"Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak" (Ar-Rahman: 37)





















Tawassul

Yaa sayyid as-Saadaat wa Nuur al-Mawjuudaat, yaa man huwaal-malja’u liman massahu dhaymun wa ghammun wa alam.Yaa Aqrab al-wasaa’ili ila-Allahi ta’aalaa wa yaa Aqwal mustanad, attawasalu ilaa janaabika-l-a‘zham bi-hadzihi-s-saadaati, wa ahlillaah, wa Ahli Baytika-l-Kiraam, li daf’i dhurrin laa yudfa’u illaa bi wasithatik, wa raf’i dhaymin laa yurfa’u illaa bi-dalaalatik, bi Sayyidii wa Mawlay, yaa Sayyidi, yaa Rasuulallaah:

(1) Nabi Muhammad ibn Abd Allah Salla Allahu ’alayhi wa alihi wa sallam
(2) Abu Bakr as-Siddiq radiya-l-Lahu ’anh
(3) Salman al-Farsi radiya-l-Lahu ’anh
(4) Qassim ibn Muhammad ibn Abu Bakr qaddasa-l-Lahu sirrah
(5) Ja’far as-Sadiq alayhi-s-salam
(6) Tayfur Abu Yazid al-Bistami radiya-l-Lahu ’anh
(7) Abul Hassan ’Ali al-Kharqani qaddasa-l-Lahu sirrah
(8) Abu ’Ali al-Farmadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(9) Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadani qaddasa-l-Lahu sirrah
(10) Abul Abbas al-Khidr alayhi-s-salam
(11) Abdul Khaliq al-Ghujdawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(12) ’Arif ar-Riwakri qaddasa-l-Lahu sirrah
(13) Khwaja Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(14) ’Ali ar-Ramitani qaddasa-l-Lahu sirrah
(15) Muhammad Baba as-Samasi qaddasa-l-Lahu sirrah
(16) as-Sayyid Amir Kulal qaddasa-l-Lahu sirrah
(17) Muhammad Bahaa’uddin Shah Naqshband qaddasa-l-Lahu sirrah
(18) ‘Ala’uddin al-Bukhari al-Attar qaddasa-l-Lahu sirrah
(19) Ya’quub al-Charkhi qaddasa-l-Lahu sirrah
(20) Ubaydullah al-Ahrar qaddasa-l-Lahu sirrah
(21) Muhammad az-Zahid qaddasa-l-Lahu sirrah
(22) Darwish Muhammad qaddasa-l-Lahu sirrah
(23) Muhammad Khwaja al-Amkanaki qaddasa-l-Lahu sirrah
(24) Muhammad al-Baqi bi-l-Lah qaddasa-l-Lahu sirrah
(25) Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi qaddasa-l-Lahu sirrah
(26) Muhammad al-Ma’sum qaddasa-l-Lahu sirrah
(27) Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi qaddasa-l-Lahu sirrah
(28) as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(29) Shamsuddin Habib Allah qaddasa-l-Lahu sirrah
(30) ‘Abdullah ad-Dahlawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(31) Syekh Khalid al-Baghdadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(32) Syekh Ismaa’il Muhammad ash-Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(33) Khas Muhammad Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(34) Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi qaddasa-l-Lahu sirrah
(35) Sayyid Jamaaluddiin al-Ghumuuqi al-Husayni qaddasa-l-Lahu sirrah
(36) Abuu Ahmad as-Sughuuri qaddasa-l-Lahu sirrah
(37) Abuu Muhammad al-Madanii qaddasa-l-Lahu sirrah
(38) Sayyidina Syekh Syarafuddin ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(39) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh ‘Abd Allaah al-Fa’iz ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(40) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh Muhammad Nazhim al-Haqqaani qaddasa-l-Lahu sirrah

Syahaamatu Fardaani
Yuusuf ash-Shiddiiq
‘Abdur Ra’uuf al-Yamaani
Imaamul ‘Arifin Amaanul Haqq
Lisaanul Mutakallimiin ‘Aunullaah as-Sakhaawii
Aarif at-Tayyaar al-Ma’ruuf bi-Mulhaan
Burhaanul Kuramaa’ Ghawtsul Anaam
Yaa Shaahibaz Zaman Sayyidanaa Mahdi Alaihis Salaam 
wa yaa Shahibal `Unshur Sayyidanaa Khidr Alaihis Salaam

Yaa Budalla
Yaa Nujaba
Yaa Nuqaba
Yaa Awtad
Yaa Akhyar
Yaa A’Immatal Arba’a
Yaa Malaaikatu fi samaawaati wal ardh
Yaa Awliya Allaah
Yaa Saadaat an-Naqsybandi

Rijaalallaah a’inunna bi’aunillaah waquunuu ‘awnallana bi-Llah, ahsa nahdha bi-fadhlillah .
Al-Faatihah













































Mawlana Shaykh Qabbani

www.nurmuhammad.com |

 As-Sayed Nurjan MirAhmadi

 

 

 
NEW info Kunjungan Syekh Hisyam Kabbani ke Indonesia

More Mawlana's Visitting











Durood / Salawat Shareef Collection

More...
Attach...
Audio...
Info...
Academy...
أفضل الصلوات على سيد السادات للنبهاني.doc.rar (Download Afdhal Al Shalawat ala Sayyid Al Saadah)
كنوز الاسرار فى الصلاة على النبي المختار وعلى آله الأبرار.rar (Download Kunuz Al Asror)
كيفية الوصول لرؤية سيدنا الرسول محمد صلى الله عليه وسلم (Download Kaifiyyah Al Wushul li ru'yah Al Rasul)
Download Dalail Khayrat in pdf





















C E R M I N * R A H S A * E L I N G * W A S P A D A

Kamis, 28 Februari 2008

Bhagavad Gita

Krishna:
Apa yang kusampaikan kepadamu bukanlah hal baru;
sudah berulang kali kusampaikan di masa lalu.

Arjuna:
Apa maksudmu dengan masa lalu? Kapan?

Krishna:
Dari masa ke masa, di setiap masa.
Sesungguhnya kita semua telah berulang kali lahir dan mati,
aku mengingat setiap kelahiran dan kematian.
Kau tidak, itu saja bedanya.

Setiap kali keseimbangan alam terkacaukan,
dan ketakseimbangan mengancam keselarasan alam,
maka “Aku” menjelma dari masa ke masa,
untuk mengembalikan keseimbangan alam.

“Aku” ini bersemayam pula di dalam dirimu,
bahkan di dalam diri setiap makhluk hidup,
segala sesuatu yang bergerak maupun tak bergerak.
Menemukan “Sang Aku” ini merupakan pencapaian tertinggi.

Dengan menemukan jati diri, Sang Aku Sejati,
segala apa yang kau butuhkan akan kau
peroleh dengan sangat mudah.
Berkaryalah dan Keberadaan akan membantumu.

Sesuai dengan sifat dasar masing-masing,
Manusia dibagi dalam 4 golongan utama.
Walau pembagian seperti itu,
Tidak pernah mempengaruhi Sang Jiwa Agung.

Para Pemikir bekerja dengan berbagai pikiran mereka.
Para Satria membela negara dan bangsa.
Para Pengusaha melayani masyarakat dengan berbagai cara.
Para Pekerja melaksanakan setiap tugas dengan baik.

Berada dalam kelompok manapun,
bekerjalah selalu sesuai kesadaranmu.
Jangan memikirkan keberhasilan maupun kegagalan.
Terima semuanya dengan penuh ketenangan.

Bila kau bekerja sesuai dengan kodratmu,
tidak untuk memenuhi keinginan serta harapan tertentu,
maka walau berkarya sesungguhnya kau melakukan persembahan.
Dan, kau terbebaskan dari hukum sebab akibat.

Tuhan yang kau sembah, juga adalah Persembahan itu sendiri.
Dalam diri seorang penyembahpun, Ia bersemayam.
Berkaryalah dengan kesadaran ini,
dan senantiaasa merasakan kehadiran-Nya.

Banyak sekali cara persembahan -
Ada yang menghaturkan sesajen dalam berbagai bentuk.
Ada pula yang menghaturkan kesadaran hewani pada
“Sang Aku” - sejati yang bersemayam di dalam diri.

Bila kau mempersembahkan kenikmatan dunia pada pancaindera,
maka kau menjadi penyembah pancaindera.
Bila kau mengendalikan pancaindera,
maka kau menyembah Kesadaran Murni di dalam diri.

Ada yang mempersembahkan harta, ada yang bertapa,
Ada yang berkorban, ada yang menjauhkan diri dari dunia,
Ada yang sibuk mempelajari kitab suci, ada yang berpuasa.
Apapun yang kau lakukan, lakukanlah dengan kesadaran!

Lakoni hidupmu seolah kau sedang melakukan persembahan.
Berkarya dengan penuh kesadaran, itulah Pengabdian.
Cara-cara lain hanya bersifat luaran.

Terlebih dahulu, raihlah kesadaran diri.
Bila kau tidak mengetahui caranya,
Belajarlah dari mereka yang telah sadar.
Untuk itu hendaknya kau berendah hati.

Orang yang sadar tidak pernah bingung.
Pandangannya meluas, penglihatannya menjernih,
ia yakin dengan apa yang dilakukannya,
Sehingga meraih kedamaian yang tak terhingga nilainya.

Arjuna:
Bila Pengendalian Diri dan Penemuan Jati Diri
merupakan tujuan hidup,
maka untuk apa melibatkan diri dengan dunia?
Aku sungguh tambah bingung.

Krishna:
Pengendalian Diri dan Penemuan Jati Diri
memang merupakan tujuan tertinggi.
Namun, kau harus berkarya untuk mencapainya.
Dan, berkarya sesuai dengan kodratmu.

Bila kau seorang Pemikir,
kau dapat menggapai Kesempurnaan Diri
dengan cara mengasah
kesadaranmu saja.

Bila kau seorang Pekerja,
kau harus menggapainya lewat Karya Nyata,
dengan menunaikan kewajibanmu,
serta melaksanakan tugasmu.

Dan, kau seorang Pekerja,
kau hanya dapat mencapai Kesempurnaan Hidup
lewat Kerja Nyata.
Itulah sifat-dasarmu, kodratmu.

Sesungguhnya tak seorang pun dapat
menghindari perkerjaan.
Seorang Pemikir pun sesungguhnya bekerja.
Pengendalian Pikiran – itulah pekerjaannya.

Bila pikiran masih melayang ke segala arah,
apa gunanya duduk diam dan menipu diri?
Lebih baik berkarya dengan pikiran terkendali.
Bekerjalah tanpa pamrih!

Hukum Sebab Akibat menentukan hasil
perbuatan setiap makhluk hidup.
Tak seorang pun luput darinya,
kecuali ia berkarya dengan semangat menyembah.

Alam Semesta tercipta “dalam”
semangat Persembahan.
Dan, “lewat” Persembahan pula
segala kebutuhan manusia terpenuhi.

Bila kau menjaga kelestarian lingkungan,
lingkungan pun pasti menjaga kelestarianmu.
Raihlah kebahagiaan tak terhingga dengan
saling “menyembah” – membantu dan melindungi.

Bila kau hanya berkarya demi kepentingan pribadi,
tak pernah berbagi dan tak peduli
terhadap alam yang senantiasa memberi;
maka seseungguhnya kau seorang maling.

Berkaryalah dengan semangat “menyembah”.
Persembahkan hasil pekerjaanmu pada Yang Maha Kuasa.
Dan, nikmati segala apa yang kau peroleh
dari-Nya sebagai Tanda Kasih-Nya!

Apa yang kau makan, menentukan kesehatan dirimu.
Dan, makanan berasal dari alam sekitarmu.
Bila kau menjaga kelestarian alam,
kesehatanmu pun akan terjaga – inilah Kesadaran.

Waspadai setiap tindakanmu.
Bertindaklah dengan penuh kesadaran.
Inilah Persembahan,
yang dapat mengantarmu pada Kepuasan Diri.

Bila kau puas dengan diri sendiri,
dan tidak lagi mencari kepuasaan
dari sesuatu di luar diri,
maka kau akan berkarya tanpa pamrih.

Sesungguhnya seorang Pekerja tanpa Pamrih
sudah tak terbelenggu oleh dunia.
Jiwanya bebas, namun ia tetap bekerja,
supaya orang laind apat mencontohinya.

Sesungguhnya tak ada sesuatu yang harus “Ku”-lakukan.
Namun, “Aku” tetap bekerja demi Keselarasan Alam.
Bila “Aku” berhenti bekerja, banyak yang akan mencontohi tindakan-“Ku”,
dan “Aku” akan menjadi sebab bagi kacaunya tatanan masyarakat.

Ketahuilah bahwa segala sesuatu terjadi atas Kehendak-Nya.
Tak seorang pun dapat menghindari pekerjaan,
kau akan didorong untuk menunaikan kewajibanmu.
Maka, janganlah berkeras kepala – bekerjalah!

Terpicu oleh hal-hal di luar,
panca-indera pun bekerja sesuai dengan kodrat mereka.
Janganlah kau terlibat dalam permainan itu.
Jadilah saksi, kau bukan panca-indera.

Berkat pengendalian diri bila inderamu
tak terpicu lagi oleh hal-hal luaran,
hendaknya kau tidak membingungkan mereka
yang belum dapat melakukan hal itu.
Biarlah mereka menghindari
pemicu di luar untuk mengendalikan diri.

Berkayalah demi “Aku” dengan
kesadaranmu terpusatkan pada-”Ku”,
bebas dari harapan dan ketamakan -
itulah Persembahan, Pengabdian.

Para bijak berkarya sesuai dengan sifat mereka,
kodrat serta kemampuan mereka.
Demikian mereka terbebaskan dari rasa gelisah,
dan mencapai kesempurnaan hidup.

Berkaryalah sesuai dengan kemampuan serta kewajibanmu.
Janganlah engkau sekadar ikut-ikutan memilih
suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan sifat dasarmu,
tidak sesuai dengan kemampuanmu.

Arjuna:
Aku memahami semua itu,
namun kadang tetap saja terpicu
untuk melakukan sesuatu yang tidak tepat.
Bagaimana mengatasi hal itu?

Krishna:
Ketahuilah terlebih dahulu penyebabnya -
yaitu “keinginan”, “ketamakan” dan
sifat dasar manusia yang membuatnya bekerja.
Manusia tak dapat berhenti bekerja.

Bila ia tidak bekerja tanpa pamrih,
Ia akan bekerja untuk memenuhi keinginannya.
Ketamakan melenyapkan kesadaran manusia,
akhirnya ia binasa terbakar oleh api nafsunya sendiri

Kunci keberhasilan manusia terletak pada pengedalian diri.
Bila terkendali oleh pancaindera kau pasti binasa.
Ketahuilah bahwa panca indera mengendalikan raga,
namun pikiran menguasai pancaindera.

Di atas pikiran adalah intelek,
kemampuanmu untuk membedakan tindakan
yang tepat dari yang tidak tepat – itulah Kesadaran.
Bertindakalah sesuai dengan kesadaranmu.

Dengan pengendalian diri dan bekerja sesuai dengan kesadaran,
segala keinginan dan ketamakan dapat kau lampaui.
Kemudian setiap pekerjaan menjadi persembahan
pada “Sang Aku” yang bersemayam dalam diri setiap makhluk.

