah perang
dengan raja Prenggi, tidak ada yang dapat menghalangi.
6. Maka dari itu Patih berangkatlah dengan pasukan secukupnya. Usirlah
raja Prenggi. Kalau tidak dapat jangan kamu kembali. Kemudian ki Patih
berangkat bersama pasukan Rum datang di tanah Jawa mengusir raja
Prenggi yang musnah dengan seluruh bala tentaranya. seorang oleh ki
Ajar. Terhitung tahun 1770. Mulai perang tidak
7. Rakyat kecil gembira hatinya. Tidak ada yang sengsara. Murah
segalanya. Yang ditanam subur. Jaman itu dinamakan: gandrung-gandrung
neng lurung andulu gelung kekendon lukar kawratan, keris parung dolen
tukokna campur bawur mring pasar.
8. Sudah 2.000 tahun. Angkasa sepi tidak terlihat apapun juga. Sudah
hampir tiba waktunya kiamat. Jarang hujan, angin topan yang kerap kali
datang. Bagaikan menimpa bumi dari selatan timur datangnya
menghancurkan gunung-gunung.
sumber : http://tribas.wordpress.com/2007/07/11/