"Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak" (Ar-Rahman: 37)





















Tawassul

Yaa sayyid as-Saadaat wa Nuur al-Mawjuudaat, yaa man huwaal-malja’u liman massahu dhaymun wa ghammun wa alam.Yaa Aqrab al-wasaa’ili ila-Allahi ta’aalaa wa yaa Aqwal mustanad, attawasalu ilaa janaabika-l-a‘zham bi-hadzihi-s-saadaati, wa ahlillaah, wa Ahli Baytika-l-Kiraam, li daf’i dhurrin laa yudfa’u illaa bi wasithatik, wa raf’i dhaymin laa yurfa’u illaa bi-dalaalatik, bi Sayyidii wa Mawlay, yaa Sayyidi, yaa Rasuulallaah:

(1) Nabi Muhammad ibn Abd Allah Salla Allahu ’alayhi wa alihi wa sallam
(2) Abu Bakr as-Siddiq radiya-l-Lahu ’anh
(3) Salman al-Farsi radiya-l-Lahu ’anh
(4) Qassim ibn Muhammad ibn Abu Bakr qaddasa-l-Lahu sirrah
(5) Ja’far as-Sadiq alayhi-s-salam
(6) Tayfur Abu Yazid al-Bistami radiya-l-Lahu ’anh
(7) Abul Hassan ’Ali al-Kharqani qaddasa-l-Lahu sirrah
(8) Abu ’Ali al-Farmadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(9) Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadani qaddasa-l-Lahu sirrah
(10) Abul Abbas al-Khidr alayhi-s-salam
(11) Abdul Khaliq al-Ghujdawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(12) ’Arif ar-Riwakri qaddasa-l-Lahu sirrah
(13) Khwaja Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(14) ’Ali ar-Ramitani qaddasa-l-Lahu sirrah
(15) Muhammad Baba as-Samasi qaddasa-l-Lahu sirrah
(16) as-Sayyid Amir Kulal qaddasa-l-Lahu sirrah
(17) Muhammad Bahaa’uddin Shah Naqshband qaddasa-l-Lahu sirrah
(18) ‘Ala’uddin al-Bukhari al-Attar qaddasa-l-Lahu sirrah
(19) Ya’quub al-Charkhi qaddasa-l-Lahu sirrah
(20) Ubaydullah al-Ahrar qaddasa-l-Lahu sirrah
(21) Muhammad az-Zahid qaddasa-l-Lahu sirrah
(22) Darwish Muhammad qaddasa-l-Lahu sirrah
(23) Muhammad Khwaja al-Amkanaki qaddasa-l-Lahu sirrah
(24) Muhammad al-Baqi bi-l-Lah qaddasa-l-Lahu sirrah
(25) Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi qaddasa-l-Lahu sirrah
(26) Muhammad al-Ma’sum qaddasa-l-Lahu sirrah
(27) Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi qaddasa-l-Lahu sirrah
(28) as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(29) Shamsuddin Habib Allah qaddasa-l-Lahu sirrah
(30) ‘Abdullah ad-Dahlawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(31) Syekh Khalid al-Baghdadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(32) Syekh Ismaa’il Muhammad ash-Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(33) Khas Muhammad Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(34) Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi qaddasa-l-Lahu sirrah
(35) Sayyid Jamaaluddiin al-Ghumuuqi al-Husayni qaddasa-l-Lahu sirrah
(36) Abuu Ahmad as-Sughuuri qaddasa-l-Lahu sirrah
(37) Abuu Muhammad al-Madanii qaddasa-l-Lahu sirrah
(38) Sayyidina Syekh Syarafuddin ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(39) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh ‘Abd Allaah al-Fa’iz ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(40) Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh Muhammad Nazhim al-Haqqaani qaddasa-l-Lahu sirrah

Syahaamatu Fardaani
Yuusuf ash-Shiddiiq
‘Abdur Ra’uuf al-Yamaani
Imaamul ‘Arifin Amaanul Haqq
Lisaanul Mutakallimiin ‘Aunullaah as-Sakhaawii
Aarif at-Tayyaar al-Ma’ruuf bi-Mulhaan
Burhaanul Kuramaa’ Ghawtsul Anaam
Yaa Shaahibaz Zaman Sayyidanaa Mahdi Alaihis Salaam 
wa yaa Shahibal `Unshur Sayyidanaa Khidr Alaihis Salaam

Yaa Budalla
Yaa Nujaba
Yaa Nuqaba
Yaa Awtad
Yaa Akhyar
Yaa A’Immatal Arba’a
Yaa Malaaikatu fi samaawaati wal ardh
Yaa Awliya Allaah
Yaa Saadaat an-Naqsybandi

Rijaalallaah a’inunna bi’aunillaah waquunuu ‘awnallana bi-Llah, ahsa nahdha bi-fadhlillah .
Al-Faatihah













































Mawlana Shaykh Qabbani

www.nurmuhammad.com |

 As-Sayed Nurjan MirAhmadi

 

 

 
NEW info Kunjungan Syekh Hisyam Kabbani ke Indonesia

More Mawlana's Visitting











Durood / Salawat Shareef Collection

More...
Attach...
Audio...
Info...
Academy...
أفضل الصلوات على سيد السادات للنبهاني.doc.rar (Download Afdhal Al Shalawat ala Sayyid Al Saadah)
كنوز الاسرار فى الصلاة على النبي المختار وعلى آله الأبرار.rar (Download Kunuz Al Asror)
كيفية الوصول لرؤية سيدنا الرسول محمد صلى الله عليه وسلم (Download Kaifiyyah Al Wushul li ru'yah Al Rasul)
Download Dalail Khayrat in pdf





