Krishna:
Kau tidak berperang untuk memperebutkan kekuasaan;
kau berperang demi keadilan, untuk menegakkan Kebajikan.
Janganlah kau melemah di saat yang menentukan ini.
Bangkitlah demi bangsa, negeri, dan Ibu Pertiwi.

Arjuna:
Dan, untuk itu aku harus memerangi keluarga sendiri?
Krishna, aku bingung, tunjukkan jalan kepadaku.

Krishna:
Kau berbicara seperti seorang bijak,
namun menangisi sesuatu yang tak patut kau tangisi.
Seorang bijak sadar bahwa kelahiran dan kematian,
dua-duanya tak langgeng.

Jiwa yang bersemayam dalam diri setiap insan,
sungguhnya tak pernah lahir dan tak pernah mati.
Badan yang mengalami kelahiran dan kematian
ibarat baju yang dapat kau tanggalkan sewaktu-waktu
dan menggantinya dengan yang baru.
Perubahan adalah Hukum Alam – tak patut kau tangisi.

Suka dan duka hanyalah perasaan sesaat,
disebabkan oleh panca-inderamu sendiri
ketika berhubungan dengan hal-hal di luar diri.
Lampauilah perasaan yang tak langgeng itu.

Temukan Kebenaran Mutlak
di balik segala pengalaman dan perasaan.
Kebenaran Abadi, Langgeng
dan Tak Termusnahkan.

Segala yang lain diluar-Nya
sesungguhnya tak ada – tak perlu kau risaukan.

Temukan Kebenaran Abadi Itu,
Dia Yang Tak Terbunuh dan Tak Membunuh.
Dia Yang Tak Pernah Lahir dan Tak pernah Mati.
Dia Yang Melampaui Segala dan Selalu Ada.

Kau akan menyatu dengan-Nya,
bila kau menemukan-Nya.
Karena, sesungguhnya Ialah yang bersemayam
di dalam dirimu, diriku, diri setiap insan.

Maka, saat itu pula kau akan terbebaskan
dari suka, duka, rasa gelisah dan bersalah.

Kebenaran Abadi Yang Meliputi Alam Semesta,
tak terbunuh oleh senjata seampuh apapun jua.
Tak terbakar oleh api, tak terlarutkan oleh air,
dan tidak menjadi kering karena angin.

Sementara itu, wujud-wujud yang terlihat olehmu
muncul dan lenyap secara bergantian.
“Keberadaan” muncul dari “Ketiadaan”
dan lenyap kembali dalam “Ketiadaan”.

Jiwa tak berubah dan tak pernah mati;
hanyalah badan yang terus-menerus
mengalami kelahiran dan kematian.
Apa yang harus kau tangisi?

Badanmu lahir dalam keluarga para Satria,
ia memiliki tugas untuk membela negara dan bangsa.
Bila kau melarikan diri dari tanggungjawabmu,
kelak sejarah akan menyebutmu pengecut.

Bila kau gugur di medan perang,
kau akan mati syuhda, namamu tercatat sebagai pahlawan.
Dan, bila kau menang, rakyat ikut merayakan
menangnya Kebajikan atas kebatilan

Sesungguhnya kau tak perlu memikirkan
kemenangan dan kekalahan.
Lakukan tugasmu dengan baik.
Berkaryalah demi kewajibanmu.

Janganlah membiarkan pikiranmu bercabang,
bulatkan tekadmu, dan dengan
keteguhan hati, tentukan sendiri
jalan apa yang terbaik bagi dirimu.

Berkaryalah demi tugas dan kewajiban,
bukan demi surga, apa lagi kenikmatan dunia.
Janganlah kau merisaukan hasil akhir,
tak perlu memikirkan kemenangan maupun kegagalan.

Dengan jiwa seimbang,
dan tak terikat pada pengalaman
suka maupun duka,
berkaryalah dengan penuh semangat!

Bebaskan pikiranmu dari pengaruh luar;
dari pendapat orang tentang dirimu,
dan apa yang kau lakukan.
Ikuti suara hatimu, nuranimu.

Arjuna:
Bagaimana Krishna,
bagaimana mendengarkan suara hati?

Krishna:
Bebas dari segala macam keinginan
dan pengaruh pikiran,
kau akan mendengarkan dengan jelas
suara hatimu – itulah Pencerahan!

Saat itu, kau tak tergoyahkan lagi
oleh pengalaman duka,
dan tidak pula mengejar pengalaman suka.
Rasa cemas dan amarah pun terlampaui seketika.

Krishna:
Ia yang tercerahkan tidak menjadi girang
karena memperoleh sesuatu;
tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.
Dirinya selalu puas, dalam segala keadaan.

Pengendalian Diri yang sampurna
membuatnya tidak terpengaruh oleh
pemicu-pemicu di luar.
Ia senantiasa sadar akan Jati-Dirinya.

Krishna:
Keterlibatan panca-indera dengan
pemicu-pemicu di luar
menimbulkan kerinduan,
kemudian muncul keinginan.

Dan, bila keinginan tak terpenuhi,
timbul rasa kecewa, amarah.
Manusia tak mampu lagi membedakan
tindakan yang tepat dari yang tidak tepat.

Krishna:
Seorang bijak yang tercerahkan
terkendali panca-inderanya,
maka ia dapat hidup di tengah keramaian dunia,
dan tak terpicu oleh hal-hal diluar diri.

Demikian dengan keseimbangan diri,
ia menggapai kesadaran yang lebih tinggi.
Jiwanya damai, dan ia pun
memperoleh Kebahagiaan Kekal Sejati.

Krishna:
Pengendalian Diri menjernihkan pandangan manusia,
ia menggapai kesempunaan hidup.
Saat ajal tiba, tak ada lagi kekhawatiran baginya,
ia menyatu kembali dengan Yang Maha Kuasa.

sumber : http://prabuwayang.wordpress.com/2008/02/12/bhagavad-gita/#more-15

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

serat wulangreh

Paku Buwana IV( 1768 – 1820 )

Serat Wulang Reh, karya Jawa klasik bentuk puisi tembang macapat, dalam bahasa jawa baru ditulis tahun 1768 – 1820 di Keraton Kasunanan Surakarta. Isi teks tentang ajaran etika manusia ideal yang ditujukan kepada keluarga raja, kaum bangsawan dan hamba di keraton Surakarta. Ajaran etika yang terdapat di dalamnya merupakan etika yang terdapat di dalamnya merupakan etika yang ideal, yang dianggap sebagai pegangan hidup yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada waktu itu, khususnya dilingkungan Keraton Surakarta. (Sumber : http://www.heritageofjava.com/ )

Serat Macapat Dandanggula

1. Pamedare wasitaning ati, ujumantaka aniru Pujangga, dahat muda ing batine. Nanging kedah ginunggung, datan wruh yen akeh ngesemi, ameksa angrumpaka, basa kang kalantur, turur kang katula-tula, tinalaten rinuruh kalawan ririh, mrih padanging sasmita.

2. Sasmitaning ngaurip puniki, mapan ewuh yen ora weruha, tan jumeneng ing uripe, akeh kang ngaku-aku, pangrasane sampun udani, tur durung wruh ing rasa, rasa kang satuhu, rasaning rasa punika, upayanen darapon sampurna ugi, ing kauripanira.

3. Jroning Quran nggoning rasa yekti, nanging ta pilih ingkang unginga, kajaba lawan tuduhe, nora kena den awur, ing satemah nora pinanggih, mundak katalanjukan, tedah sasar susur, yen sira ajun waskita, sampurnane ing badanira, sira anggugurua.

4. Nanging yen sira ngguguru kaki, amiliha manungsa kang nyata, ingkang becik martabate, sarta kang wruh ing chukum, kang ngibadah lan kang wirangi, sokur oleh wong tapa, ingkang wus amungkul, tan mikir pawewehing liyan, iku pantes sira guronana kaki, sartane kawruhana.

5. Lamun ana wong micareng ngelmi, tan mupakat ing patang prakara, aja sira age-age, anganggep nyatanipun, saringana dipun baresih, limbangen lan kang patang : prakara rumuhun, dalil qadis lan ijemak, lan kijase papat iku salah siji, ana-a kang mupakat.

6. Ana uga den antepi, yen ucul saka patang prakara, nora enak legetane, tan wurung tinggal wektu, panganggepe wus angengkoki, aja kudu sembah Hajang, wus salat kateng-sun, banjure mbuwang sarengat, batal haram nora nganggo den rawati, bubrah sakehing tata.

7. Angel temen ing jaman samangkin, ingkang pantes kena ginuronan, akeh wong jaya ngelmune, lan arang ingkang manut, yen wong ngelmu ingkang netepi, ing panggawening sarak, den arani luput, nanging ta asesenengan, nora kena den wor kakarepaneki, pancene prijangga.

8. Ingkang lumrah ing mangsa puniki, mapan guru ingkang golek sabat, tuhu kuwalik karepe, kang wus lumrah karuhun, jaman kuna mapan si murid, ingkang pada ngupaya, kudu angguguru, ing mengko iki ta nora, Kyai Guru narutuk ngupaya murid, dadiya kantira.

Serat Wulangreh pupuh Mijil

(Sumber : http://www.solopos.co.id/)



1. Pomo kaki padha dipun eling
ing pitutur ingong
sira uga satriya arane
kudu anteng jatmika ing budi
luruh sarta wasis
samubarang tanduk

2. Dipun nedya prawira ing batin
nanging aja katon
sasona yen durung masane
kekendelan aja wani manikis
wiweka ing batin
den samar ing semu

3. Lan dimantep mring panggawe becik
lawan wekas ingong
aja kurang iya panrimane
yen wis tinitah marang Hyang Widhi
ing badan punika
wus pepancenipun

4. Ana wong narima ya titahing mapan dadi awon
lan ana wong narima titahe wekasane iku dadi becik

kawruhana ugi aja seling surup.

5. Yen wong bodho datan nedya ugi
atakon tetiron
anarima titah ing bodhone
iku wong narima nora becik
dene ingkang becik
wong narima iku

6. Kaya upamane wong angabdi
marang sing Sang Katong
lawas-lawas ketekan sedyane
dadi mantri utawa bupati
miwah saliyaneng
ing tyas kang panuju

7. Nuli narima tyasing batin
tan mengeng ing Katong
rumasa ing kani matane
sihing gusti tumeking nak rabi
wong narima becik kang mangkono iku

8. Nanging arang iya wong saiki
kang kaya mangkono
Kang wus kaprah iyo salawase
yen wis ana lungguhe sathithik
apan nuli lali
ing wiwitanipun

9. Pangrasane duweke pribadi
sabarang kang kanggo
datan eling ing mula mulane
witing sugih sangkane amukti
panrimaning ati
kaya anggone nemu

10. Tan ngrasa kamurahaning Widdhi
jalaran Sang Katong
jaman mengko ya iku mulane
arane turun wong tuwa tekweng
kardi tyase Sariah
kasusu ing angkuh

11. Arang nedya males sihing Gusti
Gustine Sang Katong
lan iya ing kabehing batine
sanadyan narima ing Hyang Widdhi
iku wong tan wruh ing
kanikmatanipun

12. Wong tan narima pan dadi becik
tinitah Hyang Manon
iku iyo rerupane
kaya wong ingkang ngupaya ilmi
lan wong nedya ugi kapintaranipun

13. Iya pangawruh kang den senengi
kang wus sengsem batos
miwang ingkang kapinteran dene
ing samubarang karya ta uwis
nora kanggo lathi
kabeh wus kawengku

14. Uwis pinter nanging iku maksih
nggonira pitados
ing kapinterane ing undhake
utawa unggahe kawruh yekti
durung marem batin
lamun durung tutug

15. Yen wong kurang panrimo ugi
iku luwih awon barang gawe aja age-age
anganggowa sabar sarta ririh
dadi barang kardi resik tur rahayu

16. Lan maninge babo dipun eling
ing pituturingong
sira uga padha ngemplak emplak
iya marang kang jumeneng Aji
ing lair myang batin
den ngarsa kawengku

17. Kang jumeneng iku ambawani
karsaning Hyang Manon
wajib padha wedi lan batine
aja mamang parintah ing Aji
nadyan enom ugi
lamun dadi Ratu

18. Nora kena iya den waoni
parentahing Katong
dhasar Ratu abener prentahe
kaya priye nggonira sumingkir
yen tan anglakoni
pasti tan rahayu

19. Nanging kaprah ing masa samangkin
anggepe angrengkoh,
tan rumangsa lamun ngempek empek,
ing batine datan nedya eling,
kamuktene iki,
ngendi sangkanipun.

20. Lamun eling jalarane mukti,
pasthine tan mengkuh,
saking durung batin ngrasakake,
ing pitutur engkang dingin-dingin,
dhasar tan paduli,
wuruking wong sepuh.

21. Dadine sabarang tindakneki,
arang ingkang tanggon,
saking durung ana landhesane,
arip crita tan ana kang eling,
elinge pribadi,
dadi tanpa dhapur.

22. Mulanipun wekasingsun iki,
den kerep tetakon,
aja isin ngatokken bodhone,
saking bodho witing pinter ugi,
mung Nabi sinelir,
pinter tanpa wuruk.

23. Sabakdane tan ana kadyeki,
pinter tanpa takon,
apan lumrah ing wong urip kiye,
mulane wong anom den taberi
angupaya ilmu pan dadi pikukuh

sumber : http://prabu.wordpress.com/2008/02/06/serat-wulangreh/

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Serat Wedhatama

Secara semantik, Serat Wedhatama terdiri dari tiga suku kata, yaitu: serat, wedha dan tama. Serat berarti tulisan atau karya yang berbentuk tulisan, wedha artinya pengetahuan atau ajaran, dan tama berasal dari kata utama yang artinya baik, tinggi atau luhur. Dengan demikian maka Serat Wedhatama memiliki pengertian: sebuah karya yang berisi pengetahuan untuk dijadikan bahan pengajaran dalam mencapai keutamaan dan keluhuran hidup dan kehidupan umat manusia.Serat Wedhatama yang memuat filsafat Jawa ini ditulis oleh Kangjeng Gusti Pangeran Arya (KGPA) Mangkunegara IV yang terlahir dengan nama Raden Mas Sudira pada hari Senin Paing, tanggal 8 Sapar, tahun Jimakir, windu Sancaya, tahun Jawa 1738, atau tahun Masehi 3 Maret 1811. (Sumber : http://www.heritageofjava.com/)

TEMBANG PANGKUR

Mingkar mingkuring angkara
Akarana karenan mardi siwi
Sinawung resmining kidung
Sinuba sinukarta
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung
Kang tumrap neng tanah Jawa
Agama ageming aji

Menghindarkan diri dari angkara
Bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair
Dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai
Kenyataannya, di tanah Jawa
Agama dianut raja

Jinejer neng Wedhatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa
Yekti sepi asepa lir sepah samun
Samangsane pakumpulan
Gonyak-ganyik nglilingsemi

Diuraikan dalam Wedhatama
Agar tidak mengendurkan budi daya
Pada hal meski tua renta
Bila tak memahami perasaan
Sama sekali tak berguna
Misalnya dalam pertemuan
Canggung memalukan

Nggugu karsane priyangga
Nora nganggo paparah lamung angling
Lumuh ingaran balilu
Uger guru aleman
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
Sinamun ing samudana
Sesadon ingadu manis

Menuruti keinginan pribadi
Bila berbicara tanpa dipikir lebih dahulu
Tak mau disebut bodoh
Asal dipuji dan disanjung
Tetapi manusia telah paham akan pertanda
Yang ditutupi dengan kepura-puraan
Ditampilkan dengan manis

Si pengung ora nglegewa
Sangsayarda denira cacariwis
Ngandhar-andhar angendhukur
Kandhane nora kaprah
Saya elok alangka longkanganipun
Si wasis waskitha ngalah
Ngalingi marang si pingging

Si bodoh tidak menyadari
Bicaranya semakin menjadi-jadi
Melantur-lantur semakin jauh
Ucapannya tidak masuk akal
Semakin aneh dan jauh dari kenyataan
Si pandai dan waspada mengalah
Menutupi kekurangan si bodoh

Mangkono ngelmu kang nyata
Sanyatane mung weh reseping ati
Bungah ingaran cubluk
Sukeng tyas yen den ina
Nora kaya si punggu anggung gumunggung
Agungan sadina-dina
Aja mangkono wong urip

Begitulah ilmu yang nyata
Sesungguhnya hanya memberi kesejukan
Bangga dikatakan bodoh
Senang hatinya bila dihina
Tidak seperti si bodoh yang besar kepala
Minta dipuji setiap hari
Orang hidup jangan begitulah

Uripe sapisan rusak
Nora mulur nalare ting saluwir
Kadi ta guwa kang sirung
Sinerang ing maruta
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
Pindha padhane si mudha
Prandene paksa kumaki

Hidupnya semakin rusak
Nalarnya tidak berkembang dancompang-camping
Seperti gua yang gelap
Diterpa angin badai
Menggeram, mengaung, gemuruh
Sama siperti si muda
Meski begitu ia tetap sombong

Kikisane mung sapala
Palayune ngendelken yayah-wibi
Bangkit tur bangsaning luhur
Lah iya ingkang rama
Balik sira sasrawungan bae durung
Mring atining tata krama
Ngon-anggo agama suci

Kemampuannya sangat kecil
Geraknya bergantung kepada ayah-ibu
Terpandang dan tingkat luhur
Itulah orang tuanya
Sedangkan belum mengenal
Artinya sopan-santun
Yang merupakan ajaran agama

Socaning jiwangganira
Jer katara lamun pocapan pasthi
Lumuh asor kudu unggul
Sumengah sosongaran
Yen mangkono kena ingaran katungkul
Karem ing reh kaprawiran
Nora enak iku kaki

Sifat-sifat dirimu
Tampak dalam tutur-bicara
Tak mau mengalah, harus selalu menang
Congkak penuh kesombongan
Sikap seperti itu salah
Gila kemenangan
Itu tak baik, anakku

Kekerane ngelmu karang
Kakarangan saking bangsaning gaib
Iku boreh paminipun
Tan rumasuk ing jasad
Amung aneng sajabaning daging kulup
Yen kapengkok pancabaya
Ubayane mbalenjani

Yang termasuk ilmu takhayul
Pesona yang berasal dari hal-hal gaib
Ibarat bedak
Tidak meresap ke dalam tubuh
Hanya ada berada di luar daging, anakku
Jika tertimpa mara bahaya
Pasti akan mengingkari

Marma ing sabisa-bisa
Babasane muriha tyas basuki
Puruita kang patut
Lan traping angganira
Ana uga angger-ugering keprabun
Abon-aboning panembah
Kang kambah ing siyang ratri

Maka sedapat mungkin
Usahakan berhati baik
Mengabdilah dengan baik
Sesuai dengan kemampuanmu
Juga tata-cara kenegaraan
Tata-cara berbakti
Yang berlaku sepanjang waktu

Iku kaki takokena
Marang para sarjana kang martapi
Mring tapaking tepa tulus
Kawawa naheb hawa
Wruhanira mungguh sanyataning ngelmu
Tan mesthi neng janma wredha
Tuwin muda sudra kaki

Bertanyalah anakku
Kepada para pendeta yang bertirakat
Kepada segala teladan yang baik
Mampu menahan hawa nafsu
Pengetahuanmu akan kenyataan ilmu
Tidak hanya terhadap orang tua-tua
Dan orang muda dan hina anakkku

Sapa ntuk wahyuning Allah
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit
Bangkit mikat reh mangukut
Kukutaning jiwangga
Yen mangkono kena sinebut wong sepuh
Liring sepuh sepi hawa
Awas roroning atunggal

Barangsiapa mendapat wahyu Tuhan
Akan cepat menguasai ilmu
Bangkit merebut kekuasaan
Atas kesempurnaan dirinya
Bila demikian, ia dapat disebut orang tua
Artinya sepi dari kemurkaan
Memahami dwi-tunggal

Tan samar pamoring sukma
Sinukmanya winahya ing ngasepi
Sinimpen telenging kalbu
Pambukaning wanara
Tarlen saking liyep layaping ngaluyup
Pindha sesating supena
Sumusiping rasa jati

Tidak bingung kepada perpaduan sukma
Diresapkan dan dihayati di kala sepi
Disimpan di dalam hati
Pembuka tirai itu
Tak lain antara sadar dan tidak
Bagai kilasan mimpi
Merakna rasa yang sejati

Sajatine kang mangkana
Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi
Bali alaming asuwung
Tan karem karameyan
Ingkang sipat wisesa-winisesa wus
Milih mula-mulanira
Mulane wong anom sami.

Sesungguhnya yang demikian itu
Telah mendapat anugerah Tuhan
Kembali ke alam kosong
Tak suka pada keramaian
Yang bersifat kuasa-menguasai
Telah memilih kembali ke asal
Demikianlah, anak muda

sumber :http://prabu.wordpress.com/2008/02/06/serat-wedhatama/

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Selasa, 19 Februari 2008

Cipta Brata Manunggal

Cipta Brata Manunggal
Pengarang : Ki Brotokesawa Posting dan Editing By : Sulis2000 Sekapur sisih dari Thread Stater Dari pertemuan di jogja kemarin, mbak vivi yang ngasih buku pada saya. Karena bukunya berbahasa jawa dalam bentuk wejangan, untuk memudahkannya akan saya sadur ke dalam bahasa indonesia versi prosa. Judul Buku : Cipta Brata Manunggal Pengarang : Ki Brotokesawa Semoga saja dapat berkenan, terutama bagi yang berminat dan yang datang pada pertemuan di jogja. Karena keterbatasan kemampuan saya, mohon maaf bila terjadi salah tafsir atau salah arti, semoga rekan2 mau membetulkannya Terimakasih saya haturkan buat semuanya yang telah dengan sabar membaca buku ini, walau dengan bahasa yang seadanya dan banyak kesalahan pada pengetikan, semoga saja dapat berguna dan berkenan bagi yang membacanya. Akhirnya saya mengucapkan banyak terimakasih pada om Bathara yang memberi keleluasaan bagi saya untuk menuliskan terjemahan ini. Terjemahan ini tanpa mengurangi inti bahasan, memang sebagian saya edit, terutama bagian cerita cerita pewayangan dan tembang. Terimakasih dan mohon maaf Sulis2000

I. Jagat Ginelar (Dunia dan Seisinya) Bagi pejalan di dunia spiritual, supaya mengetahui manusia di dunia ini harus mengerti sangkan paraning dumadi ( asal usul dan akhir manusia) supaya sempurna hidup sebagai manusia.Manusia dengan pria dan wanita , berbagai macam kebudayaan, suku , ras dsb. hidup di dunia menurut kodratnya untuk memuliakan alam dan seisinya. Segala macam hewan di hutan, aneka tumbuhan dari yang merambat sampai yang berkayu besar2, segala hewan di lautan, hidup menurut kodratnya, mencari makan menurut caranya sendiri sendiri. Segala macam planet dan bintang2, yang mengeluarkan cahaya di waktu malam, manusia hanya turut memiliki untuk kebahagiaan dan kegunaannya. Demikian juga angin dan matahari serta api, juga berguna bagi manusia menurut kegunaanya. Untukdiketahui bahwa semua yang ada itu karena bercampurnya sari2 "TRIMURTI" yaitu Api, Air dan Angin. Sudah menjadi rahasia Tuhan bercampurnya "Asmara tunggal" turun ke bumi menjadi makhluk kasar serta halus, manusia, hewan di hutan, dan tumbuhan serta segala sesuatu yang ada di bumi ini. Saripati Trimurti menjadi aneka macam barang, ada delapan macam, yaitu permata, emas, perak, timah, tembaga, besi, garam dan belerang . Bersatunya saripati emas dan tembaga menjadi cahaya gaib yang dinamai "Pulung" , bercahaya warna biru kehijau- hijauan , turun kepada manusia yang berbudi mulia , mempunyai watak welas asih. Bersatunya saripati perak dan timah, menjadi cahaya gaib yang dinamai "Wahyu" , bercahaya warna putih kekuningan , turun kepada manusia yang berhati bersih, berwatak tanpa pamrih, berbudi pada sikapnya. Bersatunya saripati emas, perak dan besi, menjadi cahaya gaib yang dinamai "Daru" , bercahaya warna kuning besar seukuran buah kelapa, turun kepada manusia yang berhati bersih, sabar, tawakal, berjuang demi sesama, dan bersikap adil paramaarta. Bersatunya saripati timah, tembaga dan besi, menjadi cahaya gaib yang dinamai "Teluh" , bercahaya warna merah keunguan, turun kepada manusia yang asusila, jail, ugal ugalan, tiada tahu akan benar dan salah. Bersatunya saripati besi, garam dan belerang, menjadi cahaya gaib yang dinamai "Guntur" , bercahaya warna ungu gelap, turun kepada manusia yang hanya menuruti hawa nafsu, angkara murka, dan tidak bersyukur. Bagi para pelaku tekad, ketahuilah bahwa semua itu yang dinamakan kawruh kasunyatan, nyata berujud jagat gede dan cakrawala, yang semua itu wujud dari kebesaran Tuhan sang Pencipta.

Matahari dinamai " Raja Surya Amisesa" yang memberikan dharmanya sebagai pemberi kehidupan kepada segala makhluk di dunia. Begitu pula bulan, bintang2 di langit juga membagi dharmanya bagi makhluk hidup. Bergantinya siang dan malam , matahari dan rembulan sesuai jalannya kodrat, semua bermanfaat bagi kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lain ciptaan Nya, karena sempurnanya campuran dari tiga hal di atas dan ditambah lagi dengan budi luhur yang lebih sempurna, maka manusia wajib mengetahui akan kemanusiaannya dan juga mengerti akan ke sejatian nya, supaya sempurna hidupnya karena tahu sangkan paraning dumadi. Bahwa segala hal di dunia ini, baik itu jagat cilik maupun jagat gede , segalanya berasal dari daya empat hal, yaitu bumi, api, angin dan air. Kacaunya bumi karena naiknya panas di dalam bumi, naik karena panasnya panasnya jalanidi (air laut ?) yang berada di dasar bumi tertutup oleh lapisan lapisan bumi berjuta juta tahun lamanya, dan kemudian munculah gunung2 berapi, yang berakibat rusaknya manusia dan alam sekitarnya. Begitu pula dengan api, air, dan angin, semua dapat bermanfaat bagi kehidupan, tetapi juga dapat menjadi malapetaka kalau tidak sesuai dengan kebutuhan. Tidak dipungkiri lagi manusia hidup di kelilingi oleh bumi, api, angin dan air. Begitu pula manusia juga terdiri dari saripati tersebut . Bumi, disebut juga pertiwi, bentuk lahir yang ada pada kita yaitu badan jasmani, berujud kita, hakekatnya dzar kita, menjadi kulit dan daging ini. api, wujud lahir yang ada pada kita dinamai pramana, hidupnya dzatullah, yaitu cahayahidup manusia, beujud otot dan tulang. Jendela/ pintu api ada di telinga kita. air , juga disebut tirtamarta kamandanu, yaitu air yang menghidupi badan kita. Air di badan kita temui dengan adanya Wadi, Madi, Mani, dan Manikem. Wadi tempatnya di pratapan (?)kita , berujud darah warna merah. Madi, berujud air kita berwarna hijau Mani, berujud penguasaan kita berwarna putih, ada di kemaluan kita. Manikem berujud cahaya kita berwarna kuning. Air dalam wujud wadag kita yaitu adanya darah dan sungsum, suhud kita, hakekatnya asma kita. Pintu air berada di mata, berpengaruh pada birahi, segala sesuatu yang indah indah. Angin, manusia juga mempunyai napas, anpas, tannapas,dan nupus. napas sebagai tali hidup, anpas sebagai tempat hidup (roh) tannapas sebagai pendengaran roh. nupus sebagai penglihatan roh semua menjadi afngal kita. Wujud lahir yang mudah adalah manusia bernafas. Pintu angin ada di hidung, berwatak sumeleh, sabar, rela, cinta damai, senang pada keTuhanan.