C E R M I N * R A H S A * E L I N G * W A S P A D A

Minggu, 12 April 2009

Shalawat Tarhim

Source Link : http://syamsuri149.wordpress.com

Shalawat Tarhim dan Audionya
Posted on May 21, 2008 by Syamsuri Rifai



Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ imâmal mujâhidîn yâ Rasûlallâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ nâshiral hudâ yâ khayra khalqillâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ nâshiral haqqi yâ Rasûlallâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ Man asrâ bikal muhayminu laylan nilta mâ nilta wal-anâmu niyâmu
Wa taqaddamta lish-shalâti fashallâ kulu man fis-samâi wa antal imâmu
Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman
Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman wa sai’tan nidâ ‘alaykas salâm
Yâ karîmal akhlâq yâ Rasûlallâh
Shallallâhu ‘alayka wa ‘alâ âlika wa ashhâbika ajma’în

Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan atasmu
Duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi
Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur
Semua penghuni langit melakukan shalat di belakangmu
dan engkau menjadi imam
Engkau diberangkatkan ke Sitratul Muntaha karena kemulianmu
dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu
Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah
Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu, pada keluargamu dan sahabatmu.

Shalawat ini sangat masyhur khususnya di kota Surabaya dan sekitarnya. Shalawat ini dikumandangkan menjelang Subuh di radio Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya, dan di akses oleh hampir seluruh masjid di Surabaya dan sekitarnya hingga ke pelosok-pelosok Jawa timur, khususnya masjid-masjid di kalangan Nahdhiyyin. Dengan irama yang indah dan menyentuh hati, shalawat ini telah banyak melembutkan hati yang keras, dan menyadarkan hati yang lalai untuk segera bangun dari tidurnya.

Sekiranya kita menggandakan shalawat ini lalu kita hadiahkan ke masjid-masjid di sekitar rumah kita, dan betapa indahnya jika masjid-masjid itu mengumandangkan shalawat ini menjelang Subuh. Dan betapa besar pahalanya bagi orang menghadiahkannya jika shalawat ini dapat menyadarkan dan membangunkan banyak orang di sekitarnya.



Jika Anda ingin mendengarkan sentuhan iramanya atau mendownloadnya, silahkan klik di sini , untuk videonya silahkan klik di sini .

Wassalam
Syamsuri Rifai

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Kamis, 09 April 2009

Muslim Bertarekat dan Tidak Bertarekat

Source Link =http://feeds2.feedburner.com/

Seputar Tarekat
Oleh :
Maulana Habib Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya



Muslim Bertarekat dan Tidak Bertarekat
Posted: Wed, 12 Dec 2007 20:11:34 PST

“Katakanlah, jika kamu mencintai Allah...”
(Ali Imrân: 31).
Ketika ayat ini turun, seorang sahabat bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad (saw), “Mâtta akuunu mu’minan shâdiqan?” atau “Bilamanakah aku menjadi mukmin yang sesungguhnya?” Dijawab oleh Baginda Nabi (saw), “Idza ahbabtallâh,” atau “Apabila engkau mencintai Allah.”

Selanjutnya sahabat itu bertanya lagi, dan dijawab oleh Rasuluflah (saw), “Orang itu mencintal Rasul-Nya. Berikutnya mengikuti sunnah-sunnahnya, dan mencintai orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya”


Dan akhirnya, Nabi Muhammad (saw) bersabda lagi, “Wâyatawaffatuna fil- ‘Imâni qadri tawannutihim fi mahabati,” atau “Dan keimanan mereka bertingkat-tingkat menurut tingkatan kecintaan kepada Allah.” Itu diucapkan sampai tiga kali oleh Rasulullah (saw). Hadits itu melanjutkan bahwa kadar bobot iman seseorang, tergantung pada kecintaannya kepada Nabi Muhammad (saw). Sebaliknya kadar kekafiran seseorang juga tergantung pada kebenciannya kepada beliau (saw). Kalau kecintaannya kepada Rasulullah (saw) bertambah, keimanannya kepada Allah (Swt) pun akan bertambah.

Bertambah dalam arti bersinar, bercahaya, dan semakin menerangi hidupnya. Maka, apabila kita melihat ayat,
“Katakanlah Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampunimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(Ali Imrân: 31).
Lalu bagaimanakah cara mencintai Allah dan apa yang terkandung di dalam makna mencintai tersebut? Jawabannya, di antaranya bahwa Allah dan Rasul-Nya jelas tidak bisa dipisah-pisahkan. Kalau seseorang mencintai Allah, pasti dan harus mencintai Nabi-Nya. Dan tentu saja, dia akan menjalankan sunnah serta mencintai orang yang dicintai Rasul-Nya. Di sinilah pengertian tarekat yang sebenarnya, yakni untuk membimbing orang itu mencapai keimanan sempurna.

Keimanan terbentuk secara terbimbing. Di situlah peran para mursyid, sehingga tingkatan tauhid kita, makrifat kita, tidak salah dan tidak sembarangan menempatkan diri, sebab ada bimbingan dari mursyid tersebut. Bagaimana orang yang tidak bertarekat? Saya jelaskan dulu, syaratnya bertarekat itu harus tahu syariat dulu. Artinya, kewajiban-kewajiban yang harus dimengerti oleh individu sudah dipahami. Di antaranya, hak Allah (Swt): wajib, mustahil, dan jaiz (berwenang). Lalu hak para rasul, apa yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi mereka.