Dari Dzat Tuhan manusia memilik Sir , yaitu niyat (krenteg), Budi, yaitu bekerjanya batin pada kita, Cipta lan Rasa. Sir, Budi, Cipta dan Rasa dibawah kekuasaan hidup kita, bekerja menuju sempurnanya hidup kita. Ingatlah, manusia yang utama harus bisa mengendalikan hawa nafsu 4 perkara : a. Aluamah, warna hitam, tempatnya di lambung, pintunya di mulut, kalau mati jangan mengikuti yang warna hitam, menjelma menjadi hewan merambat (ular), raganya jadi gandarwo (buta) b. amarah, warna merah, bertempat di empedu, pintunya di telinga, kalau mati jangan mengikuti cahaya merah, menjelma menjadi, wandanira (?) jadi banaspati. c. Supiah, warna kuning, bertempat di limpa, pintunya di mata, kalau mati jangan mengikuti cahaya warna kuning, menjelma menjadi hewan terbang, wandanira seperti kemamang (hantu ....). d. Mutmainah, warna putih, bertempat ditulang, pintunya di hidung, kalau mati jangan mengikuti cahaya putih, menjelma menjadi ikan, wandanira (?) menjadi wedon Kemudian hati, juga ada 4 macam : a. hati sanubari, warna hitam, berujud dalam rasa, pintunya di kahurullah, berada di alam sulpil, menjadi sempurnanya pembicaraa. b. hati maknawi, warna kuning, purbaning rasa, pintunya di kamalulah, berada di alam sulbil, menjadi sempurnanya pendengaran c. hati sirri, warna hijau, sempurnanya rasa, pintunya di jalalulah, berada di alam topek, menjadi sempurnanya indera penciuman d. hati pu'at, warna putih, hilangnya rasa, pintunya di jamalulah, berada di alam sabit, menjadi sempurnanya penglihatan. Supaya mendapat gambaran yang lebih jelas, diterangkan bab turunya wiji (biji/bakal) manusia. Sejatinya wiji berada pada "bapak", berasal dari Cipta turun ke Pramana, kemudian menimbulkan rahsa si bapak yang menimbulkan rasa asmara (birahi). Wiji yang berada di bapak, dalam hubungan asmara tetes ke dalam kandungan ibu, bila biji ini baik, tentunya akan bisa jadi manusia. Maka Cipta dan Rasa si bapak yang telah sempurna memang diperlukan. Hal ini menjadi dasar watak manusia yang ada di dalam kandungan nanti. a. Bila saat tetesnya wiji, si bapak mempunyai pikiran yang bersih dab hati yang suci, disitu akan tersirat pancaran pramana berwarna hijau muda yang indah, membuat anak besok berwatak luhur, senang pada pujabrata (samadhi). Ini disebabkan oleh adonan 3 hal di atas lebih banyak mengandung putih b. idem, mempunyai pikiran marah, nafsu birahi tinggi dan terburu buru, disitu akan tersirat pancaran pramana berwarna merah tua keungu unguan, membuat anak besok bersifat boros, dan selingkuh. Ini disebabkan oleh adonan 3 hal diatas lebih banyak mengandung merah. c. idem, mempunyai pikiran senang dan lega di hati, disitu akan terlihat pancaran pramana berwarna kuning, membuat anak besok berwatak senang2 (hura hura), melik (ingin memiliki). Ini disebabkan oleh adonan 3 hal di atas lebih banyak mengandung

kuning. d. idem, mempunyai pikiran sedih, disitu akan tersirat pancaran pramana berwarna hitam kotor keunguan, membuat anak besok berwatak asusila . oleh karena itu pada saat senggama bersama istri bisa memilih waktu yang tepat, pada saat pikiran jernih, hati yang bersih, dan sesuci dahulu. Dan jangan terlalu sering, baiknya seminggu sekali. Jasad manusia terbagi menjadi 3 tataran : a. Tataran I , jagad atas atau Guruloka (Betal Makmur), berada di otak, pusat segala rasa. Dalam wayang disebut Sang Hyang Guru, ratunya segala nyawa, dan berkuasa dalam panca indera, berada di kahyangan Jonggring salaka. b. Tataran II, jagad tengah atau Endraloka (Betal Mocharam), berada di angan-angan, budi, cipta, perasaan hati, dan perasaan yang halus. Yang menjadi penguasa Sang Hyang Indra, di Endrabawana. c. Tataran III, jagad bawah atau Janaloka(betal Muchadas), berada di panca asmara, yaitu asmara tantra dan asmaragama. Yang menjadi penguasa Sang Hyang Wisnu, di kahyangan Nguntara Segara. Ketiganya disebut dengan Triloka, dan yang menguasai Sang Hyang Wisesaning Tunggal. Setelah mengetahui bagian dari jasad tadi, maka wajib juga mengetahui mengenai hidup kita berasal dari Kodratullah. Menurut Hidayat Jati : a. Yang dahulu sendiri yaitu Dzat Mutlak Kang Chodim Azali Abadi, yang disebut Wisesa, lalu menarik b. Chayu, yaitu hidup kita ini, artinya atma, juga disebut kuasa, lalu menarik c. Sir, artinya Rahsa, disebut Pramana, menarik : d. Roch, artinya Nyawa, disebut Sukma, menarik e Nafsu, artinya Angkara, disebut Hawa atau Mana, menarik f. Akal, artinya Budi, disebut Indera menarik g. Jasad, artinya Badan, disebut Warana atau "sengkeran" Kedelapan ini wajib diketahui karena ini keadaan jasad kita sampai berujud insan. Dilambangkan dengan C urigo Manjing Warangka. Curiga itu yang di dalam, dan warangka itu adalah adanya wadag badan kita ini, atau juga disebut jasad (sengkeran). Kemudian sebagai manusia yang hidup wajib berbakti keapda junjungan, di antaranya : a. Tuhan Yang Maha pencipta Dalam hati menyembah, pasrah total kepada Todzaling Dzat yang Azali Abadi, supaya dekat dengan Tuhan, dikasihiNya, dengan cara pada saat setelah tengah malam, melipat tangan dan kaki (bersamadhi) menutup lubang sembilan hawa nafsu, melihat ujung hidung, menyatukan pikiran, di batin delangsa atas kodrat kita pribadi pasrah. Hal ini bila dilakukan terus menerus akan menerima manfaatnya berwujud sasmita (bisikan/penglihatan) gaib. Dengan demikian berarti kawulo wruhing Gusti, yang

berlanjur Gusti wruhing kawulo, yaitu rasa hidup yang sejati. b. Kepada penguasa di dunia dan pemerintahan c. Kepada Ibu dan Bapak, walau sudah meninggal supaya selamat. d. Kepada Bapak Ibu besan e. Kepada saudara tua pengganti orang tua f. Kepada Guru , baik lahir maupun batin. Belajarlah Ketuhanan , jangan sampai terlena kepada jalan yang menyesatkan yang berakhir dengan kedukaan atau kenistaan, baik lahir maupun batin. Manusia juga bisa belajar mengenai magic (berkomunikasi dengan alam Roha dan sejenisnya diluar manusia). Arti dari kebatinan yaitu sumber asas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mencapai keluhuran Budi untuk kesempurnaan hidup. Karena manusia hidup itu menggunakan daya dari lahir maupun batin, ada kalanya keadaan lahir mempengaruhi batin juga kadang batin mempengaruhi lahir. maka keduanya harus seimbang. Untuk melatih kelahiran , kita harus berwatak : Rela, Menerima, Tekun, Sabar dan Budi yang luhur. Untuk batin harus Eling, Percaya dan melaksanakannya. Dalam Magic ada aliran hitam dan putih. Magic hitam adalah daya dari cipta tunggal dsb. yang ditujukan untuk tindak yang bertentangan dengan hukum agama. Magic putih adalah daya dari cipta tunggal dsb. yang ditujukan untuk kemaslahatan umat di dunia. Yang termasuk dalam magic : a. Hypnotisme/magnetisme, spiritisme, Daya kekuatan dari cipta tunggal dengan sarana penyaluran kekuatan maqta dan cipta b. Astrologi (perbintangan) Perhitungan perbintangan c. guna guna, ismu ismu, jampi jampi Karena bangsa kita sebagian besar masih menggunakan kepercayaan dan keyakinan yang di turunkan dari jaman ke jaman, oleh karena itu alam pikirnya sepaham dengan campuran campuran kepercayaan dan kebudayaan, dari animisme, dinamisme, Hinduisme, Budhaisme, Islamisme, Kristen, dan aneka macam keyakinan kebatinan/ kasunyatan. Maka carilah jalan yang menuju kebenaran, kebahagiaan di dunia dengan sesama. Karena baik dan jelek bakal ada hasil yang diperoleh seimbang dengan dharmanya. Walaupun sekarang tidak merasakan dimasa yang akan datang tentu merasakannya, baik secara langsung maupun tidak, sebab hidup ini berdasar atas hukum sebab akibat. Oleh karena itu tiap hari upayakan untuk interopeksi diri, sebelum tidur atau tengah malam timbanglah kebaikan dan kejahatan dalam sehari. timbanglah dan usahakan untuk selalu menambah kebaikan di tiap harinya. Bilamana kita sudah melaksanakan eneng dan ening, cinta kepada Tuhan, disitu kita sudah mempunyai cipta yang terbuka, lepas perasaan kita, melihat kesejatian kita, melihat perubahan perubahan jasad kita yang samar samar, karena telah sampurnanya perasaan yang sangat tajam. Disitulah kita sudah bijaksana. Oleh karena itu upayakan kebersihan jiwa dan raga, eneng dan ening, awas dan eling, sabar dan nrima.

Kalau sudah begitu, kita akan menjadi waskita, dapat malihat tanda tanda perubahan jasad kita, kalaupun bermimpi yang bermimpi yang nyata akan terlaksana. Juga tanda tanda bilamana manusia akan kembali ke hadirat Tuhan, dengan sarana kewaspadaan bisa mengerti sebelumnya. : a. Bila mana sudah lelah hidup di dunia, bosan akan kehidupan di dunia, tandanya akan meninggal kurang 3 th. Disini akan sering pusing tanpa sebab, bermimpi berjalan ke utara, dan sering ganti kebiasaan. b. Bila sering kangen pada leluhur yang sudah meninggal, tandanya kurang 2th untuk meninggal, terasa muneg muneg hatinya (sebal), menuruti segala kesenangannya, bermimpi memperbaiki rumah. c. Bila seringmelihat roh halus, pertanda maninggal kurang 1 th, gondok terasa bergetar, badan kurus, penglihatan yang semakin samar, tulang ngilu, yaitu meredanya nafsu aluamah, berkurangnya merasakan manis, gurih dsb. d.Bila sering kasatmata biasa sifat penglihatannya, berarti meninggalnya kurang 9 bulan, sering lupa, darah kadang seperti berhenti, yaitu berkurangnya nafsu amarah, disitulah berkurangnya hawa nafsu kita. e. Bila sering mendengar hal hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, pertanda maninggal kurang 6 bulan lagi. Telinga terasa sesak dan gumrebeg, tidak punya keinginan, yaitu berkurangnya nafsu supiah. f. Bila sering mencium bau roh halus (lelembut), seperti bau menyan, amis dan baunya orang sakit pertanda kurang 3 bulan kematian menjemput, disini hidung menelangkup, berkurangnya nafas, kadang terburu buru di jalan, berarti berkurangnya nafsu mutmainah, berkurangnya segala keinginan. g. Bila sudah ganti pandangan, seperti langit seperti merah, air menjadi merah bara, matahari seperti hitam, pertanda kurang 2bl menuju kematian, di mata sudah tidak terlihat bayangan. h. Bila jari tengah ditempelkan ke telapak tangan dan jari manis tidak bisa di angkat pertanda kurang 40 hari umurnya, terasa keju (?), otot kejang, dan tulang belakang serasa putus. i. Bilamana tangan ditempelkan ke kening dan melihat deperti terputus atau jarinya seperti berkurang pertanda kurang sebulan lagi ajal menjemput, baiklah kita bersiap hati. j. Bila kadang melihat warna diri kita, pertanda kurang 1/2 bulan ajal kita, harus eneng dan ening. k. Bilamana sudah tidak melaksanakan keseharian, contoh tidak makan dan tidak tidur, berarti kurang menghitung hari ajal menjemput, disitulah kita wajib tobat. l. Bila sudah diluar kebiasaan, kadang mengeluarkan tinja tahun (?), dan keluarnya cacing kalung, pucuk urat terasa dingin, membuat jernihnya mani, berarti kurang 3 hari ajal menjemput. m. Bila sembilan lubang hawa pada tubuh sudah merasakan angin keluar dari tubuh, kadang mempunyai pikiran kasihan terhadap dirinya sendiri, berarti kurang 2 hari ajal menjemput. n. Bila engsel engsel kendor, seluruh badan keringetan siang malam, pertanda ajal kurang sehari

Bila di pegang kulit terasa keras tidak kering, dingin sekali, tidak ada detak nadi, sudah tidak dapat melihat, suara suara hilang, badan terasa gringgingen (?), dan bau ular, pertanda............ sudah sampai janji.

lalu pertanda bagi orang lain yang akan menjeput ajal: a. Bila sudah seperti dilulu (?) di kehidupannya, ajalnya kurang 3 th b. Bila sudah rubah kebiasaan, pertanda kurang 2 th ajalnya c. Bila kadang dengan tingkah laku baru, pertanda kurang 1 th d. Bila berkebalikan sifat, tadi sbar menjadi mudah marah dsb. pertanda kurang 1/2 th e. Bila wataknya seperti anak kesil pertanda kurang 3 bulan f. Bila matanya suram, pertandaakan sakit yang mengakibatkan ajal. g. Bila sakit dan mata menjadi doyong tanda sudah dekat ajal. h. Bila sudah hilang pancaran wajahnya, pucat, kuping jatuh, hidung mingkup, kulit kumal, bau ular, pertanda ......................... sudah sampai janji.

Cipta Tunggal (Konsentrasi) Setelah mengetahui tataran dari perbuatan manusia yang terdiri dari cipta, rasa dan karsa, usahakanlah untuk selalu mempunyai cipta yang baik supaya menumbuhkan karsa atau perbuatan yang baik bagi kita dan sesama. Untuk dapat melaksanakannya harus dilatih sejak dini. Dimulai dengan bertindak sabar dan tawakal, dengan cara olah nafas setiap hari pagi dan sore sebelum jam 5 .Ambilah nafas berlahan lahan dan keluarkan berlahan juga 3 X saja , dalam hati bilang "Aku Saiki Sabar". Perlu diterangkan di seini bahwa manusia sudah dikatakan sempurna (makarti) menurut kodrat apabila antara keinginan dari dalam (nyawa) dan panca indera sudah saling bertautan. Ingatlah bahwa nyawa dan jasad selalu terpengaruh oleh adanya daya api, angin, bumi dan air. Dengan minum air putih dingin (bukan yang di lemari es) di pagi hari dan malam hari sebelum tidur dapat menambah umur urat saraf kita. Biasakan juga untuk mandi tiap pagi dan sore hari untuk kesehatan raga.Juga jangan terlalu banyak merokok karena merusak kesehatan kita. Usahakan juga untuk makan secara teratur dengan yang mengandung vitamin, dan jangan lewat takaran (terlalu banyak) dan jangan suka ngemil, karena membikin cepat rusak sel pencernaan. Baiklah menjadi vegetarian atau jangan terlalu banyak makan daging . Satu lagi yang harus diperhatikan yaitu jangan sampai kita selalu mengumbar hawa nafsu, suka marah dan tidak sabar yang semua itu dapat merusak daya cipta kita dan hanya menghabiskan energi ke Tuhanan kita. Perlu diingat bahwa orang yang menuruti hawa nafsu itu aliran darah akan menjadi cepat, jantung bekerja lebih keras yang semua itu mengurangi daya hidup kita. Lebih lebih mengenai nafsu asmara janganlah terlalu dituruti, hematlah mani kita yang sangat berguna. Dan juga orang yang senang akan olah asmara akan gampang sakit, mengurangi kekuatan badan, tidak bisa berpikir jernih, mengurangi perasaan, akibatnya akan hilang "kemanden"(daya cipta) kita. Hawa nafsu dapat kita kendalikan dengan cara "narima" (menerima apa adanya), bisanya narima harus "sabar", bisanya sabar harus "eling". Oleh karena itu kita harus melatih agar menjadi orang yang mempunyai daya ingat yang tinggi, jangan sampai menjadi orang yang pikun. Keadaan yang telah dialami tersimpan dalam alam bawah sadar, dan setiap hari terjadi penumpukan penumpukan akan hal hal yang terjadi setiap harinya, ini yang disebut lupa. Untuk memperkuat daya ingat kita latih lah setiap hari, taruhlah barang apa saja di suatu tempat di pagi hari, kemudian ambilah pada sore hari, begitu seteusnya. Bila sudah terlatih , lakukan juga untuk jangka waktu yang agak lama

dan semakin lama. Daya cipta kita bisa dilatih juga dengan cara menyatukan hati dan pikiran (cipta), menghilangkan segala hawa nafsu, dengan pikiran yang bening hati yang bersih. Bila semua sudah menyatu , maka akan banyak sekali manfaatnya, untuk segala sesuatu tentu ada hasil dan wibawanya. Bila rahasia mantra mantra bisa berjalan karena tirakat, puasa dsb. dan yang paling utama adalah manyatunya daya cipta kita.

Latihlah daya cipta kita itu dengan cara , buatlah lingkaran hitam pada kertas, tempelkan pada tembok sejajar dengan mata kita pada waktu duduk. Pandanglah lingkaran itu dengan hati yang bersih dari nafsu lainya, satukan pikiran dan hati kita tertuju pada lingkaran tersebut. Usahakan tiap hari dengan telaten dan tidak dipaksa untuk memandangnya tanpa berkedip selama mungkin. Sebelum mandi , agar olah raga dulu, dengan berdiri tegak, dada membusung dengan tangan lurus kebawah, kemudian kepala di majukan (manglung) tangan bergerak ke atas kemudian turun lagi pelan pelan selama tiga kali, setelah itu mandi. Setelah mandi pagi, biasakan untuk olah nafas, masuk dan keluarnya nafas diatur pelan pelan. Ini dilakukan juga pada sore hari menjelang mandi sore. Untuk memperkuat daya cipta kita harus mencegah hawa nafsu asmara (birahi), dan mengurangi keluarnya mani.karena bermanfaat bagi kesehatan otak, menambah daya pramana dan daya wibawa kita. Otak kita terdiri dari dua di depan untuk mengolah sinyal atau barang yang kasar kasar (?) dan di belakang saatu menyambung ke tulang belakang yang dinamai lodok (otak kecil (?))untuk mengolah sinyal yang halus halus. Olah nafas diperlukanberguna untuk menghisap sari sari alam dengan cara : Setiap pagi hari sebelum orang lain bangun, agar sai sari trimurti masih suci belum tercampur dengan sari sari yang lain. Ambilah nafas dalam dalam selama 8 detik, kemudian di tahan selama 8 detik kemudian dilepas pelan pelan selama 8 detik. (8-8-8) selama tiga kali berturut turut. Begitu setelah beberapa hari dan sudah kuat ditingkatkan hitungannya menjadi 10-10 10, kemudian menjadi 15-10-15, kemudian 20-10-20, kemudian 26-8-26. Ini semua diperlukan untuk menambah kekuatan daya cipta kita. Untuk melatih otak kita dengan cara olah cara nafas kita. Tarik nafas lewat lubang hidung kiri kemudian ditahan, dan dibuang lewat lubang hidung sebelah kanan, begitu seterusnya bergantian 7 X selama 7 hari. Lama hitungan dari awal ambil nafas 4 detik, tahan nafas 8 detik, lepaskan 4 detik setelah 7 hari ambil nafas 10 detik, tahan nafas 7 detik, lepaskan 10 detik setelah 7 hari ambil nafas 10 detik, tahan nafas 10 detik, lepaskan 10 detik setelah 1 bulan, ambil nafas 10 detik,tahan nafas 20 detik, lepaskan 20 detik. Supaya lebih cepat untuk mengetahui hasilnya kalau semua hal yang diuraikan di atas dilaksanakan , tidak terkecuali tentang cipta tunggal (konsentrasi). Supaya lebih jelas :

Menutup panca indera, menutup lubang hawa 9 (nutup babahan hawa sanga), cipta disatukan, jangan mikir yang lain dan jangan dicampuri cipta yang lainnya, selain dari tujuan semula. Biasanya kita akan melihat bayangan kita samar samar, yang persis dengan kita (pelaku).

Untuk lakunya : 1. melupaka segala sesuatu selama 12 detik 2. mengingat ingat kepad Dzat Azali Abadi selama 140 detik 3. mengheningkan cipta selama 3 jam. Tingkah laku kita harus : 1. Sabar 2. Tenteram 3. Puasa dan mengurangi tidur 4. Jangan terlalu banyak bersendagurau (gojek) 5. Menahan keinginan keinginan lainnya. larangan lainnya : 1. Jangan semena mena terhadap sesama 2. Jangan suka mengibul 3. Jangan melakoni ma lima (madat, main, madon, minum, maling) 4. Berpikir dan berkelakuan yang suci 5. Jangan suka ingin memiliki 6. Menjaga kebersihan lahir maupun batin 7. Menerima (nerimo) dan tekun 8. Cintailah Dzat Sang Maha Pencipta Pikiran kita terpengaruh oleh nyawa dan panca indera, jadi keduanya haruslah seimbang , maksudnya barang yang diterima panca indera haruslah dipikir dahulu, jangan hanya tertarik akan keadaan lahiriah saja. Ditimbang lebih dahulu baik dan buruknya di masa yang akan datang. Selanjutnya tentang latihan latihan badan, untuk : 1.Kesehatan Talirasa, caranya : Berdiri tegak, tangan mengepal, kemudian diluruskan ke depan, terus bergerak ke samping, kemudian diturunkan. Lakukan ini 8X berturut turut disertai olah nafas seperti diterangkan di depan. 2. Menguatkan syaraf - syaraf tubuh, caranya : berdiri tagak sambil ambil nafas dalam dalam, dada ditekan dengan jari jemari(tidak jelas) kemudian nafas dikeluarkan lewat hidung secara perlahan 3. Melebarkan iga (ngelar iga) caranya ambil nafas dalam dalam, tengah dada ditekan dengan jempol kedua tangan, kemudian nafas dikeluarkan secara berlahan lahan.

Membesarkan dada, caranya : berdiri tegak, tangan diluruskan ke depan, kemudian ditarik ke belakang , diulangi 8X dan dengan pernafasan seperti di depan. 5. Menata jalannya darah, caranya : berdiri tegak, kemudian membungkuk pelan pelan, tangan seperti mengambil barang dari tanah, ulangi terus 6. Mengisi Prana dan membesarkan wibawa (prabawa (?)) caranya berdiri tegak, tangan berpegangan di depan (ngapurancang/ seperti menerima tamu) dengan disertai olah nafas seperti di depan. 7. Menguatkan otak (sudah di bahas di depan) 8. Memperbaiki suara, dengan cara ambil nafas dari hidung pelan pelan kemudian dihentakanm lewat mulut, diulangi 8X Latihan badan/olah raga memang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh yang pad akhirnya juga memperngaruhi kesehatan jiwa kita. Disini tidak dijelaskan mengenai perolehan daya gaib yang luar biasa, hanya secukupnya saja untuk kebutuhan dan kepentingan bagi sesama. Tetapi kalau memang dilatih dengan sungguh sungguh, pastilah ada manfaatnya yang kita sendiri tidak menyadarinnya, Kalau cipta kita sudah terlatih dengan baik, sewaktu waktu dapat dilepas dengan tujuan ataupun maksud dari pelepasan cipta tersebut. Harus juga diketahui peraturan peraturan umum yang harus dipatuhi agak kita menjadi orang yang berbudi luhur dan bijaksana serta disegani. yang terutama berbakti kepada junjungan junjungan seperti tersebut diatas. melakoni : a. Sabar, tawakal, nerimo, rela, dan tekun b. Cintailah sesama manusia c. Sebisa mungkin menghindari tindakan maksiat dan barang yang tidak halal. d. Jauhi watak iri dengki, mencela, ingin punya dari orang lain (meri), mangaku punya barang orang lain (dahwen), gampang marah, sombong, mengagungkan kebesaran, kekuasaan, kepandaian, jahat, basiwit (?), dan fitnah. e. Jangan menyrkutukan Allah. Melakoni tapa Raga 7 macam : a. Tapaning mata mengurangi tidur, jangan melihat hal hal yang membuat keinginan b. Tapaning telinga, mencegah marah, jangan mendengarkan hal hal yang jelek c. Tapaning hidung mencegah minum, jangan senang akan kejelekan orang d. Tapaning mulut, mengurangi makan, jangan suka menggunjingkan orang lain. e. Tapaning tangan, mencegah maling, jangan suka memukul orang lain f. Tapaning dakar, mencegah sahwat, jangan laku zina g. Tapaning kaki, mencegah jalan jangan sampai bertindak nasar. Melakoni juga tapaning jiwa 7 macam : a. Tapaning badan, andap asor , zakatnya senang akan tindak kebaikan

b. Tapaning ati menerima(narima), zakatnya tidak mudah menuduh orang jahat c. Tapaning nafsu rela, zakatnya sabar terhadap percobaan d. Tapaning nyawa tekun, zakatnya jangan senang menyiksa e. Tapaning rasa heneng, zakatnya berani susah jiwa raga (nalangsa) f. Tapaning cahaya utama, zakatnya keheningan pikiran dan perasaan (wening) g. Tapaning atma awas, .........(tidak jelas)

Selanjutnya menjaga terhadap daya 2 macam 1. Jangan kurang penglihatan, artinya jangan sampai menderita, tidak enak, dsb. kalau ditinggal oleh orang lain, karena bisa mengurangi wibawa kita (kasudiran) 2. Jangan kecil hati, merasa tidak ada gunanya, aji mumpung, tidak punya malu, karena bisa mengurangi harga diri kita, diibaratka pusaka hilang yoninya (isinya) dan juga harus diingat sesiapa yang menyepelekan ajaran guru yang baik dan benar ibarat kata hanyut sebelum masuk ke dalam air. Selanjutnya dilarang membeda bedakan sesama manusia, sebab semua manusia itu sama saja, saya ya kamu, dalam bahasa sang sekerta Tat Twam Asi. Dan jangan membedakan orang berdasarkan bangsa, baik duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan jangan pula saling memojokan terhadap agama ataupun keyakinan keyakinan orang lain. Kita memperlajari kebatinan yang luas, jangan fanatik, menganggap dirinya yang paling benar, sebab ingatlah tiada yang sampurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa. hanya rebutan pepesan kosong, baiklah dihindari. Jangan lupa akan semboyan " SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE, MEMAYU HAYUNING BAWANA, AMAMAYU HAYUNING NAGARA, AMAMAYU HAYUNING BANGSA (SESAMA), AMRIH SAMPURNA LAN TULUS KAHURIPANIRA SATEMAH WIYANA LAN YUWANA" Untuk sarana permintaan, adat bangsa kita percaya dan mengakui adanya "sedulur papat" yaitu 1. Kakang kawah yang juga disebut kawahiyah, di timur tempatnya. Kenyataannya berupa air ketuban yang keluar terlebih dahulu dari kandungan ketika kita akan dilahirkan, berwarna putih. 2. Adi ari ari yang juga disebut hariyah, barat tempatnya, berupa ari ari yang keluar setelah kita lahir , berwarna kuning. 3. Tali pusar yang telah diiris waktu kita lahir , setelah lima - 10 hari putus sendiri, juga disebut Suriyah, utara tempatnya warnanya hitam. 4. Darah yang juga keluar dari kandungan ibu juga disebut Tibbiyah, selatan tempatnya, merah warnanya. Itulah yang disebut sedulur papat yang keluar bersama dari kandungan( margaina =

alan rahasia) , Dan yang disebut lima pancer yaitu kita sendiri, karena kita ada maka saudara 4 tadi juga ada. Jadi dikatakan sedulur papat lima pancer yang lahir di hari yang sama yang keluar dari kandungan, juga disebut keblat papat lima di tengah, di bahasa arab di namai malaikat, Jabarail(jibril(?)), Israil, Ijrail, dan Mikail. Namun ada juga saudara yang tidak keluar dari jalan SAMAR (margaina) yaitu disebut MAR dan MARTI , Mar yaitu pada saat ibu akan melahirkan ada perasaan yang timbul, yaitu perasaan kuwatir(uwas/samar-jw) pada asaat itulah dikatakan perang sabil bagi si Ibu. Lalu arti dari MARTI sendiri yaitu perasaan si ibu yang telah tenteram/damai , telah usai menunaikan perang sabil, jabang bayi telah lahir dengan selamta tanpa adanya gangguan.

Dua saudara ini juga yang dinamakan saudara "KANG ADOH TANPA WANGENAN CEDAK TANPA SENGGOLAN". Menurut mistic saudara Mar - Mati tersebut berwarna putih dan kuning, yang bisa menjaga si bayi siang dan malam. Selain saudara empat yang keluar dari margaina tersebut di depan tadi, Mar-Mati bisa dimintai tolong tetapi harus dengan melewati tapabrata dahulu, dimintai tolong untuk menjaga dan keperluan lainya. Karena segala ilmu itu terlaksana karena adanya laku, maka bila kita selalu melaksanakannya pasti akan ketemu. Karena tiada ilmu yang tidak memakai laku dan mnjalani apa yang menjadi perintahnya dan menjauhi larangannya. Agar gampang kita untuk melatih diri, disini diterangkan secara ringkas mengenai laku dsb. yang perlu dilakukan salamanya untuk melatih badan kita, yaitu : 1. Selalu sabar , tawakal, tekun, dan nrimo 2. Menjaga kebersihan lahir dan batin, badan dan pikiran (mandi pagi yang bersih jam 4-5 dan sore jam 4-5) 3. Olah raga dahulu sebelum mandi 4. Lalu menghisap sari sari alam dengan olah nafas 5. Olah nafas bisa dilakukan dimana saja yang lapang lebih baik. 6. Memakai pakaian yang bersih, lebih baik lagi yang harum agar semerbak wangi. 7. Olah cipta yang teratur, pagi-sore/malam. 8. Siang digunakan untuk bekerja (mamatuhi dharmanya) 9. Sore hari belajar untuk tambahan pengetahuan 10. Makan yang teratur baik pagi, siang / malam, terutama protein nabati dan kurangi konsumsi protein hewani, dan jangan terlalu banyak camilan yang tanpa batas. 11. Jangan kebanyakan merokok. 12. Minum air putih dingin pagi, siang, malam 13. Tidur selama 6 atau 8 jam sehari semalam. 14. Jangan terlalu banyak minum kopi. 15. Jangan memainkan perasaan dan pikiran, memikirlah yang berguna dan terarah agar diperoleh hasil yang nyata. 16. jangan terlalu banyak bicara yang bukan bukan dan jangan bicara kotor, berbicaralah yang perlu saja yang benar dan bisa dipercaya. Kalau mau tidur hendaklah instropeksi diri sambil berdoa dalam batin, kalau memakai bahasa dapat memakai sbb:

"Ingsun tojalining Dzat Kang Maha Suci, Kang murba amasesa, Kang kuwasa Angandika Kun Fayakun mandi sakucapingsun, dadi saksiptaningsun, katurutan sakarsaningsun, kasembadan saksedyaningsun karana saka Kodratingsun. Ingsun Dzating manungsa sejati, saiki eling besuk ya eling. Saningmaya araning Muhamad , Sirkumaya araningsun, Sir Dzat dadi sak sirku, yaiku sejatining manungsa, urip tan kena ing pati,langgeng tan keno owah gingsir ing kahanan jati, ing donya tumeka jagad langgeng. Ingsun mertobat lan nalangsa marang Dzat ingsun dewe, regede badaningsun, gorohe atiningsun, laline uripingsun, salahe panggaweningsun, ing salawas lawase dosaningsun kabeh sampurna saka kodratingsun." Sejatinya ilmu itu harus memakai Laku memulainya dengan chas, artinya chas memberi kekuatan, selain ajaran ajaran yang diatas tadi seyogyanya juga melakukan : a. Sembah raga yaitu tapaning badan jasad kita, kita harus mengerti juga bahwa raga hanya pasrah, hanyaikut perintah dari batin kita, hawa nafsu kita, yang akhirnya punya keinginan yang enak enak saja, merasa nikmat yang tanpa ukuran, dsb. Raga itu kalau dibebaskan menuruti hawa nafsu saja yang akhirnya akkan merusak jasad kita sendiri, Oleh karena itu mulai sekarang dilatih , supaya menurut apa perintah cipta kita, seperti : banguntidur terus mandi, jangan nanti nanti, lalu mengurangi makan dan tidur seperlunya saja, artinya : makanlah setelah terasa lapar dan minum bila hanya merasa haus, tidur kalau merasa sudah sangat ngantuk, sebaiknya juga mengurangi "olah asmara" (birahi) yang tidak ukuran, bekerjalah yyang utama untuk keperluan di masyarakat, dan lain sebagainya yang baik baik, belajarlah akan pengertian pengertian yang utama. b. Sembahing cipta, kalau di Islam dinamai Tarekat, sembahnya hati yang luhur, yang disembah adalah olah nalar mengerti akan "kasunyatan", kawula tahu kepada Gusti. Yang kedua berkuasa atas hati yang kotor supaya mengerti akan peraturan peraturan yang benar, mengendalikan hawa nafsu. Kalau sudah begitu nanti mendapatkan imbalan berupa mengerti secara pasti terhadap pengertian akan ke Tuhanan, dan semakin jelas terang dan gelap beraneka macam pengertian sampai jelas mengenai hakekat ajaran / pengertian "yang halus halus". Oleh sebab itulah maka kita dapat melaksanakan , mengerti apa yang diperintahkan oleh Tuhan yang terasa di dasarnya rasa (rosing rasa). Tujuan dari sembah cipta itu mengendalikan 2 macam, yaitu angkara( yang menimbulkan watak adigang, adigung, adiguna, kumingsun dsb.) dan watak keinginan mengusai akan kepunyaan orang lain (kemelikan-jw) Cipta yang bersih yaitu kalau sudah bisa mengendalikan angkara murka, Tandanya bila cipta sudah "manembah", yaitu waspada terhadap bisikan jiwa. Jadi sembah itu intinya melatih cara kerja cipta, dengan cara : a. Tata Yaitu waktunya yang selalu sama, yang baik di tengah malam, pagi dan sore di tempat yang suci dan sepi. b. Titi Yaitu ada yang dirasakan sebagai konsentrasi c. Ngati ati Menata diri agar dalam mencapai yang dirasakan tidak dipaksakan d. Tetap Artinya melakukan latihan waktunya tetap dan tewrus menerus.

e. Telaten f. Atul Maksudnya dibiasakan agar mendarah daging menjadi kebiasaan dan watak yang akhirnya merasa, tidak sulit untuk melakukannya.Kalau sudah begitu, artinya sudah manegetahui sejatinya penglihatan (sejatine tingal) yaitu Pramana, bisa dikatakan sampai kepada jalan sejati, yaitu penglihatan pramana (tingal pramana) Kalau sudah merasa sepi dari apapun seperti tidak ingat apapun, itu pertanda sudah sampai batas, yaitu batas antara tipuan dan kenyataan (kacidran lan kasunyatan - jw), jadi sudah ganti jaman, dari jaman tipuan menjadi jaman kenyataan rasa badan ketiga (saka penggorohan maring kasunyatan Rasaning badan tetelu), wadag astral dan mental tadi seketika tidak bekerja. Disitulah lupa, tetapi masih dikuati oleh kesadaran jiwa (elinging jiwa), dan waktu itu menjadi eneng, ening, dan eling. Artinya eneng : diamnya raga, Ening : heningnya cipta, Eling : ingatnya budi rasa yang sejati. Siapa yang tetap menuruti peraturan kasunyatan, disitu bisa menerima "wohel"(?) karena adilnya Tuhan. Pencari dan yang tidak melanggar dari Tuhan (Pengadilan Kodrat). C. Sembah Jiwa kepada Tuhan, di Islam dinamai : Hakekat. Kalau sudah bisa melaksanakan sembah cipta baru bisa melaksanakan sembah jiwa. Artinya: rasakan dengan menggunakan rasa "kasukman"(?) yang bisa ditemui dalam eneng, ening dan eling tadi.Tandanya adalah semua sembah, panembah batin yang tulus tidak tercampuri oleh rasa lahir sama sekali. Kalau sudah bisa melihat cahaya yang terang tanpa bisa dibayangkan tetapi tidak silau, pertanda telah sampai kepada kekuasaan "kasunyatan"(kesejatian), yang juga disebut Nur Mohamad, yaitu tiada lain cahaya pramana sendiri, karena dinamai pramana karena cahayanya yang saling bertautan dengan rasa sejati dan budi, disitu rasa jati dan budi akan berkuasa(jumeneng), sudah sampai kepada kebijaksanaan. Artinya kebijaksanaan merasa smapai mengerti yang melakukan semadi tadi, saling berkaitan tak terpisahkan dengan cahaya yang terang benderang yang tidak bisa dibayangkan. D. Sembah Rasa, di Islam dinamai Makrifat Sembah rasa itu bukan rasanya lidah yang merasakan aneka makanan, juga bukannya rasa badan yang panas dingin dan sebagainya . Rasa Sejati, rasa manusia yang paling halus, tempat semua rasa dan perasaan dan bisa merasakan perlunya menjadi manusia (perluning dumadi). Jelasnya : 1. Rasakanlah sampai tahu sendiri arti pentingnya dititahkan menjadi manusia 2. Rasakanlah sampai tahu sendiri kenyataannya semua yang di dunia ini. Sebagai tanda kalau sudah mencapai kasunyatan, kalau sudah hilang "semangsemangnya"(?) Olah semadi artinya mengetahui sangkan paraning dumadi (asal usul dan tujuan hidup di dunia). Rasa hidup adalah rasa Tuhan, rasa Ada, iya pribadi, bersatu tanpa batas dengan rasa semua ciptaan Nya. ( Gusti amor ing Kawulo, ibarat manisnya madu dengan madunya). Orang yang berilmu itu tidak memandang tuwa atau muda, yang muda yang berilmu bila sudah paham tata, titi, tatas, tetapi ada pula orang tua yang sepa, sepi lir sepah samun, oleh karena itu carilah jangan ragu, carilah kesejatian sampai ketemu.

Tri Dharma Di depan sudah dijelaskan mengenai jagad ginelar dan cipta tunggal yang semoga menjadikan kita tidak ada keraguan lagi dan menghilangkan segala pertanyaan, untuk menjadi manusia yang berbudi luhur, semakin mantap di jalan yang utama, menetapi / menjalankan dharma kita. Di bab akhir ibi menjelaskan akan Tri Dharma yang artinya tiga macam dharma. Arti dharma itu sendiri adalah persembahan yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, untuk keperluan masyarakat banyak tanpa mengharapkan imbalan. Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan contoh dalam cerita pewayangan, yang didalamnya terkandung ajaran dan sindiran kebatinan serta banyak mengandung tuntunan hidup. Terlebih dahulu kita pelajari sedikit mengenai sejarah pewayangan : Kira kira tahun 950 Saka, abad 11 mulai ada pertunjukan wayang, tersebut di buku Arjuna wiwaha. Jadi kira kira jaman Prabu Makuthawarsawasdhana. Kemudian jaman Prabu Dharmawangsa tertulis di buku Adiparwa dalam bahasa sangsekerta, juga dalambuku Wirathaparwa dan Utara-kanda. Selanjutnya keturunan Prabu Dharmawangsa tadi menghormati para leluhurnya dengan cara gambar leluhur yang ditempelkan di dinding. Di jaman ini cerita-cerita jawa asli mulai terdesak oleh pengaruh dan kebudayaan Hindu, diantaranya Mahabarata, yang selanjutnya cerita cerita wayang banyak mengambil dari buku Mahabarata. Dijaman dahulu orang yang membawakan cerita ini dinamaka Widhu (dalang), yang selanjutnya para widhu membuat wayang beber. Lama kelamaan para Widhu berpikir untuk membuat wayang satu satu agar lebih praktis. Pada jaman Sinuwun PB IV, bentuk wayang kemudian disempurnakan. Mengenai asal wayang Purwa, yaitu jaman Prabu Joyoboyo di Mamenang, kira kira tahun sangkala 861, yang membuat gambar2 para leluhur menyerupai dewa2 yang digambar pada daun rontal.

Dan jaman Prabu Suryamisesa di Jenggala adanya pertunjukan wayang Purwa yang diiringi dengan gamelan Selndro tahun 1283. R.Susuruh Raja di Majapahit gambar tadi diganti pada kertas, dan jadilah wayang beber. Tahun 1301 disempurnakan lagi oleh Sungging Prabangkara. Tahun 1437 R.Patah Sultan Demak dan para wali memulai membuat wayang purwa dari kulit, dan selanjutnya disempurnakan pada jaman wali wali tersebut., dan K.S. Kalijogo di Kadilangu memulai adanya wayang purwa yang ditancapkan pada batang pisang dan memakai kelir dan blencong (lampu). Dharma yang perlu dan wajib kita laksanakan adalah dharma Pandita, Dharma Ratu dan Dharma Satria. Disini perlu diterangkan mengenai dharma tiga hal tersebut karena walau sesakti apapun dan apapun kelebihan kita, kita tetaplah makhluk sosial yang hidup ditengah masyarakat yang terikat oleh peraturan peraturan dan tata tertib yang bertujuan untuk hidup yang aman dan damai, Manusia yang tidak menyadari akan peraturan2 di dunia ini berartimengelak dari kenyataan dan menyalahi kodratnya sebagai manusia sebagai mahkluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri lepas dari orang lain. Beraneka macam kejadian yang terjadi pada manusia di dunia ini , coba kita pikir, kita yang saat ini membaca tulisan ini, detik ini juga ada kelahiran dan kematian silih berganti, yang satu senang senang yang satu tertimpa musibah, yang satu naik pangkat, istri cantik, satunya kelhilangan pekerjaan, dihukum, cerai, kehilangan ortu, kehilangan anak, mendapat anak kembar dsb. tanpa bisa disebut satu persatu. Maka jadilah orang yang disegani dan yang berbudi luhur, cerdas dan pandai, sempurna dalam segala hal, bekerja keras, susila dan taat pada pemerintahan, menyembah kepada Tuhan dan berbakti kepada orang tua kita, rukun kepada sesama kita, itulah seharusnya manusia sebagai makhluk sosial. Dunia yang penuh kegelapan dan gangguan membutuhkandharma manusia yang luhur, bekerja keras, berani akan segala hal berdasar kepada sucinya hati dan pikiran. Dilihat dari rasa peri kemanusiaan subyektif, menghukum manusia itu semestinya kasihan, tetapi bila dailihat secara obyektif, demi keperluan masyarakat banyak, ada baiknya juga,memang harus demikian jalannya keadilan dan kepastian hukum itu. Kalau dilihat dari sudut kebatinan, yang menghukum orang tadi yang diri pribadi orang yang melakukan itu., jadi orang tadi menerima buah dari pekerjaannya, akibatnya dihukum .Tuhan YME tidak menghukum orang tadi tetapi manusia itu sendiri yang menyiksa dirinya sendiri. Menurut Bagawad Gita, ketika Arjuna menyerah di peperangan karena bermusuhan dengan saudara sendiri, kemudian Kresna memberitahu bahwa sebenarnya Arjuna hanya melakukan apa perintah Kresna (Ingsun), jadi pekerjaan itu pekerjaan Tuhan. Jadi memang menjadi orang hidup itu rumit, semua hal harus siap dan hati hati, awas dan waspada, supaya selamat. Dan manusia yang utama adalah orang yang sudah mengerti akan kewajiban hidup di masyarakat, berani membela kesucian dan keadilan, berani karena benar dan takut karena salah. Menurut hukum Trilogi (cipta, rasa dan karsa) manusia hidup tidak cukup hanya duduk mengolah cipta, menutup lubang hawa 9 (babahan hawa 9), memandang pucuk hidung saja, tetapi juga bekerja memenuhi dharma mausia hidup ditengah masyarakat. Ingatlah ajaran yang mengatakan : Tuhan tidak akan merubah keadaan di dunia ini kecuali manusia sendiri yang merubahnya untuk menuju kesempurnaan. Maka adanya

trilogi tersebut perlu sekali diketahui, supaya manusia mengetahui garis hidupnya. Kalau sudah begitu artinya sudah seimbang antara kebutuhan lahir dan batin, rohani dan jasmani, roh dan jasad ini. Jangan hanya memikirkan tentang akherat saja tetapi ingatlah pada hari ini dihadapkan pada kenyataan kenyataan, berdiri di atas bumi kenyataan, dunia fana yang penuh dengan godaan, dan cobaan. Keselamatan dunia bisa menjadi kenyataan bila semua manusia pribadi, insani insani, makhluk makhluk berjiwa di dunia ini satu semboyan : Sepi ing pamrih rame ing gawe, memayu hayuning bawana. bangsa/sesama. memang sulit untuk diwujudkan tetapi setidaknya,kalau lebih banyak cipta yang baik dan luhur dibangkan dengan cipta yang jelek, sepertinya lebih baik.Oleh karena itu sangatlah perlu dharma dan bakti kita, untuk keselamatan dunia, paling tidak keselamatan bangsa, paling tidak lagi keselamatan sesama, paling tidak sekali bagi keselamatan satu desa, sekeluraga ataupun teman.

Dharma seorang pandita utama, yaitu dharma yang pertama : PUNYAILAH CIPTA YANG UTAMA DAN BERBUDI LUHUR, bagi sesama kita, menuntun bangsa kita supaya mendapat jalan yang terang dan beroleh hati yang wening, memperoleh kawruh lahir batin yang seimbang, rila legawa, sabar dan tawakal, tekun dan menerima, menjauhkan dari watak sombong karena mempunyai kepandaian (adiguna) Dharma seorang ratu binatoro, yaitu MEMPUNYAI KETEGUHAN HATI DAN ADIL PARAMA ARTA, berbelas kasih terhadap sesama , berbudi dalam tingkah laku, menjadi pribadi yang bijaksana, tahu akan harga diri, bisa menguatkan kawula dan bawahannya, jangan sombong karena sudah menjadi orang besar lupa pada rakyat kecil, dan menjauhi watak sombong akan pangkat (adigang). Dharma seorang satria, yaitu bekerjalah memenuhi dharma hidup di tengah masyarat, menggunakan pengertian dan kepandaian, sempurna dalam segala hal (pekerjaan), teguh dan tekun dalam bekerja, berani membela kebenaran, kesucian dan keadilan, cipta rasa dan karsa kita bekerja menurut iramanya, yang sulit di mudahkan yang gelap diterangkan, yang ruwet supaya tentram, yang tinggi diratakan, yang rendah/asor dijunjung, yang menyerah disemangati, yang kesed/bodoh supaya mengerti akan kewajibannya dan menjauhkan dari watak adigang.

TAMAT

SUMBER : http://documents.scribd.com/docs/16y9n15qsqhkdqjnd3bf.txt

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

`PETUAH JAWA

HA NA CA RA KA:
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.

Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga (segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).
Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).
(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)

Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.

DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko) lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.
Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage (menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.

DA TA SA WA LA: (versi kedua)

Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk

DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”. Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai pihak yang paling benar.

(3) PA DHA JA YA NYA:
PA DHA JA YA NYA = sama kuat
Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita masing-masing.

(4) MA GA BA THA NGA:
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi

Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Alloh. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh.

SUMBER : http://gendon.wordpress.com/honocoroko/

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Jumat, 15 Februari 2008

PANCA WEWARAH

Wewarah Jawa kang adiluhung asring karacik awujud tembang kang edi peni. Kejaba minangka karya sastra kang endah, kanthi wujud tembang bisa luwih rumesep ing ati. Minangka conto, Serat Kalatidha karyane pujangga agung RNg Ranggawarsita (1802-1874 M) diracik wujud tembang Sinom, dumadi saka sapupuh pambuka lan 12 pupuh isine. Pupuh kapitu Serat Kalatidha iki, katelah ‘Zaman Edan’.

Kejaba iku, supaya ora gampang kececer lan tansah cumanthel ing ati, wewarah Jawa uga asring karacik awujud tembung utawa ukara kang gampang dieling-eling. Minangka conto, keparenga aku ngaturake wewarah Jawa lima kang karacik kanthi tembung utawa ukara sarwa lima, sing dak sebut Panca Wewarah.
MA-LIMA

Uripe manungsa bakal nistha lan cilaka yen nganti keblasuk nindakake pakarti Ma-Lima. M-ain (ngabotohan), m-adon (zina, slingkuh, royal), m-inum (ndem-deman inuman keras), m-adat (ndem-ndeman candu, narkoba, ganja), m-aling (colong jupuk, korupsi).
LIMA-A

Uripe manungsa bakal mulya yen bisa ngugemi lan ndarbeni Lima-A: Pusak-a (cekelan, gaman, pandom, paugeran urip, yaiku agama), garw-a (sigaraning nyawa, bojo, kang bisa nentremake urip), turangg-a (panggaotan, tetumpakan, pagaweyan kanggo luru kebutuhan ngaurip), wism-a (papan pangeyube urip), kukil-a (panglipur, barang-barang seni, sarana kanggo nglandhepake rasa pangrasa).
BA-LIMA

Wong yen arep milih anak mantu, ukuran ideale Ba-Lima: B-ibit (keturunan saka keluwarga kang becik), b-abad (riwayate urip tanpa cacat, ora nate tumindak nistha), b-ebed (lantip, pinter, cerdas), b-ebed (bregas, bagus, ora crobo), b-obot (cekel gawe, tanggung jawab, mapan, ora lonthang-lanthung).
MA-LIMA

Kewajibane wong wadon marang garwane iku Ma-Lima, supaya tentrem bale wismane. M-acak (tansah tampil bregas, resik, wangi sedhep, ora nglomprot), m-asak (ngladeni dhaharan kang nyocoki selerane garwa), m-lumah (aja wegah/ogah-ogahan “ngladeni” garwa), m-anak (kudu siap lan rila nglairake anak), m-radani (bisa ngrumat omah kanthi becik, resik, endah).
LIMA-E

Wong urip ana ing alam donya iku ora kalis saka rubeda lan pacobaning urip. Kanggo ngadhepi rubeda lan pacobaning urip iki, Cak Nun, Kyai ‘Mbeling’ saka Jombang paring wewarah marang umat Muslim sing disebut Tamba-Ati, kang dumadi saka limang perkara, yaiku Lima-E.

Maca Al Qur’an sakmaknan-e (maca, mangerteni lan ngamalke Al Qur’an), zikira kang suw-e (tansah eling lan memuji marang Allah SWT), sholat wengi aja sup-e (tansah sholat sunnah tahajud), prihatina kanthi padharan kang luw-e (tansah pasa sunnah), sarta kumpulana wong kang becik ing panggaw-e (caketana lan tansah nyuwun pitedah marang wong kang soleh).

Ature: H. Soepeno

SUMBER :http://glondongan.blogsome.com/2007/01/04/panca-wewarah/

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

SERAT NITIPRANA

Serat Nitiprana anggitane R. Ng. Yasadipura), mujudake salah sijine serat piwulang tumrap para mudha tumuju marang budi kang luhur. Karya sastra iki mung cendhak wae, yaiku mung sak pupuh (Dhandhanggula), dumadi saka 48 pada. Saka babon asline kang tinulis mawa aksara Jawa, dening Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ing taun 1979, kawetokake edisi aksara Latine kang transliterasine ditindakake dening Kamajaya.

Ing pada kapisan kaandharake menawa karya sastra iki tetembungane kawangun tetembangan, kanthi sastra campuran antarane Jawa lan Arab. Dene babon piwulange saka tanah Arab kasempalake saka kitab Sifat Ul Ulaka. Piwulang antarane Jawa lan Islam ora ana sisip sembire, sakarone jumbuh, kepara tumbu oleh tutup.

Para mudha menawa niyat nggayuh budi kang luhur, kang sepisanan den lakoni, yaiku tansaha laku becik. Tumindak kang bener, linambaran ati sabar. Ati kang sabar nyengkakake nggayuh ati kang suci. Saka ati kang suci iki bakal mancar kasukcen marang dhiri pribadhi lumeber mring kiwa tengene. Ati kang suci bisa nulak tekane azab kang ala.

Ati kang suci minangka kuncine. Ngendhaleni nafsu kang ala, cumaket marang samubarang kabecikan lan bebener. Ora tedhas klawan pambujuke setan. Ati kang suci minangka pawitane. Nyedhak ndedonga mring Ingkang Kuwasa. Gusti enggal ngijabahi mring sadhengah panyuwunan.
SIFAT PITU

Kajlentrehake yen wong kang luhur utawa asor budine iku bisa kasemak saka tandha-tandha ing badane, yaiku solah tingkah lan tetembungane. Wong kang wis putus bebudene, katandha nduweni sifat pitu, yaiku:

1. Nadyan diala-ala dening liyan, ora nedya genti gawe ala, malah kepara males kabecikan. Atine tansah binuka mring sasami lan sugih pangapura.

2. Atine tansah madhep manteb mring Gusti Allah. Ngregani marang wong kang gawe kabecikan marang dheweke. Andhap asor marang sapa wae. Ora nedya gawe pitunaning liyan.

3. Seneng marang solah tingkah kang becik lan nyingkiri panggawe kang ala.

4. Bisa ndhahar ature liyan kanthi tetimbangan kang permati.

5. Apa kang ingucap tansah dhidhasari dening tetimbangan kang gumathok.

6. Seneng olah pikir, tansah ndedonga, lan eling yen wong urip iku tekane ngendon bakal kapundhut.

7. Menawa ngalami musibah dilakoni kanthi sabar minangka ujian saka Gusti Allah.

Semono uga tandhane wong kang asor ing budi, uga dumadi saka sifat pitu, yaiku:

1. Yen guneman cal-cul ora dipikir kanthi permati lan sak gunem-guneme tansah natoni atine liyan.

2. Sombong, congkak, geleme srawung milih-milih wong, mung sing dianggep padha drajate wae sing disrawungi.

3. Kurang sopan santun, kepara gonyak-ganyuk ing pasrawungan.

4. Gampang nesu lan aten-atene keras marang sapa wae.

5. Drengki, srei, jahil, methakil, seneng pradul, adu-adu, lan adol gunem.

6. Sarwa sulaya yen diajak gawe becik.

7. Yen ketaman musibah kakehan sambat, ora sabaran.


MAKSIYAT TELU

Sabanjure katerangake, klebu laku utama jroning nggayuh budi luhur, ing antarane yaiku sifat tinarbuka lan ora ana kesele luru ngelmu, becik ngelmu kadonyan apa dene ngelmu agami. Drajat pangkat kang dhuwur durung njamin kamukten lan kamulyan. Kabeh iku mau isih kudu linambaran kanthi madhep manteb pasrah mring Gusti Allah. Manteb anggone bekti marang Gusti, pasa saperlune, tafakur kanthi ngurangi turu, sarta ndonga kanthi khusuk.

Saliyane iku, den simpangi anane maksiyat kang telu. Sing jeneng maksiyat iku ora mung malima (main, minum, madon, madat, maling), isih ana maksiyat sing luwih mbebayani tumrap jiwa. Maksiyat cacah telu mau yaiku potang kanthi nganakake dhuwit (lintah darat), nampa punjungan kanthi sarat (suap/pungli), lan goroh jroning bakulan (ngelongi timbangan). Maksiyat kang telu iku ngasilake dhuwit riba, kang ora pantes tumrap wong kang nggayuh bebuden luhur.

Dhuwit riba bisa njalari dalane pepati dadi peteng. Jroning sakaratul maut, riba ngaling-alingi lakune ati kang padhang, nuwuhake rasa bingung, samubarang dadi rumit, nyawa mlayu tanpa tujuwan, tanpa gondhelan, ora ana sing paring pitulungan. Mula diati-ati, amrih dalane pepati mengko padhang jingglang. Bener lan pener lakune ruh.

Budi luhur tumuju mring pepati kang padhang. Padhang atine, padhang dalane. Piwulang marang pepati kang padhang ora bisa digawe gampang. Sarate ngudi ngelmu lan kawruh rina klawan wengi, tarak brata ngedohke laku asor, ngendhaleni aluamah, nggusah sombong lan srakah, nyencang amarah lan supiah.

Ana maneh kang kudu disiriki. Aja sepisan-pisan ngehaki barang kang ora sah manut hukum, yaiku warisane wong cethil lan wong kang seneng gawe pitenah. Amrih ora nemoni kacilakan lan kasangsaran selawase.

Duwea watak sabar lan tawakal. Wong sabar lan tawakal bakale nemoni kabahagyan lan keslametan. Slamet lan bahagya iku mancarake kabecikan. Sing becik bakale nggawa manfaat, nekakake anugrah kang agung. Anugrah iku wahyu petunjuk saka Gusti Allah. Iki sing utama. Anugrah Gusti asipat asih lan rahman. Asih lan rahman mancarake eling. Eling mancarake makrifat. Makrifat ora liya mujudake asih saka Gusti Allah.

Sabanjure, laku kang kudu linakonan dening para mudha kang nedya nggayuh luhure bebuden, nuladhaa marang tindak-tanduke Nabi Muhammad SAW. Uga aja nganti keri nyinau sifate Gusti Allah cacah 20. Iku kabeh minangka jangkepe piwulang marang bebuden luhur tumrap wong Jawa kang ngrasuk agama Islam.

Ature: Poerwanto Rs.


SUMBER : http://glondongan.blogsome.com/2007/01/04/serat-nitipraya/

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

ESTHINING PANEMBAH

Kanggo nggayuh supaya wong urip bisa “muksa” kaya kang diaturake ana JB No. 40/Minggu I/Juni/2006, syarat mutlak kang kudu dilakoni yaiku kudu cedhak karo Gusti Kang Murbeng Dumadi. Jalaran “muksa” iku tegese bisa mbalekake barang-barang silihan saka Gusti, utawa yen wong Islam ngarani marang Allah SWT.

Kang kudu dingerteni barang-barang apa wae kang wis kita silih, yaiku urip. Urip iki asale saka Kang Gawe Urip, utawa Gusti Kang Murbeng Dumadi mau. Kaya kang tinulis ing Al-Qur’an surat Al Haj (surat 22) ayat 5: “He para manungsa. Menawa sira mamang perkara bakal tangine wong kang wis mati, sira mikira. Ingsun wis gawe leluhurira Nabi Adam saka lemah, saiki Ingsun nitahake awakira saka mani. Banjur dadi getih kenthel, banjur Ingsun dadekake daging ganep wujud bayi lan ora ganep (lengkap). Supaya sira terangake kasampurnan kuwasa-Ningsun.

Lesan mau kang Ingsun kersakake lestari dadi manungsa. Ingsun lerenake ing guwagarba tekan mangsane lair. Sira banjur Ingsun wetokake dadi bayi, nuli Ingsun paringi urip nganti tekan wayah mempeng. Saweneh manungsa ana kang mati sadurunge dewasa, lan ana kang dawa umure nganti pikun, (iku Kersaningsun) nganti si pikun mau lali barang kang maune disumurupi.

Lan maneh sira andeleng bumi iku ngenthak-enthak tanpa thethukulan. Bareng wis Ingsun turuni banyu udan, banjur ngarejet (obah) thukul thethukulan warna-warna kang mbungahake para manungsa (kang becik-becik).”

Sejatine manungsa urip iku kadunungan telung perkara, yaiku badan wadhag kang asale saka manine bapa lan sel telure biyung, kaloro badan alus (roh) kang asale saka alam arwah, lan katelu urip kang asale saka paringane Gusti Kang Murbeng Dumadi. Katelune kaiket utawa ditaleni dening taline urip yaiku nafas, dadi wadhag-roh-lan urip dadi sawiji, iki diarani wong urip. Yen roh karo uripe ucul saka badan wadhag, amarga taline urip pedhot, ragane ditinggal, mati kaku dadi bathang. Iki uga dialami kabeh sagung barang kang urip. Kayata: wit-witan, kabeh kewan, yen ditinggal roh/badan aluse, badan wadhag mesthi mati dadi bathang, awake kaku.

Lha saiki roh/badan alus karouripe menyang endi? Kudune roh lan uripe mlebu alam barzah/alam kubur. Ing kene bakal nampa siksa kubur apa nikmat kubur, salaras karo amale neng donya nalika urip dhisik. Lha lawase sepira? Gumantung “vonise” Kang Murbeng Dumadi.

Yen wis entek vonise, arwah/roh lan uripe mlebu ana alam arwah. Ing kene antri ngenteni dina kiyamat. Yaiku dina bakale wong mati ditangekake dadi urip maneh. Mangkono sateruse (maosa Al-Qur’an, surat Al Baqarah, ayat 28). Nganti akhire bali marang ngarsane Gusti kang Murbeng Dumadi.

Lha saiki yen awake dhewe kepengin bisa bali marang Pangeran (Allah SWT), ya wiwit saiki kudu kenal karo Gusti Allah SWT. Lan maneh awake dhewe kudu sregep ngadhep utawa madhep marang Gusti kaya tuntunan agamane dhewe-dhewe.

Agama Islam menehi tuntunan kanggo ngadhep marang Allah SWT kudu shalat. Lan agama Islam milah tataran ilmu iku dadi patang tataran. Tingkatan ilmu cacah papat iki marakake panembah utawa shalat kaperang dadi papat, yaiku: shalat sarengat, shalat tarekat, shalat hakekat, lan shalat ma’rifat.

Shalat sarengat iku manembahing raga, sesucine mawa toya (banyu). Yen katrima mahanani makrifating sarengat. Tegese weruhe panca indera. Kayata mripat ndeleng gumelare donya nyebabake percaya manawa kabeh mau mesthi ana kang nitahake, yaiku kang sinebut Pangeran utawa Gusti Allah. Kapercayan kang mangkene iki disebut wajibul yakin.

Shalat tarekat iku manembahing cipta (ati), sesucine merangi hawa nafsu, sesirik. Yen katrima mahanani makrifating tarekat. Tegese weruhe sipangerti, lire kapercayane kanthi pangerti marang sejatine kang sinebut Pangeran iku, ora mung tiru-tiru wong akeh wae. Kapercayan ngene iki dirani ainul yakin.