Setelah kita mengenal Allah dan Rasul-Nya, kita meyakini apa yang disampaikannya. Seperti rukun Islam, yaitu membaca syahadat, mengerjakan shalat, melaksanakan puasa, berzakat bagi yang cukup syaratnya, serta naik haji bagi yang mampu. Begitu juga kita mengetahui rukun iman, serta beberapa tuntunan Islam seperti shalat, wudhu’, dan lainnya
Namun Anda harus bisa membedakan, orang yang menempuh jalan kepada Allah dengàn sendirian, tentu tidak sama dengan orang yang menempuh jalan kepada Allah bersama-sama, yaitu melalui seorang mursyid. Kalau kita mau menuju Mekkah, sebagai satu contoh, seseorang yang belum mengenal Makkah al-Mukarramah dan Madinah al Munawwarah, tentu berbeda dengan orang yang datang ke dua tempat tersebut dengan disertai pembimbing atau mursyid.

Orang yang tidak mengenal sama sekali kedua tempat itu, karena meyakini berdasarkan informasi dan kemampuannya, sah-sah saja. Namun orang yang disertai mursyid akan lebih runtut dan sempurna, karena si pemimbing tadi sudah berpengalaman dan akan mengantar ke rukun zamani, sumur zamzam, makam Ibrahim, dan lainnya. Meski seseorang itu sudah sampai di Ka’bah, namun kalau tidak tahu rukun zamani, dia tidak akan mampu untuk memulal tawaf, karena tidak tahu bagaimana memulainya. Itulah perbedaannya.


Antara Tarekat dan Keluarga
Posted: Sun, 25 May 2008 17:14:22 PDT

Assalamualaikum wr. wb. Saya adalah pengikut Tarekat Qadiriyyah wan Naqsyabandiyyah (PP Suralaya, Tasikmalaya) yang ingin sekali mencapai cita-cita tasawuf yaitu makrifatullah menyeluruh, termasuk suluk (jalan ke arah kesempurnaan batin), zuhud dan memperbanyak zikir kepada Allah. Namun saya juga seorang ayah dua anak yang masih balita, sehingga sulit sekali mengatur waktu untuk kedua hal tersebut. Padahal dalam batin, saya tersiksa oleh kerinduan melihat Al-Haq, Allah SWT. Mohon kiranya Habib membantu memberikan jalan keluar sekaligus mendoakan saya agar Allah berkenan memakmurkan jasad, ruh, dan sirr (hal yang gaib dan tersembunyi) saya dalam ketaatan, mahabbah (kasih sayang), makrifat, dan musyahadah (penyaksian). Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan Habib.
Wassalamualaikum wr. wb.


Jawaban :
Waalaikum salam wr. wb. Insya Allah akan saya doakan, dan saya mendukung apa yang menjadi cita-cita Anda. Tapi perlu diingat, kewajiban, harapan dan dambaan anda bukanlah untuk pribadi saja. Anda dan istri Anda adalah harapan dan kebanggaan di dunia sampai akhirat nanti. Beruntunglah seorang bapak atau kedua orang tua yang bisa mencetak putra-putrinya menjadi generasi yang utama, baik bagi umat Islam khususnya maupun bangsa pada umumnya. Sehingga mereka tidak akan memalukan kedua orang tuanya di hadapan Allah SWT. Dari itu, saya kira, merupakan harapan semua orang.
Namun, tanpa didukung sarana yang berbentuk materi, mungkin keinginan Anda akan sedikit tersendat. Sebab, sarana itu pula yang akan menjadi sebab peningkatan diri kepada Allah SWT, walaupun tidak harus terfokus ke sana. Seperti ketika kita ingin berhaji, atau membayar zakat, hal tersebut tentu tidak terlepas dari urusan dunia.
Maka dalam menempuh dan menggapai cita-cita, pelihara dan pupuklah niat yang baik itu di dalam hati Anda, jangan sampai niat yang baik itu tercampuri emosi atau nafsu, dukunglah niat iut dengan pancaran kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah SAW, dan angkatlah sesuai dengan kemampuan kita, dari mana harus memulai, jangan membebani dan memberatkan diri sendiri sebelum waktu kemampuan itu ad


Kunci Dalam Berdo’a
Posted: Mon, 10 Dec 2007 18:53:48 PST


Islam itu agama do’a, hampir semua aktifitas kaum muslimin selalu diawali dan diakhiri dengan do’a. Mengapa demikian? Karena kaum muslimin menganggap hidup ini adalah dalam rangka menjalankan perintah Allah yang di dalamnya penuh dengan ibadah.

Berdo’a juga ibadah, Baginda Nabi pernah bersabda bahwa orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang sombong. Nabi bersabda : “Do’a itu adalah pedang (senjata) orang beriman”. Sebab dengan berdo’a, kita masih mempercayai Zat Maha Tinggi yang Maha Kuasa atas segala makhluk-Nya, Allah berfirman :

Lantas bagaimanakah cara berdoa yang disukai Allah sehingga peluang terkabulkannya menjadi lebih dekat? Dalam beberapa kitab yang membahas tentang do’a seperti yang dikutip oleh oleh Mundzir Nadhir dalam Alwasa’il disebutkan bahwa ada 14 kunci agar Allah cepat mengabulkan permohonan.

Pertama bacalah basmalah dan hamdalah atau pujian kepada Allah serta shalawat kepada Rasulullah, keluarga serta sahabatnya untuk mengawali permohonan, kedua , mohonlah ampunan atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat dengan mengucapkan istighfar. Ketiga, sampaikan permohonan itu dalam keadaan suci, memiliki wudlu, bahkan apabila perlu dilakukan lakukanlah mandi taubat. Keempat sampaikan permohonan dengan hati yang khusu’ dan tertuju sepenuhnya kepada Allah. Kelima berdo’a dengan hati ikhlas, tanpa paksaan, penuh kecintaan serta kepatuhan kepada Allah. Keenam, menghadap kiblat, karena hal itu sangat disukai Allah. Ketujuh, membersihkan perut dari makanan yang haram, jika pernah makan atau minum sesuatu yang dilarang, wiski misalnya, kosongkanlah dahulu pengaruhnya seraya bertobat. Jika pernah makan makanan hasil korupsi atau hasil curian, misalnya, segeralah bertobat dan tak mengulanginya lagi.

Kedelapan, ucapkanlah permohonan dengan suara lirih bukan lantang, kesembilan, gunakanlah wasilah (perantara) melalui para Nabi dan orang-orang suci lainnya. Kesepuluh, saat berdo’a tidak memandang ke atas. Kesebelas, utarakan permohonan secara berulang-ulang dengan bahasa yang dimengerti dan tidak meminta hal-hal yang berbau maksiat, misalnya, memohon agar menang lotere dan lain sebagainya.

Keduabelas, merentangkan kedua tangan hingga sejajar dengan pundak selayaknya orang berdo’a. Ketigabelas, jika benar-benar ingin memohon kepada Allah, usahakan diawali dengan shalat sunah hajat, sebab, dalam beberapa hadist disebutkan, jika kita menginginkan pertolongan Allah, maka dirikanlah shalat 2 rakaat lalu mintalah kepada Allah. Menurut sabda Nabi, permintaan itu akan dikabulkan.

Keempat belas, harus yakin bahwa Allah mengabulkan do’anya, Sabda Rasulullah, “Berdo’alah kepada Allah dan kalian yakin Allah mengabulkannya.”

Kalangan sufi pernah berkata, “Dosa yang paling besar umat manusia adalah menganggap Allah tidak mengabulkan do’nya.” Karena do’a juga merupakan ibadah, maka do’a juga berpahala., karena itu, senantiasalah berdo’. Seandainya Allah belum juga mengabulkannya, maka kita sudah mendapatkan pahala berdo’a.

Allah sangat menyukai seorang hamba yang senantiasa memohon kepada-Nya.



Menghindari Kemalasan Beribadah
Posted: Mon, 10 Dec 2007 16:49:10 PST
Jadikanlah segala kebaikan melebihi kebutuhan makan, minum, dan pakaian. Tidak hanya shalat malam (Tahajjud), tapi juga segala kebaikan sunnah Nabi (saw). Kalau kita bisa menjalankan shalat Tahajjud, ya jangan dihentikan sunnah sunnah Nabi (saw) lainnya. Tingkatkan dulu kemauan kita melakukan ibadah sunnah itu seperti orang lapar. Kalau kita lapar, dikasih nasi dengan lauk sambal pun, atau nasi garam pun, makannya tetap merasa enak. Karena kita sangat memerlukan. Itu baru masalah nasi. Apakah kebutuhan kita tidak lebih banyak kepada si Pencipta nasi, yaitu Allah?

Nah, kita ikhtiar ini dulu, baru kemudian kita rangkai keinginan untuk melaksanakan ibadah sunnah, seperti shalat Tahajjud. Ikhtiar lainnya adalah membaca ayat terakhir surah Kahfi, “Katakanlah, sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku. Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah Ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah Ia mempersekutu seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. Ayat itu dibaca tujuh kali ketika akan tidur. Tentu saja, membacanya dengan sungguh-sungguh dan kemauan tinggi untuk bangun malam guna menjalankan shalat Tahajjud.
Kita berdoa supaya kita dapat bangun. Tetapi kalau memang tidak mempunyai tekad yang kuat, barangkali juga tidak akan terlaksana. Mungkin saja kita bisa bangun tengah malam, kemudian berzikir, tetapi kemudian ngantuk dan tidur lagi.
Kalau kita menginginkan keluarga kita bahagia, berbuatlah sebaik mungkin sebagai orangtua yang baik kepada anak-anaknya. Apabila sifat kebapakan atau keibuan itu tumbuh pada orangtua, itulah syarat akan munculnya keluarga yang mawaddah wa rahmah. Sekalipun pasangan suami-istri itu belum dikarunia rnomongan, belum mempunyai keturunan mereka sudah menyiapkan diri dengan sifat kebapakan atau keibuan.
Boleh dikatakan, dengan bersikap kebapakan atau keibuan, mereka sudah menyiapkan teorinya. Nanti, begitu mendapatkan keturunan, mereka bisa langsung praktik. Ketika buah hati sudah tumbuh, kita akan cepat menggapai mawadah wa rahmah. Adanya kerja sama antara ibu dan bapak akan saling melengkapi, sehingga anak-anak akan rnengikuti teladan orangtuanya, yang dirasakan sangat lengkap.


Tarekat Bukanlah Wirid yang Aneh
Posted: Mon, 10 Dec 2007 16:12:52 PST
Tarekat itu memiliki makna yang penting. Siapa sih yang ingin memiliki hati yang kotor? Dan siapa sih orang yang ingin hatinya melupakan dan semakin tambah lupa kepada Allah (Swt)? Di sinilah pentingnya tarekat yaitu melepaskan kedua penyakit hati yang sangat berbahaya. Jelasnya, untuk mengatasi kealpaan dalam hati dan menghilangkan noktah atau kotoran yang ada. Untuk menghapus hijab atau dinding pembatas yang terdapat dalam dirinya, yang mengakibatkan sifat lalai serta banyak lupa kepada Allah (Swt).

Kalau seseorang ingin hatinya bersih dan membersihkan hati, paling tidak Ia akan tertarik dengan tarekat itu sendiri. Karena di antara fungsi yang terdapat dalam tarekat itu adalah menghapuskan kotoran dalam hati dengan selalu mengamalkan zikirnya. Untuk tarekat Sadzâliyah, sudah saya buatkan kitabnya. Bentuk dan ukurannya yang kecil membuatnya mudah untuk dibawa. Kitab itu bisa didapat di Gedung Salawat di Pekalongan. Bisa dibaca mulai dan halaman 15 sampai 26.
Wirid tarekat sebagian besar adalah kalimat Là llâha illallah atau Allah sebanyak yang ditentukan oleh tarekat itu sendiri. Ada yang mewiridkannya secara sirr(dalam hati/pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras). Jadi, wirid tarekat tidak ada yang baru. Kalaupun ada tambahan, hanya shalawat, Asma al-Husnâ, dan pembacaan Là hawla walaa quwwata illà billâh.

Lalu, apakah dengan bertarekat—atau dengan mengamalkan wirid tarekat tertentu—itu tak boleh berdoa untuk meraih harta dan dunia? Kita harus ketahui bahwa meminta dunia—termasuk kekayaan, kesejahteraan—tidak dilarang dalam Islam. Doa Sapu Jagat yang kita kenal, Rabbanâ atinâ fid-dunyâ hasanah wa fil-âkhirati hasanah wa qinâ adzab an-nâr, adalah doa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satu bentuk kebahagiaan di dunia adalah memiliki harta yang bisa dimafaatkan secara benar.

Banyak Hadist yang menyatakan agar seseorang selamat dari kemiskinan dan kefakiran. Misalnya, Rasulullah (saw) menganjurkan untuk rajin membaca surah Al-Wâqi’ah. Nabi (saw) menjamin bahwa barangsiapa yang kerap membacanya, maka tidak akan jatuh miskin. Hal itu rnenunjukkan bahwa boleh saja seorang berdoa untuk memohon kekayaan atau lainnya asal dengan cara yang benar. Mendapat kekayaan di jalan yang halal adalah hal yang sangat terpuji. Nabi Sulaiman sendiri tercatat sebagai seorang Nabi yang kaya raya. Meskipun dalam Hadist disebutkan bahwa rentang waktu masuk surga antara para nabi dengan Nabi Sulaiman adalah selama seratus empat puluh tahun masa akhirat yang jauh lebih panjang dari masa hidup di dunia.

Harus diakui, bertarekat adalah dalam upaya mencari ridha dan rahmat Allah. Seorang yang mendapatkan ridha dan rahmat-Nya niscaya akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan itu memang tidak senantiasa berbentuk harta berlimpah, karena itu bisa saja berbentuk lainnya sepenti anak-anak yang cerdas, yang penurut, yang taat agama, hidup yang sehat, disukai tetangga, isteri yang salehah, pekerjaannya lancar, dan lain sebagainya. Tapi, kita tidak bisa mengingkari kemanusiaan kita yang memiliki nafsu, termasuk nafsu duniawi. Jadi, sah saja jika kita meminta rahmat dan ridha Allah juga terselip permohonan duniawi. Selama yang kita minta adalah hal yang tidak bertentangan dengan agama, yang masih dalam jangkauan ridha dan rahmat Allah, maka hal itu tak menjadi masalah.

Bagaimana cara masuk tarekat?
Posted: Sun, 09 Dec 2007 19:36:20 PST
Tren sufisme kini telah menjadi warna di kota-kota besar di beberapa negara. Tarekat sendiri merupakan organisasi sufisme berdasarkan beberapa aliran. Wirid tarekat itu sama yaitu : La ilaaha illallaah dan Ya Allaah yang dibaca dalam jumlah dan waktu tertentu.
Jika tertarik pada tarekat, kita harus melihat seperti apakah tarekatnya? Siapakah yang memimpinnya?. Walaupun zikir-zikir yang kita baca itu ma’tsur (datang dari Rasulullah) namun bisa saja terjadi penyelewengan atau penyimpangan sehingga keluar dari jalur yang benar.

Pada tarekat, yang pertama kali perlu kita perhatikan adalah alirannya, misalnya tarekat Naqsyabandiyah, tarekat Qodiriyah, tarekat Syadziliyah, tarekat Syattariyah, dan lain-lain. Menurut data pada Jam’iyyah Ahli Thariqah al-mutabaroh an-Nahdziyah (perkumpulan ahli tarekat muktabar Indonesia), jumlah tarekat yang muktabar itu ada sekitar 70 tarekat. Penegasan muktabar atau tidaknya sebuah tarekat, tentu Melalui suatu penelitian. Pertama dari ajarannya, adakah dari ajaran itu yang menyimpang dari ajaran Islam. Kedua dari ketentuan wiridnya, tergolong ma’tsur atau tidak.
Selanjutnya jika tarekat yang kita minati itu kita bisa mendatangi dan melihat gurunya. Guru tarekat haruslah orang yang mengerti agama, jika tidak mengerti maka bisa diragukan kapasitas keguruannya.
Seseorang yang telah menapak jalur tarekat haruslah sudah sempurna syariatnya. Carilah tarekat yang ringan dan tidak memberatkan.


Prakata
Posted: Sun, 09 Dec 2007 01:52:07 PST
Maulana Habib Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya adalah ulama kharismatik dari Pekalongan, Beliau mempunyai banyak santri yang menyebar di seluruh Indonesia

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Rabu, 08 April 2009

Sholawat Nariyah

Source Link :http://jerman90.wordpress.com
Sholawat Nariyah
March 30, 2007

اللهم صل صلاة كاملة، وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذى تنحل به العقد، وتنفرج به الكرب، وتقضى به الحوائج، وتنال به الرغائب، وحسن الخواتم وسيتشقى الغمام بوجهه الكريم، وعلى أله وصحبه فى كل لمحة ونفس بعدد كل معلوم لك

Allohumma sholli ’sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taaamman ‘ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil qurobu wa tuqdho bihil hawaaiju wa tunalu bihir roghooibu wa husnul khowaatimu wa yustasqol ghomamu biwajhihil kariem wa ‘ala aalihi wa shohbihi fie kulli lamhatin wa nafasim bi’adadi kulli ma’lumin lakaArtinya : Ya Alloh berilah sholawat dengan sholawat yang sempurna dan berilah salam dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala ikatan, lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala kesenangan, semua diakhiri dengan kebaikan, hujan diturunkan, berkat dirinya yang pemurah, juga atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas sebanyak hitungan segala yang ada dalam pengetahuanMU

Sholawat ini pernah diijazahkan oleh ustadz Mawardi, salah seorang muthowwif jamaah hajji Tazkia yang sudah menetap lama di Saudi. Sholawat ini hendaknya dibaca 11 kali setelah sholat fardhu. Sholawat ini banyak faedahnya

Belakangan setelah beberapa waktu berlalu saya membaca kitab terjemahan Afdhal al Salawat ‘ala Sayyid as Sadat karangan Yusuf bin Ismail an Nabhani (diterjemahkan oleh Muzammal Noer dengan judul Bershalawat untuk mendapat keberkahan hidup, dengan penerbit Mitra Pustaka, Cetakan I Desember 2003 hal 302)
Imam Ad Dinawari berkata : Siapa saja membaca shalawat setiap selesai sholat sebanyak 11 kali dan ia menjadikannya sebagai bacaan rutin maka rizkinya tidak akan pernah putus dan ia mendapatkan derajat yang tinggi…

Berita terkait : http://id.wikipedia.org/wiki/Kyai_hamid_pasuruan

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Rabu, 01 April 2009

Salawat Dulang

Source Link :http://alangbabega.uni.cc/

Salawat Dulang adalah sastra lisan Minangkabau yang bertema keagamaan karena selain menghibur, di dalamnya juga terkandung ajaran mengenai agama Islam. Selain itu, Salawat Dulang mampu bertahan dalam masyarakat Minang hingga saat ini karena dapat diimprovisasi dengan hal-hal yang sedang populer dalam masyarakat, baik itu dari tema maupun iramanya. Bahkan, saat ini Salawat Dulang sudah direkam dalam bentuk kaset dan VCD sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat di mana pun dan kapan pun.

Tim Salawat Dulang

Teks Salawat Dulang ini memiliki keragaman kosakata. Kosakata yang ada tidak hanya merupakan kosakata bahasa Minang, tetapi juga ada bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Kosakata yang berasal dari bahasa Arab pun ternyata banyak yang sudah mendapat pengaruh dari bahasa Minang. Hal itu dapat dilihat dari pelisanan dan makna dari kata-kata tersebut.

Secara umum, masalah mengenai agama Islam yang dibahas dalam teks Salawat Dulang adalah masalah yang berhubungan dengan syariat seperti perintah salat, dan masalah tasawuf seperti cara mendekatkan diri pada Allah (SWT) melalui zikir. Pembahasan masalah tersebut terdapat pada teks bagian katubah (khotbah), lagu cancang, frasa buah atau isi, dan frasa menjawab pertanyaan.

Salawat Dulang pada VCD Martabat Diri volume I ini terdiri dari dua labuhan atau dua tonggak. Tonggak pertama membahas “Nyawa dengan Kalimat Allah (SWT),” dan tonggak kedua membahas “Tubuh Waktu di Alam Rahim.” Ajaran atau amanat mengenai agama Islam yang terdapat dalam teks tersebut adalah sebagai berikut.

1. Hakikat Nyawa dan Tubuh

Tubuh manusia itu terdiri atas jasad dan roh yang merupakan satu kesatuan seperti cincin dengan jari. Cincin bergerak karena gerakan tangan, begitu pula tubuh, jasad bergerak karena gerakan roh. Selain itu, tubuh manusia sebenarnya juga digerakkan dan dihidupkan oleh Allah (SWT) dengan sifat ma’ani. Sifat ma’ani adalah sifat-sifat Allah (SWT) yang berupa Hayat (hidup), Ilmu (mengetahui), Iradat (berkehendak), Qudrat(berkuasa), Kalam(berkata), Sama’<(mendengar), dan Bashar (melihat). Sifat itu ada pada manusia dan dianggap sebagai pancaran atau penampakan dari sifat Allah (SWT) pada diri manusia.

Ketika roh dan jasad tidak lagi bersatu, itu berarti kehidupan telah berakhir. Hidup itu tidak akan kekal karena setiap yang bernyawa pasti akan meninggal. Kematian itu datang tidak tergantung pada usia. Oleh karena itu, hiduplah di jalan yang benar, yaitu dengan tidak menuruti hawa nafsu, sebelum kematian itu datang.

2. Nyawa dan Kalimat Allah (SWT)

Kalimat lā ilāha ilallah adalah kalimat zikir untuk mendekatkan diri pada Allah (SWT). Tujuan berzikir adalah untuk mencapai tingkat fana, yaitu saat diri merasakan tidak ada yang benar-benar ada selain Allah (SWT). Untuk mencapai tingkat fana dalam berzikir, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan itu di antaranya adalah mengenali hakikat diri (tubuh).

Tubuh manusia itu terdiri atas empat bagian. Pertama adalah jasmani, yaitu tubuh yang tampak dari luar. Kedua adalah rohani, yaitu tubuh yang halus dan tersembunyi. Rohani ini adalah bagian tubuh yang merasakan sakit, mati, juga merasakan makanan dan minuman. Bagian ketiga adalah uju’am, yaitu roh yang tak pernah tidur, makan dan minum, atau pun lupa. Roh ini juga disebut sebagai wujud Allah (SWT) yang ada pada diri setiap makhluk, yang menggerakkan dan menghidupkan tubuh. Bagian tubuh yang terakhir adalah ujumu’at, yaitu wujud yang sempurna dari seorang manusia. Sempurnanya wujud manusia ini adalah saat ia mencapai tingkatan fana dalam berzikir. Saat itu, ia tidak lagi merasa ada wujud yang paling hakiki kecuali wujud Allah (SWT), sifat Allah (SWT), dan perbuatan Allah (SWT). Antara dirinya dan Allah (SWT) pun terasa begitu dekat, bahkan menyatu.

Meskipun saat mencapai tingkat fana Allah (SWT) terasa menyatu dengan diri, namun Allah (SWT) tetap berbeda dengan makhluk. Zat dan sifat Allah (SWT) itu tidak bersatu seperti zat dan sifat makhluknya. Jika zat dan sifat Allah (SWT) itu dianggap bersatu, hal itu sama saja dengan menyamakan Allah (SWT) dengan makhluk-Nya. Zat dan sifat Allah (SWT) pun tidak terpisah. Jika dianggap terpisah, hal itu sama saja dengan tidak meng-Esa-kan Allah (SWT). Hubungan antara Allah (SWT) dengan makhluk adalah seperti matahari dengan siang yang tidak terpisahkan, namun tidak pula sama.

Antara Allah (SWT) dengan makhluk juga harus berbeda karena segala sesuatu yang terjadi pada makhluk adalah kehendak Allah (SWT). Api, air, atau pun pisau tidak akan menyakiti makhluk kecuali atas kuasa dan kehendak Allah (SWT). Kenyataan itu akan dapat dipahami dengan terus belajar.

Selain terus belajar, kewajiban manusia sebagai makhluk Allah (SWT) adalah beribadah. Beribadah pada Allah (SWT) harus terus dilakukan agar menjadi orang yang beriman selama hidup, dan ketika mati berada dalam keadaan suci.

3. Akhir Kehidupan

Semua yang bernyawa akan merasakan sakit dan mati. Akhir dari semua kehidupan di dunia ini adalah saat datangnya hari kiamat. Tanda datangnya hari kiamat antara lain, matahari terbit dari barat, angin memporak-porandakan isi bumi, dan juga turunnya Dajal yang akan menggoda keimanan manusia. Saat kiamat itu datang, tobat sudah tidak diterima lagi. Oleh karena itu, bertobatlah dari sekarang sebelum terlambat

4. Asal Mula Kehidupan

Sebelum lahir ke bumi, kehidupan setiap manusia berawal di dalam rahim. Saat itu setiap diri manusia berjanji pada Allah (SWT) untuk menyembah-Nya, dan juga mengikut Rasul. Akan tetapi, setelah lahir ke dunia manusia lupa pada janjinya itu karena setan iblis. Setan akan mengganggu keimanan manusia selalu sampai hari kiamat. Meskipun begitu, Allah (SWT) telah mengaruniai manusia akal dan fikiran. Dengan akal dan fikiran itu, hendaknya manusia terus belajar dan mencari kebenaran.

5. Salat

Salat adalah kewajiban umat Islam yang harus dilakukan lima kali sehari semalam. Rajin mengerjakan salat saja sebenarnya tidaklah cukup. Ada rukun salat yang harus benar-benar dilaksanakan agar salat itu sah. Salat itu pun harus dikerjakan dengan ikhlas karena Allah (SWT), bukan karena meniru. Meniru itu sama saja dengan munafik karena apa yang dilakukan tidak dari hati. Jadi, apa yang terlihat di luar dengan apa yang ada di dalam hati tidak sama.

Pekerjaan yang dilakukan karena meniru sama saja dengan melakukan pekerjaan yang tidak dikuasai. Akhirnya pekerjaan itu akan jadi sia-sia saja. Begitu juga dengan mengerjakan salat hanya karena meniru. Ibadah salat itu akan jadi sia-sia karena tidak akan diterima Allah (SWT).

6. Martabat Diri

Ada tujuh hal yang harus dimiliki dan dikerjakan untuk mencapai harkat atau harga dari yang baik.

1.

Memiliki sifat penyabar dan tawakal, yaitu ikhlas dan rela hati menerima segala cobaan dari Allah (SWT).
2.

Mengerjakan amalan yang saleh dengan ikhlas dan rela hati, bukan karena ingin pamer (ria).
3.

Percaya pada Allah (SWT) dan agama Islam (iman), mendekatkan diri pada Allah (SWT) (tauhid), dan menyerahkan diri pada Allah (SWT) dengan keyakinan yang kuat (makrifat).
4.

Memiliki ilmu yang bermanfaat sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang penting dan yang tidak penting, juga mana hak kita dan mana hak orang lain.
5.

Tidak mendengarkan kata-kata yang mustahil atau belum terbukti. Mendengarkan kata-kata yang belum terbukti kebenarannya itu dapat menimbulkan fitnah dan hasutan.
6.

Tidak menginginkan hal-hal yang bersifat keduniawian seperti kekayaan, kekuasaan, dan ketenaran. Keinginan yang berlebihan untuk mendapatkan hal-hal tersebut dapat membuat manusia menghalalkan segala cara.
7.

Menjaga keimanan di dalam hati.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat yang terdapat dalam teks Salawat Dulang “Martabat Diri” ini adalah amanat yang berhubungan dengan hakikat diri, cara mendekatkan diri pada Allah (SWT) melalui zikir, perintah salat, asal mula kehidupan, cara mendapatkan martabat yang tinggi, dan akhir kehidupan (kiamat). Amanat yang termasuk pada ajaran tarekat atau tasawuf adalah masalah hakikat diri serta cara mendekan diri pada Allah (SWT) melalui zikir, sedangkan amanat yang termasuk pada ajaran syariat adalah masalah salat, asal mula kehidupan, cara mendapatkan martabat yang tinggi, serta akhir dari kehidupan di dunia ini.

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini

Solawat yang meletihkan 70.000 Malaikat & balasannya Syafaat Rasulullah SAW.

Source Link :http://cupitebet.blogspot.com

Solawat yang meletihkan 70.000 Malaikat & balasannya Syafaat Rasulullah SAW.
Posted by Cupi at 2:09:00 AM . Wednesday, December 10, 2008
Labels: agama, Ahlussunah, Aqidah, Cinta Nabi, majelis, Masjid, rasulullah saw, solawat

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita,
Terutama nikmat Iman, Islam dan nikmat berNabi kepada Nabi Muhammad SAW.
Solawat serta salam kita haturkan kepada Idola kita baginda Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan ahlul baitnya.

Pertama-tama (hehehe kayak pidato aja) saya ingin mengucapkan banyak terima kasih(sukron jazakumullah)
atas kunjungan saudara-saudara ke blog alfaqir yg sangat sederhana ini,
Dimohon kritik dan saran dari saudara-saudara.
Karena saran dan kritik dari saudara-saudara sangat berarti buat kemajuan blog ini.

Langsung aja nih, Cupi cuma mau sharing amalan dari seorang Ustadz dari Kebon baru, Tebet dan Beliau juga murid dari Al 'Alamah Al Marhum Al Maghfurllah Al Walid Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir As Segaf(Bukit Duri).

Ya, Ustadz tersebut adalah Al Ustadz Syidik Syam setiap malam Ahad memimpin taklim di Masjid At Taqwa, Tebet Utara 2(dekat stasiun Tebet).

Sebenarnya amalan ini saya dapat 3-4 tahun yg lalu di Majelis Taklim tersebut. Alhamdulillah, walaupun jarang-jarang, tapi saya bisa amalkan.


- Dibawah ini Solawat yang dapat meletihkan 70.000 Malaikat :

جَزَ ى اللهُ عَنّا مُحَمَّدًا بِمَا هُوَ اَهْلُهُ

Rasulullah SAW bersabda :
"Siapa yang bersolawat ini satu kali maka dapat meletihkan 70.000 Malaikat seribu pagi karena telah mencatat pahalanya"
(Kitab Irsadul Ibad)
*Dibaca setiap hari 100 x


- Solawat yang balasannya Syafaat dari Rasulullah SAW

اَللّهُمَّ صَلِّىِ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاَنْزِلْهُ الْمَنْزِلَ الْمُقَرَّبَ عِنْدَكَ يَوْمَ الْقِيَامَة

Dari Zaid bin Habab Rasulullah SAW bersabda :
"Siapa saja yang membaca solawat ini maka wajib atas orang itu mendapat syafaatku pada hari qiamat."
(Kitab Durrotun Nashihin)
*Dibaca setiap hari 100 x

Semoga amalan di atas dapat memberi manfaat kepada kita sebagai umat Rasulullah SAW.
semoga keberkahan dan rahmat Allah selalu menyertai kita, amin
kurang lebihnya mohon maaf,
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Read more >>>>

Al Fatiha

 Print Halaman Ini