Shalat hakekat iku manembahing jiwa (roh) kang mawa piranti “rasa jati”, sesucine sarana eneng, ening, awas, lan eling. Yen katrima mahanani makrifating hakekat. Tegese weruhe si-rasa jati. Lire kapercayan ora kandheg ing pangerti bae. Kapercayan ngene iki diarani haqqul yakin. Ing tataran/tingkatan iki wis wiwit kebuka werna-werna hijab (warana) kang ngaling-alingi antarane titah karo kang nitahake. Nanging ya tingkatan iki kang banget gawate, karana akeh begalane.

Shalat makrifat. Iku panembahing sukma. Yaiku jiwa kang kuwasa tanpa piranti (sang alus/urip). Sesucine sarana wairagya, yaiku ngipatake sawernaning gegayuhan apa wae, kajaba mung tumuju marang Pangeran (Allah SWT), yen katrima mahanani makrifating makrifat utawa sejatining makrifat. Lire percaya tanpa piranti, sarta tan kena kinaya ngapa. Iya ing kene tingkatan iki kasebut leburing papan kalawan tulis, cep tan kena kinecap, diarani isbatul yakin, yaiku teteping kapercayan.

Utamane nindakake kaya mangkono kaping lima jroning sedina-sewengi kaya wektu shalat wajib. Ora-orane sepisan dalem sedina-sewengi. Ora-orane maneh iya sepisan ing dalem seminggu. Ora-orane maneh ya sepisan ing dalem sesasi. Ora-orane maneh ya sepisan ing dalem setaun. Ora-orane maneh ya sepisan dalem….selawse urip.

Iki ana uran-uran/tembang (embuh karangane sapa) kang nggambarake wong kang lagi sepisan ngicipi kahanan tan kena kinaya ngapa iku, mangkene unine: “Damar kurung binekta ing kemit, tintingana salira priyangga, den rumangsa sisipa. Rohing kacang puniku, angelayung rasaning ati. Sela panglawet ganda, sepisan ketemu, kalabang sinandhung cuncar, norarena kepanggih sepisan ping kalih, kumudu saben dina.

Pancen kanggo cecedhakan karo Gusti kita kudu ngundhakake iman lan pangerten kita marang Allah SWT. Jalaran supaya bisa “sesambungan” karo Pangeran kita kudu ningkatake shalat kita sa-ora-orane tekan tingkat shalat hakekat. Sokur bisa tekan shalat makrifat. Saengga besuk yen kita wis mati, kita bisa marak ngarsane Pangeran Kang Akarya Gesang. Iya iki tujuan akhir urip kita: marak ing Ngarsane Gusti

Ature: Bapake Lini

SUMBER :http://glondongan.blogsome.com/2007/01/04/esthining-panembah/

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Kitab Musarar Jayabaya

Kitab Musarar Jayabaya

Posted by Tri Basoeki Soelisvichyanto on July 11, 2007

Terjemahan bebas Ramalan Jayabaya Musarar.
(diambil dari ahmad )

Asmarandana

1. Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.

2. Beliau sakti sebab titisan Batara wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja agung, pasukannya raja-raja.

3. Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan.
Sesudah dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negara-nya.

4. Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang
Prabu akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum bernama, Sultan
Maolana.

5. Lengkapnya bernama Ngali Samsujen. Kedatangannya disambut
sebaik-baiknya. Sebab tamu tersebut seorang raja pandita lain bangsa
pantas dihormati.

6. Setelah duduk Sultan Ngali Samsujen berkata: “Sang Prabu Jayabaya,
perkenankan saya memberi petuah padamu menge.nai Kitab Musarar.

7. Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan
diganti oleh orang lain”. Sang Prabu mendengarkan dengan
sebaik-baiknya. Karena beliau telah mengerti kehendak Dewata.

8. Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab
Musarar sudah diketahui semua. Beliaupun ingat tinggal menitis 3 kali.

9. Kelak akan diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di Kakbah yang membawa Imam Supingi untuk menaikkan kutbah,

10. Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada
Maolana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke P. Jawa membawa ecis
tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.

11. Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.

12. Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu setelah datang lalu naik ke gunung.

13. Di sana ada Ajar bernama Ajar Subrata. Menjemput Prabu Jayabaya seorang raja yang berincoknito termasuk titisan Batara Wisnu..

14. Karenanya Sang Prabu sangat waspada, tahu sebelum kejadian mengenai raja-raja karena Sang Prabu menerima sasmita gaib.

15. Bila Islam seperti Nabi. Prabu Jayabaya bercengkrama di gunung
sudah lama. Bertemu dengan ki Ajar di gunung Padang. Yang bertapa brata
sehingga apa yang dikehendaki terjadi.

16. Tergopoh-gopoh menghormati. Setelah duduk ki Ajar memanggil seorang
endang yang membawa sesaji. Berwarna-warni isinya. Tujuh warna-warni
dan lengkap delapan dengarn endangnya.

17. Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu
bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan
kembang mojar satu bungkus.

18. Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah :
“Inilah hidangan kami untuk sang Prabu”. Sang Prabu waspada kemudian
menarik senjata kerisnya.

19. Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya. Keris kemudian
dimasukkan lagi. Cantrik-cantrik berlarian karena takut. Sedangkan raja
putra kecewa melihat perbuatan ayahnya.

20. Sang putra akan bertanya merasa takut. Kemudian merekapun pulang. Datang di kedaton Sang Prabu berbicara dengan putranya.

21. Heh anakku. Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa
kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsujen tatkala masih muda.


Sinom :

1. Dia itu sudah diwejang (diberitahu) oleh guru mengenai kitab
Musarar. Sama seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja
di P. Jawa. Toh saya sudah diberitahu bahwa saya tinggal 3 kali lagi.

2. Bila sudah menitis tiga kali kemudian ada jaman lagi bukan
perbuatan saya. Sudah dikatakan oleh Maolana Ngali tidak mungkin
berobah lagi. Diberi lambang Jaman Catur semune segara asat.

3. Itulah Jenggala, Kediri, Singasari dan Ngurawan. Empat raja itu
masih kekuasaan saya. Negaranya bahagia diatas bumi. Menghancurkan
keburukan.

4. Setelah 100 tahun musnah keempat kerajaan tersebut. Kemudian ada
jaman lagi yang bukan milik saya, sebab saya sudah terpisah dengan
saudara-saudara ditempat yang rahasia.

5. Di dalam teken sang guru Maolana Ngali. Demikian harap diketahui
oleh anak cucu bahwa akan ada jaman Anderpati yang bernama Kala-wisesa.

6. Lambangnya: Sumilir naga kentir semune liman pepeka. Itu negara
Pajajaran. Negara tersebut tanpa keadilan dan tata negara, Setelah
seratus tahun kemudian musnah.

7. Sebab berperang dengan saudara. Hasil bumi diberi pajak emas. Sebab
saya mendapat hidangan Kunir sarimpang dari ki Ajar. Kemudian berganti
jaman di Majapahit dengan rajanya Prabu Brawijaya.

8. Demikian nama raja bergelar Sang Rajapati Dewanata. Alamnya disebut
Anderpati, lamanya sepuluh windu (80 tahun). Hasil negara berupa picis
(uang). Ternyata waktu itu dari hidangan ki Ajar.

9. Hidangannya Jadah satu takir. Lambangnya waktu itu Sima galak
semune curiga ketul. Kemudian berganti jaman lagi. Di Gelagahwangi
dengan ibukota di Demak. Ada agama dengan pemimpinnya bergelar Diyati
Kalawisaya.

10. Enam puluh lima tahun kemudian musnah. Yang bertahta Ratu Adil
serta wali dan pandita semuanya cinta. Pajak rakyat berupa uang.
Temyata saya diberi hidangan bunga Melati oleh ki Ajar.

11. Negara tersebut diberi lambang: Kekesahan durung kongsi kaselak
kampuhe bedah. Kemudian berganti jaman Kalajangga. Beribukota Pajang
dengan hukum seperti di Demak. Tidak diganti oleh anaknya. 36 tahun
kemudian musnah.

12. Negara ini diberi lambang: cangkrama putung watange. Orang di desa
terkena pajak pakaian dan uang. Sebab ki Ajar dahulu memberi hidangan
sebatang pohon kajar. Kemudian berganti jaman di Mataram. Kalasakti
Prabu Anyakrakusuma.

13. Dicintai pasukannya. Kuat angkatan perangnya dan kaya, disegani
seluruh bangsa Jawa. Bahkan juga sebagai gantinya Ajar dan wali serta
pandita, bersatu dalam diri Sang Prabu yang adil.

14. Raja perkasa tetapi berbudi halus. Rakyat kena pajak reyal. Sebab
waktu itu saya mendapat hidangan bawang putih dari ki Ajar. Rajanya
diberi gelar: Sura Kalpa semune lintang sinipat.

15. Kemudian berganti lagi dengan lambang: Kembang sempol Semune modin
tanpa sreban. Raja yang keempat yang penghabisan diberi lambang Kalpa
sru kanaka putung. Seratus tahun kemudian musnah sebab melawan sekutu.
Kemudian ada nakhoda yang datang berdagang.

16. Berdagang di tanah Jawa kemudian mendapat sejengkal tanah. Lama
kelamaan ikut perang dan selalu menang, sehingga terpandang di pulau
Jawa. Jaman sudah berganti meskipun masih keturunan Mataram. Negara
bernama Nyakkrawati dan ibukota di Pajang.

17. Raja berpasukan campur aduk. Disegani setanah Jawa. Yang memulai
menjadi raja dengan gelar Layon keli semune satriya brangti. Kemudian
berganti raja yang bergelar: semune kenya musoni. Tidak lama kemudian
berganti.

18. Nama rajanya Lung gadung rara nglikasi kemudian berganti gajah meta
semune tengu lelaki. Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga
tenggelam negaranya dan hukum tidak karu-karuan. Waktu itu pajaknya
rakyat adalah.
Keterangan :
Lung Gadung Rara Nglikasi : Raja yang penuh inisiatif dalam segala hal,
namun memiliki kelemahan suka wanita. Gajah Meta Semune
Tengu Lelaki : Raja yang disegani/ditakuti, namun nista.

19. Uang anggris dan uwang. Sebab saya diberi hidangan darah sepitrah.
Kemudian negara geger. Tanah tidak berkasiat, pemerintah rusak. Rakyat
celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat ditolak.

20. Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri
sendiri-sendiri. Kemudian berganti jaman Kutila. Rajanya Kara Murka.
Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram.
Keterangan :
- Bupati berdiri sendiri-sendiri : Otonomi Daerah.
- Jaman Kutila : Reformasi
- Raja Kara Murka : Raja-raja yang saling balas dendam.
- Panji Loro semune Pajang Mataram : Dua kekuatan pimpinan yang saling jegal ingin menjatuhkan.

21. Nakhoda ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya. Sarjana
tidak ada. Rakyat sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan
besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu, randa loro nututi
pijer tetukar.
Keterangan :
- Nakhoda : Orang asing.
- Sarjana : Orang arif dan bijak.
- Rara Ngangsu, Randa Loro Nututi Pijer Atetukar : Ratu yang selalu
diikuti/diintai dua saudara wanita tua untuk menggantikannya.

22. Tidak berkesempatan menghias diri, sinjang kemben tan tinolih itu
sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di
Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.
Keterangan :
Tan Kober Apepaes Tan Tinolih Sinjang Kemben : Raja yang tidak sempat
mengatur negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan.

23. Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak
membuat kenyang. Hasilnya berkurang. orang jahat makin menjadi-jadi
Orang besar hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan
negara.

24. Hukum dan pengadilan negara tidak berguna. Perintah berganti-ganti.
Keadilan tidak ada. Yang benar dianggap salah. Yang jahat dianggap
benar. Setan menyamar sebagai wahyu. Banyak orang melupakan Tuhan dan
orang tua.

25. Wanita hilang kehormatannya. Sebab saya diberi hidangan Endang
seorang oleh ki Ajar. Mulai perang tidak berakhir. Kemudian ada tanda
negara pecah.

26. Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan
gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian raja
Kara Murka Kutila musnah.

27. Kemudian kelak akan datang Tunjung putih semune Pudak kasungsang.
Lahir di bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan,
redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.
Keterangan :
- Tunjung Putih semune Pudak Kesungsang : Raja berhati putih namun masih tersembunyi (Satriya Piningit).
- Lahir di bumi Mekah : Orang Islam yang sangat bertauhid.

28. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa.
Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai
pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.
Keterangan :
- Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa : Orang Islam yang sangat
menghormati leluhurnya dan menyatu dengan ajaran tradisi Jawa (kawruh
Jawa).

29. Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar sebab saya diberi
hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik
sekali. Orangnya tampan senyumnya manis sekali.

Dandanggula :

1. Benar-benar raharja waktu itu tidak ada yang menghalang-halangi.
Rakyat yang dikenakan pajak seribu dikurangi oleh sang Prabu tinggal
seratus dinar. Dihitung 1.800 rajanya musnah.

2. Hilang rusak bersama kedatonnya. Pulau Jawapun rusak peraturan
tidak karu-karuan. Para pegawai serta luar negeri tidak akur. Kemudian
Tuhan menobatkan Sang Ratu Asmarakingkin tampan dan masih muda.

3. Kembalilah kewibawaan raja. Pasukan setia semuanya. Suka
diperintah. Kedatonnya di Kediri yang satu dan lainnya di negeri Arab.
Kerta raharja keadaan negaranya. Waktu itu dihitung telah 1.900 dan
negara itupun pecah.

4. Sudah menjadi kehendak Tuhan. Datanglah raja Prenggi dengan
pasukannya. Kekuatannya luar biasa sehingga raja kalah. Tanah Jawa
tunduk dan raja Prenggi menjadi raja di tanah Jawa. Sangat kejam
tindakannya.

5. Waktu raja Rum dihadap oleh mantri bupati berkata kepada patihnya:
“Heh patih, saya mendengar bahwa tanah Jawa rajanya musnah kalah perang
dengan raja Prenggi, tidak ada yang dapat menghalangi.

6. Maka dari itu Patih berangkatlah dengan pasukan secukupnya. Usirlah
raja Prenggi. Kalau tidak dapat jangan kamu kembali. Kemudian ki Patih
berangkat bersama pasukan Rum datang di tanah Jawa mengusir raja
Prenggi yang musnah dengan seluruh bala tentaranya. seorang oleh ki
Ajar. Terhitung tahun 1770. Mulai perang tidak

7. Rakyat kecil gembira hatinya. Tidak ada yang sengsara. Murah
segalanya. Yang ditanam subur. Jaman itu dinamakan: gandrung-gandrung
neng lurung andulu gelung kekendon lukar kawratan, keris parung dolen
tukokna campur bawur mring pasar.

8. Sudah 2.000 tahun. Angkasa sepi tidak terlihat apapun juga. Sudah
hampir tiba waktunya kiamat. Jarang hujan, angin topan yang kerap kali
datang. Bagaikan menimpa bumi dari selatan timur datangnya
menghancurkan gunung-gunung.



sumber : http://tribas.wordpress.com/2007/07/11/

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini